Pada zaman dahulu, hidup seorang pangeran yang kesepian. Dia bingung dimana jodohnya berada. Dia sudah beberapa kali dijodohkan tapi tidak ada yang cocok dengannya. Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang putri dari negeri seberang. Putri itu begitu cantik, dan sikapnya pun lemah lembut. Dia terus memperhatikan sang putri saat pertemuan keluarga kerajaan, tapi tidak berani untuk mendekatinya.
Tiba-tiba pada pertemuan keluarga kerajaan selanjutnya, pangeran tidak melihat sang putri. "Kemana kah gerangan ia berada?" Tanya pangeran di dalam hati. Akhirnya pangeran memutuskan untuk pergi ke negeri sang putri untuk melihat keadaannya. Sesampainya di istana sang putri, ia terkejut melihat keadaan sang putri yang tak berdaya terbaring di kasur. Ternyata sang putri telah memakan apel beracun yang diberikan penyihir jahat. Racun itu hanya bisa disembuhkan dengan sebuah ciuman. Tak ada pilihan lain, pangeran ingin menyelamatkan sang putri pujaan hati nya. Pangeran begitu gugup saat mencoba mencium sang putri.
"PLAKKKK!!!!" Nenek disamping gue memukul bokong gue.
Lamunan gue pun langsung buyar saat Nenek tersebut memukul gue. Tatapan gue dan Dea pun terlepas gara-gara Nenek tersebut.
"Dasar anak zaman sekarang tidak tau sopan santun, Pak supir saya mau berhenti disini saja!!!" Teriak Nenek tersebut kesal dan mengambil gigi palsu nya kembali.
Dea yang melihat gue dipukul Nenek itu tadi, sedikit tertawa kecil tapi ia juga merasa tidak enak.
"Sakit ya? Hehehe maaf ya. Emang kamu apain Nenek itu sampe marah?" Ucap Dea.
"A... Ahh... bukan apa-apa" Jawab gue menyebunyikan yang sebenarnya.
Tak lama kemudian Dea turun dari taksi, gue pun ikut-ikutan turun. Gue pun mengikuti dia berjalan menuju rumahnya, dengan berpura-pura bahwa gue juga tinggal disekitar rumahnya. Di sepanjang jalan gue menatap Dea dengan malu. Soalnya gue juga takut kalau dia risih diliatin.
"Rumah kamu dimana sih?" Tanya Dea.
"Ahhh... di komplek sebelah kamu" Jawab Gue.
"Hah? Emang kamu tau komplek aku dimana?" Tanya Dea bingung.
"A... bego kok gue jadi sok tau gini sihh" Gumam gue dalam hati.
"A... Ahhh.. sebenarnya gue sering liat kamu kok" Jawab gue.
Saat kami berjalan berdua, tiba-tiba ada seorang wanita yang gue kenal. Dia adalah Ibu gue. Kenapa bisa Ibu gue ada di daerah ini, setau gue rumah Ibu bukan daerah sini. Sebenarnya gue juga sudah lama tidak bertemu Ibu, terakhir waktu kelulusan SMP. Gue pun menyuruh Dea buat jalan duluan kerumah nya. Ibu pun mengajak gue untuk singgah sebentar di cafe disekitar daerah ini untuk berbincang-bincang dengannya.
"Bagaimana kabar mu nak?" Tanya Ibu.
"Ya... baik aja"
"Tadi kamu ngantarin pacar kamu ya?"
"E.... bukan aku gak punya pacar"
"Gitu... pasti kamu bingung kan kenapa Ibu bisa ada di sekitar daerah sini?" Ucap Ibu yang nampak dapat membaca pikiran gue.
"Hmm..."
"Ibu sudah menikah lagi satu tahun yang lalu, dan ibu ikut dengan suami ibu yang baru. Dan ya... rumah suami ibu yang baru di daerah sini" Jawab Ibu.
"Gitu ya bu..." Balas gue yang sebenarnya cukup kaget.
Perbincangan pun harus berakhir karena Ibu sudah mendapat telepon dari kantor. Gue pun segera pulang ke apartemen. "Kenapa harus hari ini gue bertemu dengan dia" Pikir gue. Hari ini sebenarnya gue sudah senang banget karena bisa dekat dengan Dea, tapi Ibu gue muncul dan menimbulkan kembali luka lama di dalam hati.
Pagi yang cerah.
