Bulan pertama pacaran dengan Dea benar-benar membuat hari gue berbunga-bunga. Setiap berangkat dan pulang sekolah selalu bareng. Tiap malam minggu jalan-jalan, juga pernah double date sama Doni dan Sasa. Bahkan sebentar saja tidak bertemu rasa kangennya sungguh luar biasa. Mungkin baru sekarang gue bisa merasakan yang dimaksud dengan "Mabuk Cinta".
Fase dua bulan pacaran hubungan gue masih harmonis, Cuma rasa cinta yang begitu mendalam serasa mulai memudar. Tidak seperti pada saat bulan pertama yang waktu seharian jalan-jalan berdua rasanya masih belum cukup. Jadi kalo sudah sampai rumah lanjut telpon-telponan atau chat.
Memasuki fase ketiga bulan hubungan gue sudah mulai renggang. Pertama, Dea baru tahu bahwa sebenarnya gue tidak tinggal di dekat kompleknya tetapi di sebuah apartemen yang lumayan jauh dari kompleknya. Dia begitu marah dan kecewa karena selama ini gue telah membohonginya. Kedua, Dea sama sekali tidak mengetahui masalah keluarga gue. Menurutnya gue tidak terbuka jadi dia begitu kecewa dengan gue. Ketiga, karena gue sedang menyiapkan diri buat ujian. Kadang terlalu sibuk membaca buku gue jadi lupa membalas chat darinya dan gue sekarang juga jarang mengajak dia jalan. Karena terlalu lelah dengan sikap Dea, gue mulai bosan dan berencana untuk putus.
Malam yang begitu dingin, gue menemui Dea di depan kompleknya. Beberapa menit menunggu akhirnya Dea muncul.
"Udah malam gini ada apaan?" Tanya Dea.
"Hmm... aku.." Jawab gue yang kemudian terpotong oleh angin yang begitu kencang.
"Ya.. ampun dingin banget... Za" Ucap Dea kedinginan.
Kemudian gue melepaskan jaket yang gue kenakan dan memasangkannya ke tubuh Dea.
"Ahh.. makasih. Oh.. iya lanjutin apa yang mau kamu bilang?"
"Ohh.. iya.. aku.. kangen sama kamu.. makanya kesini hehe" Jawab gue yang tidak bisa mengatakan putus kepada Dea.
"Apaan coba ishh... yaudah kamu buruan pulang kasian kamunya kedinginan" Ucap Dea tersenyum.
"Hmm"
"Yaudah nih aku kembalikan jaketnya, dahh buruan pulang" Ucap Dea kemudian membalikkan badan ku kemudian mendorongnya agar aku cepat pulang.
Waktu terus berjalan, Ujian sekolah pun berhasil gue lewati. Hari ini pengumuman kelulusan dan Alhamdulillah gue dinyatakan "LULUS" senang banget rasanya. Doni dan Ajeng juga lulus. Tiba-tiba terdengar bunyi telepon dari hp gue. Gue sangat terkejut saat melihat nama kontak yang menelpon gue. Dia adalah Ayah gue.
"Ha-llo?"
"Katanya kamu sudah lulus?" Tanya Ayah.
"Iya.. Yah" Jawab gue.
"Lanjut sekolah di Amerika aja gimana?"
"Ahh.. Gimana yah?? Emm.. nanti saya pikirkan lagi Yah" Jawab gue bingung.
"Disini kamu bisa belajar banyak Za" Balas Ayah.
Sempat bingung dengan tawaran Ayah, tapi akhirnya aku memilih untuk menerima tawaran Ayah itu. Aku ingin merasakan bagaimana hidup di negeri orang. Mungkin akan terasa sulit karena aku harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Dan gue pikir nampaknya gue harus putus dengan Dea. Karena gue gak mau dia sedih karena tidak bisa bertemu setiap hari lagi. Ini juga berat bagi gue, karena hubungan gue sekarang sudah memasuki 6 bulan lebih. Waktu 3 bulan pacaran memang gue sempat ingin putus dengan Dea tetapi tidak jadi. Setelah itu hubungan kami kembali membaik dan sampai sekarang hubungan kami malah tambah membaik. Karena sekarang Dea sudah tidak seperti dulu lagi, dia nampak lebih pengertian ke gue. Gue pun merasa sangat begitu menyayangi nya dan sulit rasanya untuk melepaskannya.
