TIN! TIN!
Bunyi klakson dari motor Marco. Rienna pun segera pamit dengan orang tuanya lalu keluar rumah dan berjumpa dengan Marco.
"Udah siap, Ri?" Tanya Marco.Rienna mengangguk. "Udah!"
Mereka pun langsung pergi menuju sekolah. Yap, setelah kejadian di taman itu mereka menjadi semakin akrab. Keluarga mereka pun mengetahui kalau anaknya sudah tahu rahasia itu. Tidak ada lagi yang ditutup tutupi, semuanya kembali normal seperti dulu.
"Coco.."
"Kenapa harus Coco, sih."
"Udah deh, diem aja."
"Maaf, mbak."
"Gak jelas lo. Oh ya, gue nebeng lo kayak gini, fans lo nanti ngamuk gak?" Tanya Rienna.
"Yaelah, santai aja." Jawab Marco enteng.
"Lo sih santai, lah gue gimana, Coco!!?" Teriak Rienna di belakang punggung Marco.
"Lo juga harus santai, ada gue yang selalu jagain lo kok."
Pipi Rienna bersemu merah, seakan ada yang terbang di dalam perutnya. Hanya saja dia masih tidak sadar sama apa yang dia alami. Dia belum tahu.
"Aca Nanas."
Rienna terlonjak. "Kok lo manggil gitu sih? Nama gue bukan itu, Coco!"
"Bodo. Lo sih, dari tadi bengong aja. Lo mau duduk di motor sampe kapan? Udah nyampe nih!"
"Iya iya gue turun!" Jawab Rienna sewot. Rienna turun dari motor Marco, lalu membenarkan roknya.
"Ayo, Aca Nanas." Ajak Marco sambil menggandeng tangan Rienna.
Rienna mendengus sambil memutar bola matanya malas karena mendengar Marco memanggilnya dengan sebutan 'Aca Nanas' entah dari mana sebutan itu berasal.
"Lo nggak mau ke kelas?"
"Mau, tapi ini ngapain pake gandeng tangan gue?" Tanya Rienna.
"Kenapa sih? Gue mau anterin lo dulu, Aca Nanas."
"Ish, nggak mau ah! Yang ada gue dikeroyok sama fans lo." Tolak Rienna sambil membuang muka.
Marco mencubit kedua pipi Rienna dengan gemas. "Aduh, Nanas. Lo tuh ya, bawel banget sih. Tenang aja, ada gue si Ali yang pemberani!" Ucapnya berlagak seperti pahlawan.
"Gaya lo kayak pahlawan kesiangan." Ledek Rienna.
"Sembarangan lo, udah ah ayo masuk." Lagi-lagi Marco menggandeng tangan Rienna dan membawanya masuk ke koridor sekolah.
Pagi ini koridor ramai seperti biasanya, banyak yang berlalu lalang atau hanya duduk sambil bergosip ria dengan lawan bicaranya. Biasanya para cewek di koridor selalu membicarakan tentang barang branded, tempat liburan, atau bahkan tentang cowok tampan di sosial medianya.
Namun untuk pagi ini, mereka tidak membicarakan hal itu semua. Melainkan membicarakan tentang Marco dan Rienna yang bergandeng tangan sambil berjalan di tengah-tengah kerumunan para siswa. Para fans Marco yang berada di sana terbelalak kaget ke arah mereka berdua. Banyak yang mencibir Rienna, menatap sinis ke Rienna, dan itu semua membuat Rienna risih. Mengingat Rienna adalah adik kelas Marco, semakin berani lah fans Marco mencibir Rienna.
"Co, lepasin tangan gue." Pinta Rienna lirih, karena Marco makin mempererat genggamannya.
"Ssstt, tenang aja." Bisik Marco.
Rienna hanya pasrah pada keadaan, mukanya hanya ditekuk sambil menunduk. Ia tidak kuat dengan tatapan para fans Marco di sekitarnya, ia tidak akan membayangkan betapa sinisnya mereka terhadap Rienna.
"Marco sayaaaang!!" Suara itu begitu terdengar nyaring memenuhi setiap sudut koridor.
Rienna terpekik kaget, dan spontan mendongak melihat cewek yang datang dengan teman se gengnya dan memanggil Marco dengan embel-embel 'sayang'. Menjijikan, tidak tahu malu, pikir Rienna.
Ah, cewek itu lagi.
"Kok kamu baru dateng, sih, sayang?" Huek, kata-kata itu dengan gampangnya keluar dari mulut cewek itu.
Satu lagi, sekarang dia juga sedang bergelayut mesra di lengan Marco. Rienna yang melihatnya pun langsung membuang muka, bisa muntah dia kalau berlama-lama melihat pemandangan menjijikan itu.
Namun, ucapan cewek itu sama sekali tidak digubris Marco. Marco hanya diam, tanpa menoleh ke cewek itu sama sekali. Dia hanya makin mempererat genggaman tangannya dengan Rienna, takut-takut kalau nanti Rienna disakiti fansnya, atau mungkin cewek itu.
"Ih, Marco sayang! Kok aku dicuekin, sih!" Lagi-lagi cewek itu berteriak.
"Hm." Marco hanya bergumam.
"Kamu tuh kenapa sih dingin banget sama aku!? -Oh! Gara-gara adek kelas kampungan ini!?!" Tuduh cewek itu, sontak membuat Rienna menoleh sambil mengernyit.
Rienna menampakkan wajah emosinya, sambil mengepalkan tangan kirinya. Ingin sekali dia membalas tuduhannya dan menampar cewek genit itu, namun dia lebih memilih mengurungkan niat itu dan mencoba meredam emosinya. Buang tenaga sia-sia kalau Rienna meladeni omongan cewek itu.
"Itu bukan urusan lo, mending lo pergi, Alena."
Alena membulatkan matanya. "Kamu ngusir aku!? Ck! Oke, kalo itu yang kamu mau. Tapi, kamu harus inget kalo aku nggak akan tinggal diem, Co."
"Oh ya, satu lagi. Untuk adek kelas yang satu ini, jangan kira gue bakal lepasin lo gitu aja. Gue nggak akan rela lo deket sama Marco, camkan itu!" Ucap Alena sinis lalu pergi menjauh diikuti dengan teman-temannya.
Rienna melihat Alena yang kian lama menjauh sambil membuang napas pelan, matanya tidak lepas dari punggung Alena. Marco langsung menoleh ke Rienna yang hanya diam seribu bahasa.
"Ri? Nggak usah lo tanggepin ya omongan dia. Dia cuma iri sama lo, Ri." Ucap Marco lembut sambil mengusap rambut Rienna.
Namun sudah terlambat.
Rienna sudah memasukkan setiap kata yang dilontarkan Alena padanya. Rienna sudah terlanjut sakit hati.Rienna melepaskan genggaman tangannya kasar lalu berbalik arah dan berlari meninggalkan Marco. Marco langsung membalikkan badannya dan memanggil Rienna berkali-kali, namun Rienna tetap saja tidak menggubris panggilan itu, dia tetap berlari ke tempat tujuannya sekarang. Air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi, sangat tidak lucu kalau dia menangis di koridor. Itu sama saja dia memperlihatkan kelemahannya di depan para siswa di sana, terutama para fansnya Marco.
Rienna duduk sambil memeluk lutut, menenggelamkan kepalanya sambil menangis tanpa suara. Untungnya taman belakang sekolah sedang sepi, jadi tidak akan ada yang tahu Rienna menangis.
Dirinya terlalu lemah, terutama saat ada yang berusaha menyakitinya. Dia hanya selalu berusaha menampakkan wajah seceria mungkin agar semua orang tidak mengetahui perasaannya, dia tidak ingin ada yang tahu. Bang Adrian saja yang sulit untuk dibohongi, dia terlalu peka pada situasi di mana Rienna sedang merasa sakit hati.
"Lo- nangis?" Kata seorang cowok di samping Rienna. Entah dari kapan dia datang dan bersandar dengan santainya.
Tangis Rienna berhenti, dia langsung mendongakkan kepalanya tanpa menghapus jejak air mata di wajahnya. Rienna mengernyit.
"Lo- siapa?"
---------
Yha, alhamdulillah jadi.
Walaupun dikit :vLama banget apdet karna ujian sekolah, mood ancur mulu, ngestuck. Gitu.
Kalo bisa, baca ceritaa baruku ya!
Judulnya "Selenophile" Makasih!Okelah, vomments okeoke!
30-03-2016.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIENNA
Teen FictionDia kembali. Entah membawa hal baik atau buruk, lagi. [SLOW UPDATE]