Keesokan harinya gue langsung memarahi Ajeng karena menggangu kencan gue dan Dea. Tapi Ajeng tak menghiraukan omongan gue, itu membuat darah gue semakin mendidih. Entah kenapa Ajeng akhir-akhir ini sangat membuat kesal, tidak seperti biasanya memang.
Sepulang sekolah gue menghampiri Dea di kelas untuk mengajak nya pulang bareng.
"Maafin sikap aku dan Ajeng kemarin ya, kamu pasti malu banget" Ucap gue meminta maaf.
"Ohh.. gak papa, ohh iya maaf juga ya selama ini aku gak manggil kamu pakai kaka. Soalnya aku gak mau kamu merasa canggung"
"Ahh... aku tidak masalah kok"
"Hmmm"
"Oh iyaa besok ada pameran buku, kita kesana yuk?" Ajak gue.
"Boleh, kebetulan aku juga pengen kesana" Jawab Dea.
Akhirnya gue bisa jalan lagi besok sama Dea, dan semoga gak ada kekacauan lagi terjadi. Gue sengaja gak bilang sama Ajeng takutnya dia ikut sama gue dan Dea lagi. Jangan sampai terjadi deh.
Pagi yang cerah, gue awali hari ini dengan semangat. Sesampainya di sekolah gue dengan wajah sumringah memberikan senyum gue ke semua orang. Tentu saja seperti biasanya mereka jijik melihat gue seperti itu. Tapi mah gue juga orangnya bodo amat, kalau lagi senang ya begitu. Gue masuk ke kelas dan menghampiri Doni.
"Don, hari ini gue mau jalan sama Dea" Bisik gue ke Doni.
"Wahhh asik tuh, gue ikut dong" Jawab Doni dengan suara keras.
"Gilee.. lu jangan keras-keras ngomong nya, ntar si Ajeng denger lagi" Bisikgue lagi.
"Ohh...iya dia kan mengacaukan kencan lo waktu malam minggu itu" Jawab Doni berbisik.
"Yaudah, ntar kita barengan ya ke kelas Dea dan Sasa" Ucap gue.
Sepulang sekolah Ajeng menghampiri gue dan Doni, ia mengajak kami buat ke pameran buku. Tapi kami menolak nya dengan beralasan sibuk. Ajeng pun sedikit kecewa dan akhirnya dia pulang duluan. Setelah Ajeng keluar dari kelas, bergegas gue dan Doni menuju kelas Dea dan Sasa. Kami pun langsung mengajak mereka ke pameran buku itu.
Sesampainya di pameran buku, kami melihat-lihat buku yang ada. Tiba-tiba saat kami berbalik badan, Ajeng ada di hadapan kami. Sontak itu membuat gue dan Doni terkejut serta binggung.
"Ohhh...ternyata yang katanya sibuk kok bisa kesini sih.." Ucap Ajeng menyindir.
"Eee...anu" Jawab gue kebingungan."Haiii kak Ajeng" Sapa Dea.
"Gausah sok manis Dea, sekarang gue udah muak sama lo!!" Teriak Ajeng.
"Aaa...ke.. napa ka?" Jawab Dea takut dan kebingungan.
"Karena lo, sekarang Eza udah ngelupain sahabat nya sendiri!!" Teriak Ajeng marah.
"Kok lo jadi menyalahkan Dea si?" Ucap gue binggung.
"Gue kecewa sama lu Za!" Jawab Ajeng kemudian pergi.
Tak lama kemudian Dea hendak mengejar Ajeng, tapi gue tahan dan mengatakan kepadanya biar gue aja yang mengejar Ajeng. Seperti nya memang gue keterlaluan kali ini. Gue pun mengejar Ajeng ternyata dia sedang menangis di kursi taman. Gue pun menghampiri nya dan meminta maaf padanya.
"Maafin gue ya Jeng, gue emang keterlaluan sampe bohong sama lo" Ucap gue.
"Gue kecewa aja sama lu Za... sahabat gue sekarang pada sibuk dengan pacarnya, lo pikir gimana perasaan gue" Jawab Ajeng kemudian melanjutkan tangisan nya.
"Yaudah, gue bakal tetap menemani lo kok meskipun gue udah pacaran nanti sama Dea" Balas gue menenangkan Ajeng agar berhenti menangis.
Memang sih gue dan Doni akhir-akhir ini jarang jalan lagi sama Ajeng. Tentu Ajeng merasa kesepian karena gue dan Doni adalah sahabat dia satu-satunya, selain kami berdua ia tidak memiliki teman lagi. Sekarang gue mencoba untuk selalu ada buat sahabat gue.
------------------------------------------------------
Kami sekarang sudah baikan, kami bertiga pun kembali bersama. Saat istirahat seperti biasanya kami selalu nongkrong bertiga di kantin. Saat kami tengah berbincang di kantin. Sasa dan Dea menghampiri kami bertiga. Mereka ingin bergabung dengan kami. Nampaknya mereka berdua juga merasa bersalah kepada Ajeng.
"Ka...kami berdua minta maaf ya" Ucap Sasa kepada Ajeng.
"Iya ka... kami tidak bermaksud seperti yang kaka bilang" Lanjut Dea.
"Hmm.." Tanpa sepatah kata Ajeng langsung pergi.
Nampaknya Ajeng benar-benar kecewa kali ini. Gue pun berkata pada Dea dan Sasa bahwa ini bukan kesalahan mereka, tapi memang kesalahan kami yang tidak bisa menjaga persahabatan kami.
Sepulang sekolah gue ingin mengajak Dea untuk pulang bareng, tapi saat sesampainya gue di kelas Dea tiba-tiba terdengar suara dering chat masuk.
Yok, pulang bareng Za. Gue nunggu di depan gerbang nih! Kok lo tiba-tiba ngilang sih tadi. Isi chat dari Ajeng. Gak jadi pulang bareng sama Dea. Gue pun bergegas menuju pintu gerbang sekolah dan menghampiri Ajeng. Kami berdua pun pulang dengan naik taksi.
------------------------------------------------------
Hari ini gue mau mengajak Dea jalan-jalan sepulang sekolah, baru sehari gak pulang bareng Dea udah kaya setahun aja. Sepulang sekolah, saat gue ingin bergegas menuju kelas Dea, tiba-tiba Ajeng menghampiri gue dan menarik tangan gue. Tidak tanggung-tanggung ia menarik gue udah kaya emak-emak yang menarik anak nya agar pulang ke rumah. Gue pun bertanya mau kemana Ajeng membawa gue. Ternyata dia mengajak gue buat jalan-jalan dan membeli es krim. Kayak anak kecil aja si Ajeng, dan hari ini gak jadi lagi dah buat jalan sama Dea.
Keesokan hari nya lagi-lagi gue gak bisa jalan sama Dea, gara-gara Ajeng minta temani gue buat beli kontak pensil baru, katanya kontak pensil nya rusak dan sudah jelek. Benar-benar sekarang seperti tak ada kesempatan buat gue dan Dea.
Sampai pada hari sabtu, malam ini gue sudah mengajak Dea buat jalan-jalan. Gue takut banget bakal ada halangan lagi, tapi nampaknya tidak ada halangan apa-apa. Gue pun jalan-jalan dengan Dea di malam minggu. Kali ini kami pergi ke salah satu warung pinggir jalan, meski nampak sederhana tapi sensasi makan di pinggir jalan memang paling enak. Dea juga orang nya tidak seperti cewek yang lain, dia suka diajak kemana aja. Selesai makan gue mengajak Dea ke salah satu taman kota. Di sana kami pun berbincang-bincang banyak. Di bawah lampu taman yang meredup tiba-tiba pikiran gue mulai aneh. Dea nampak begitu cantik dan bibirnya yang begitu seksi membuat gue tergoda. Rasanya gue ingin mengecup bibir nya itu di bawah bintang-bintang malam ini.
Ini bakal jadi ciuman pertama gue nih, wahhh ga sabar. Pikir gue.
Perlahan muka gue mendekati muka nya, dan muka kami begitu dekat. Gue letakkan tangan gue di pipi nya. Bibir gue pun perlahan gue arahkan ke bibirnya. Tinggal beberapa sentimeter lagi, tiba-tiba terdengar dering telpon dari hp gue. Ciuman pertama pun gagal. Segera gue mengambil hp dari saku gue. Ternyata itu telpon dari Ajeng, lagi-lagi si Ajeng. Gue pun mengangkat telponnya.
"Za...lo... bisa beliin gu..e obat ga? Tiba-tiba kepala gue pusing" Ucap Ajeng nampak susah berbicara.
"Lo sakit jeng?? emang ibu lo kemana?" Jawab Gue khawatir.
"Ibu gue kan tiap malam minggu jualan Za di pasar malam"
"Yaudah gue segera kesana ya Jeng" Ucap gue menutup telpon.
Kemudian gue segera berlari, tapi tiba-tiba Dea menghentikan gue.
"ZA!!" Ucap Dea.
"Apa lo bakal ninggalin gue begini aja?" Lanjut Dea.
"Aaa.." Gue heran dan binggung.
------------------------------------------------------
Gimana? Maaf kalo sekarang tingkat kelucuan cerita nya berkurang. Gue lebih fokus pada cerita cinta Eza sekarang. Apa kalian berpikir ini akan jadi cinta segitiga? Ahh... tidak hanya sekedar itu. Pokoknya tunggu aja sampe ending yak..
KAMU SEDANG MEMBACA
KZL : KAGAK ZOMBLO LAGI
Teen Fiction[PROLOG] Hidup ditengah zaman peradaban baper ini memang susah untuk bertahan hidup dengan status "ZOMBLO". Apaan tuh ZOMBLO? "ZOMBLO" berasal dari kata "JOMBLO" yang sedikit dipergaul menjadi "ZOMBLO". Kaum zomblo biasanya udah kenyang dikatai...