Malam sebelum keberangkatan gue ke Amerika, gue menemui Dea di sebuah taman. Kami berdua hanya terdiam sesaat. Kemudian gue membuka pembicaraan.
"Dea.. aku mau.. ke Amrik" Ucap gue.
"Lo.. serius?" Tanya Dea terkejut.
"Iya.. aku rasa... hubungan kita... harus.." Jawab gue yang kemudian dipotong Dea.
"Kita masih bisa mempertahankannya Za"
"Gak! Kita gak bakalan bisa" Balas gue.
"Kok kamu yakin banget Za?" Ucap Dea yang kemudian meneteskan air mata.
"Gak begitu Dea, kamu harus ngertiin aku" Jawab aku kemudian merangkul Dea.
Hari keberangkatan gue pun tiba. Rasanya berat sekali meninggalkan Jakarta. Disini begitu banyak kenangan gue bersama dengan sahabat-sahabat gue dulu. Semua kekonyolan-kekonyolan yang gue lakuin bareng sahabat gue bakal selalu gue ingat. Tiba-tiba Ajeng dan Doni datang mengantarkan gue di bandara. Sasa dan Dea pun juga datang. Mereka semua adalah orang-orang yang akan membuat gue begitu merindukan Jakarta.
"Hei.. udah lama banget deh ya gak ngomong sama lo, tau-taunya lo udah mau pergi aja" Ucap Ajeng.
"Hehehe maafin gue ya Jeng atas sikap gue selama ini. Ntar jangan kangen sama gue hehe" Jawab gue.
"Ahh.. lo berhasil membuat gue sedih lagi Za" Ucap Ajeng meneteskan air mata.
"Za! Lo hati-hati disana oke? Jangan lupain kita" Ucap Doni.
"Yoi.. gue juga gak bakalan lupa bahwa lo pernah menyimprat kencing lo kemuka kaka kelas HAHA" Jawab gue tertawa.
"Hati-hati ya" Ucap Sasa.
"Siap.." Jawab gue.
"Gue pergi ya Dea" Ucap gue kepada Dea.
Gue pun melangkah untuk menuju boarding room. Tiba-tiba Dea memberhentikan gue. Gue pun berbalik dan tiba-tiba Dea memeluk gue dengan erat. Dia menangis dan berkata kepadaku bahwa dia akan selalu mengingat semua kenangan gue dengannya. Tiba-tiba gue pun mengeluarkan air mata. Memori-memori kenangan gue dengan Dea jelas terlihat dalam pikiran gue. Membuat gue begitu sedih harus melepaskan Dea.
Beginilah hidup setiap pertemuan akan ada perpisahan. Kemudian saat terpisahkan mungkin kita akan dipertemukan kembali.
Sesaat gue menduduki kursi pesawat, tiba-tiba ada seorang cewek yang menghampiri gue dan memanggil gue "UPIL!!". Itu sebenarnya nama julukan gue waktu dari SD-SMP. Tapi... siapa dia? Bagaimana dia tahu julukan gue itu. Apa mungkin dia teman gue. Tapi kok gue tidak mengingatnya.
------------------------------------------------------
Keep support!! Jangan lupa like & comment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
KZL : KAGAK ZOMBLO LAGI
Teen Fiction[PROLOG] Hidup ditengah zaman peradaban baper ini memang susah untuk bertahan hidup dengan status "ZOMBLO". Apaan tuh ZOMBLO? "ZOMBLO" berasal dari kata "JOMBLO" yang sedikit dipergaul menjadi "ZOMBLO". Kaum zomblo biasanya udah kenyang dikatai...