Gue hanya perlu mengingat hal menyenangkan semalam yaitu gue bisa dekat sama Dea. Hari ini gue bakal berangkat bareng Dea ke sekolah. Gue bergegas menuju daerah rumah Dea. Sesampainya disana gue mecari-cari keberadaan Dea, sampai akhirnya dia terlihat rapi dengan seragam putih abu-abu berada di pinggir jalan dan hendak menaiki salah satu taksi. Gue pun segera menghampiri nya dan ikut naik ke taksi. Gue pun duduk bersebelahan dengan nya.
"Maaf ya kemaren gak barengan sama kamu sampai rumah" Ucap gue membuka topik pembicaraan.
"Ahh... tidak apa-apa kok" Jawab Dea.
"Oke deh... hehe..." Balas gue tersenyum.
"Oh.. iya aku hampir lupa, nama kamu siapa?" Tanya Dea.
"Ahh.. iya kita lupa berkenalan nama aku Eza" Jawab gue mengulurkan tangan.
"Ohh Eza, e... aku Dea" Balas Dea menjabat tangan gue.
"Tunggu kayak nya aku kenal kamu deh... kamu kan yang kemaren..." Lanjut Dea yang kemudian terhenti karena taksi berhenti mendadak.
Taksi berhenti mendadak dan tubuh Dea bergeser ke arah gue, dengan sigap gue menangkap Dea agar tidak jatuh ke bawah. Lagi-lagi kami berdua saling menatap, dalam sekejap gue serasa syuting FTV saja. Kemudian gue membangunkan tubuh Dea dan meminta maaf, Dea hanya tersenyum malu.Jam istirahat sekolah gue mengajak Ajeng dan Doni buat ke kantin. Buat memberitahu mereka perkembangan hubungan gue dan Dea sekarang.
"Jeng! Don! Sekarang gue udah lumayan dekat sama Dea. Kita sekarang udah saling kenal" Ucap gue sumringah.
"Bukannya dia waktu itu gak balas chat lo?" Jawab Ajeng.
"Dia emang gak balas chat gue, tapi berkat kemaren gue mengikuti dia, sekarang jadi dekat dahh" Ucap gue.
"Bagus dong tuh, oh iya sebenarnya gue sekarang udah punya pacar" Jawab Doni Doni.
"APA???!!!" Balas gue dan Ajeng serempak.
"Ahh... biasa aja dong, gue kan emang paling sering pacaran diantara kalian berdua" Ucap Doni.
"Gila lu, kapan jadiannya?" Jawab Ajeng.
"Yahh... baru kemaren"
"Parah... jangan bilang lo jadian sama Sasa?" Balas Gue.
"Emang gue jadiannya sama Sasa, emang kenapa?" Jawab Doni.
"Ahh... gila berarti sekarang tinggal gue dong yang kagak punya pasangan" Ucap Ajeng."Tenang Jeng, lagian si Eza juga belum jadian kan sama Dea" Jawab Doni.
"Ohh... kayak nya gue gak bisa terima nih, bentar lagi gue bakal jadian kok sama Dea" Balas gue.
Selepas pulang sekolah gue pun bergegas ingin menuju kelas Dea, tapi Ajeng tiba-tiba memanggil gue dan meminta gue buat menemani nya beli buku. Sebenarnya gue sangat ingin pulang bareng Dea lagi, tapi gak enak juga gak menemani Ajeng buat beli buku. Gue pun menemani Ajeng membeli buku. Di jalan gue cerita kejadian yang gue alami saat bersama Dea.
"Bener dah gue serasa syuting FTV dua hari ini, senang banget.... rasanya bisa dekat sama Dea" Ucap gue yang dimabuk cinta.
"Oh.. gitu"
"Lo tau gak, tadi pagi bahkan kami berdua begitu dekat, dan kami saling menatap. Ini serasa seperti mimpi"
"Ya.. tadi lu bilang kayak FTV sekarang mimpi"
"Pokoknya gue benar-benar senang dahhhh" Ucap gue kegirangan.
"Dahh stop dong cerita Dea melulu" Jawab Ajeng tiba-tiba menjadi sinis.
Gue pun mendadak diam, entah kenapa sikap Ajeng jadi aneh begitu. Apa dia tersinggung ya? Karena cuma dia yang belum dapat pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KZL : KAGAK ZOMBLO LAGI
Teen Fiction[PROLOG] Hidup ditengah zaman peradaban baper ini memang susah untuk bertahan hidup dengan status "ZOMBLO". Apaan tuh ZOMBLO? "ZOMBLO" berasal dari kata "JOMBLO" yang sedikit dipergaul menjadi "ZOMBLO". Kaum zomblo biasanya udah kenyang dikatai...