[KEPUTUSAN]

16 3 1
                                    


Pernahkan kalian merasakan bagaimana rasanya memutuskan suatu pilihan? Diantara dua pilihan yang begitu sulit. Apakah kita akan mengikuti kata hati kita atau mungkin kita akan membawa logika kita untuk mengambil sebuah keputusan tersebut. Dan untuk keputusan kali ini, gue akan ambil dengan mengikuti kata hati.

"Aku sekarang sudah mulai bisa mengutarakan apa yang aku rasakan dan aku sudah merasa nyaman Za!!" Ucap Dea dengan nada sedikit tenang tapi masih tersedu-sedu.

"Sebenarnya aku.... Suka... sama kamu Za" Lanjut Dea yang kemudian menangis lagi.

"Ssstt... sudah..." Jawab gue menenangkan yang sebenarnya gue sendiri begitu terkejut.

"Aku sudah nyaman banget sama kamu Za" Ucap Dea.

"Aku juga suka banget dan nyaman banget sama kamu Dea, tapi aku belum siap pacaran dengan kamu sekarang. Ada satu hal yang harus aku selesaikan" Jawab gue.

"Masalah dengan ka Ajeng?"

"Hmm..."

"Sebenarnya aku juga sudah tau kalo ka Ajeng suka kan sama kamu juga kan?" Ucap Dea yang membuat gue terkejut lagi.

"Kok... kamu... tau?" Jawab gue binggung.

"Yasudah gak papa.. aku yakin kamu orang yang bisa memberikan keputusan tanpa menyakiti perasaan orang lain" Ucap Dea.

"Maaf Dea, aku tidak bisa berjanji banyak ke kamu. Maafkan aku juga karena telah membuat kamu menyatakan perasaan mu terlebih dulu. Kayanya kita gak usah jalan dulu malam ini, cuacanya juga sudah mau hujan" Jawab gue.

"Hmm..." Balas Dea

"Maafin aku ya... bye"

Setelah itu gue kembali pergi ke tempat bengkel. Ajeng Nampak begitu bosan menunggu sampai-sampai gak ada kerjaan dia main gunting batu kertas dengan anak tukang bengkel. Gue kemudian mengajak Ajeng untuk pergi ke café sementara motornya diperbaiki.

"Serius lo mau ngajak gue makan di café?" Tanya Ajeng begitu sumringah.

"Iya... lebay" Jawab gue.

"U....yeeeeeayyyy AYO BURUAN!!" Teriak Ajeng kegirangan.

Kami pun sampai di café. Café yang lumayan terkenal di Jakarta ini memang tempat yang sangat digemari anak muda. Banyak orang yang mengajak pasangannya kesini. Malam ini gue mengajak Ajeng kesini untuk mengatakan sesuatu.

"Gak usah makan banyak-banyak lo mau gendut ya?" Tanya gue membuka pembicaraan.

"Ahhh... bodo amat, kapan lagi makan di café kaya gini" Jawab Ajeng.

"Sebenarnya... gue... mau bilang..."

"Stop!!" Ajeng menghentikan pembicaraan gue seperti dia sudah tahu apa yang ingin gue katakan.

"Maafkan gue Jeng, gue harus memperjelas semuanya" Ucap gue dengan sedikit tidak enak.

Setelah gue mengucapkan itu, Ajeng hanya terdiam dan menyantap makanannya tanpa semangat. Habis menyantap makanan Ajeng pun segera mengajak gue pulang. Saat di depan café gue pun langsung menarik tangan Ajeng dan memeluknya ditemani rintik hujan yang mulai turun. Ia kemudian menangis dan berteriak-teriak. Kemudian terdengar lagu All I Ask dari dalam café.

I will leave my heart at the door
I won't say a word
They've all been said before, you know
So why don't we just play pretend
Like we're not scared of what is coming next
Or scared of having nothing left
Look, don't get me wrong
I know there is no tomorrow
All I ask is

If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
Cause what if I never love again?

"ZA!! Semua yang lo lakuin ke gue sungguh jahat" Teriak Ajeng sambil menangis.

"Maafin gue Jeng, selama ini perasaan gue ke lo hanya sebatas sahabat" Jawab gue meminta maaf kemudian melepaskan pelukan gue.

Meskipun gue merasa berat harus memilih keputusan seperti ini, tapi ini harus tetap gue lakukan agar semuanya jelas. Mungkin semuanya akan terasa canggung untuk ke depannya. Tapi ini demi kebaikan semuanya. Selama ini Ajeng benar-benar terbebani oleh perasaannya. Bahkan aku baru tau kalau dia mempertahankan penampilannya karena gue. Waktu saat dia dibully karena penampilannya itu, gue kan memuji dia bahwa penampilannya bagus. Padahal waktu itu gue cuma gak mau dia bersedih, tapi gue gak nyangka dia bisa rela mempertahankan penampilannya itu karena dipuji gue. Gue tau tentang hal ini dari Doni kemarin. Ternyata selama ini Doni sudah tahu banyak tapi dia memilih diam.


[SEMESTER AKHIR]

Pagi yang cerah, tak terasa sudah memasuki semester akhir. Ujian pun sudah di depan mata. Suasana kelas benar-benar berbeda hari ini semuanya nampak sedang bejalar padahal belum masuk jam pelajaran. Dan saat gue duduk di kursi, tak lama kemudian masuk seorang cewek. Dia adalah Ajeng, sekarang penampilannya benar-benar berbeda. Rambut nya nampak lurus dan tertata rapi. Mukanya pun nampak lebih cerah sekarang. Sepertinya dia juga sudah berhasil menata perasaanya.

Oh, iya hubungan gue dengan Dea sekarang...

KZL : KAGAK ZOMBLO LAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang