[TAK INGIN TERULANG]

21 5 0
                                    

Tak habis pikir dengan semua yang dikatakan Doni kemarin. Hati gue sekarang mulai bimbang. Hari ini Ajeng sudah mulai masuk lagi ke sekolah. Saat di kelas ia menatap gue dengan canggung dan ini sebenarnya sangat menggangu. Karena tak ingin terlihat canggung gue pun mencoba bertingkah seperti tak mengetahui apapun dan tak menghiraukan kejadian pada saat di rumah sakit.

"Akhirnya kita bisa ngeliat muka temen kita yang kumel lagi" Ucap Doni.

"Ahh... sebenarnya lebih enak dia gak ada kan?" Canda gue.

"Jahat ya lu pada!! awas aja ya!!" Jawab Ajeng kesal.

"Ampun dehhh" Ucap Doni.

"Hmm.. rasanya enak banget ngobrol di kantin kayak gini sama kalian, daripada hanya berbaring di rumah sakit"

"Lebay ah lo, bukannya cuma 2 hari di rumah sakit" Jawab gue.

"Hmm.. sekali lagi makasih ya Za udah nolongin gue waktu itu" Ucap Ajeng.

"Ahhh lebay" Jawab gue bercanda.

Sepulang sekolah gue berencana pulang sama Doni dan Ajeng. Saat keluar dari pintu kelas sudah ada Dea dan Sasa duduk di kursi depan kelas gue.

"Eee... ngapain kesini??" Ucap gue binggung.

"Haiiiii sayang dodon" Teriak Sasa kemudian menghampiri Doni.

"Ahhh... geli banget, yaudah gue pulang" Ucap Ajeng kemudian pergi meninggalkan kami.

"Aaaa..." Gue bingung melihat Ajeng pergi begitu saja.

"Aku mau pulang bareng aja sama kamu" Ucap Dea yang kemudian mengalihkan perhatian gue ke dia lagi.

"Ohh.. yaudah"

Gue pun pulang bareng sama Dea tapi saat di taksi kami hanya saling diam. Entah pikiran gue melayang entah dimana. Tiba-tiba Dea pun membuka pembicaraan.

"Mas??" Ucap Dea.

"A... kok di panggil mas?" Jawab gue binggung dan tak terima

"Bercanda.. Hehehe" Ucap Dea tertawa.

"Gitu sekarang ya bibi... Hahaha" Balas gue.

"Dasar om jahat ya"

"Nenek kenapa? Hahaha"

"Kakek ini cucumu Hahaha"

Gue dan Dea pun tertawa lepas gara-gara candaan tadi. Dia begitu cantik saat sedang tertawa lepas, ini pertama kalinya melihat dia tertawa seperti itu. Sesampainya di depan komplek Dea, gue pun melambaikan tangan dan menyuruh Dea cepat ke rumah. Saat gue berbalik ingin berjalan pulang tiba-tiba Dea memanggil gue.

"Eee... kita jalan yo... malam... minggu ini?" Ajak Dea nampak begitu malu.

"Ahh.. kok kamu ngajak duluan si, harusnya kan aku"

"Emang ada aturannya ya cowok yang harus ngajak duluan?"

"Yaudah ayo aja" Jawab gue mengiyakan.

"Oke deh ku tunggu ya" Ucap Dea kemudian beranjak pergi.

"Tunggu!" Gue menghentikan Dea.

"Ada apa lagi?"

"Maafin aku malam minggu kemarin ya karena ninggalin kamu" Ucap gue meminta maaf.

"Yaudah.. gak papa. Dahh aku pergi ya!" Jawab Dea melambaikan tangan.

Tak terasa hari berganti dan malam minggu pun kembali menghampiri. Semenjak dekat dengan Dea malam minggu gue udah gak suram lagi. Malam ini gue ingin ngajak dia makan di cafe, ya sekali-kali lah ngajak dia ke tempat bagus. Saat semua sudah siap tiba-tiba ada suara bel di kamar apartemen gue. Gue pun membuka pintu dan ternyata Ajeng yang memencet bel tadi.

"Kenapa Jeng?" Tanya gue.

"Za bantuin dorong motor gue dong, itu ban nya bocor" Ucap Ajeng.

"Halah.. dimana mulai bocor nya ban lo?"

"Di warung dekat apartemen lo" Jawab Ajeng.

"Halah yaudah gue kunci kamar apartemen gue dulu"

Gue pun membawa motor Ajeng yang mogok ke bengkel dekat apartemen gue, tapi ternyata tutup. Terpaksa gue mencari bengkel lain. Lumayan jauh gue berjalan dan begitu capek tapi akhirnya ketemu juga bengkel yang buka.

Gue lihat jam gue sudah pukul 8 malam, gue sangat terlambat menjemput Dea. Gue pun bergegas ingin pergi menuju tempat Dea. Tapi Ajeng ingin menahan gue agar tetap menemaninya. Tak ingin mengecewakan Dea lagi gue pun meminta maaf ke Ajeng tak bisa menemaninya. Gue bergegas berlari menuju parkiran apartemen untuk mengambil motor gue. Sesampainya di depan komplek gue melihat Dea begitu kedinginan menunggu gue. Gue pun langsung menghampiri Dea dan memasangkan jaket gue untuknya. Dea pun tiba-tiba menangis.

"Kenapa??? Kenapa lama sekali!!" Teriak Dea sambil menangis.

"......" Tanpa sepatah kata gue hanya bisa terdiam binggung kenapa Dea bisa menjadi seperti ini.

"Sampai kapan aku harus begini?? Apa perasaan kamu sudah mulai berubah sekarang?" Ucap Dea masih dengan sambil menangis.

"Memang kenapa Dea? Jangan bikin aku khawatir" Jawab gue mencoba menenangkan dengan perlahan memeluk nya.

"Aku sekarang sudah mulai bisa mengutarakan apa yang aku rasakan dan aku sudah merasa nyaman Za!!" Ucap Dea dengan nada sedikit tenang tapi masih tersedu-sedu.

"Sebenarnya aku....."

KZL : KAGAK ZOMBLO LAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang