Bagan IV

13 2 0
                                    

Aku terbangun dari mimpi indahku. Aku memeluk tubuhku sendiri. Senyumku masih saja terukir di sana. Hari ini aku akan bertemu dengan Aderian untuk ketiga kalinya. Aku merasa aku menanti waktu itu terus menerus. Tak pernah kubayangkan, aku akan bertemu dengannya. Tak pernah kusangka, aku selalu menginginkannya untuk selalu di dekatku. Aku terhenyak dalam rasa aneh ini. Sangat menikmati ini. Seperti aku menemukan sesuatu baru untuk kupelajari dan aku bersemangat untuk mempelajarinya. Tapi untuk detik ini aku belum mengetahui siapa sebenarnya ia.

"Selamat pagi, Tuan Puteri,"

Sapa Tn. Robbinson riang. Aku menjawabnya dengan senyumku.

"Pagi, ayah,"

"Bagaimana perasaanmu?"

Tanya Tn. Robbinson spontan. Aku tertegun. Perasaan apa? Perasaan tentang apa? Aku bertanya-tanya sendiri.

"Mungkin senang?"

Jawabku ragu dan justru meminta kepastian. Tn. Robbinson tersenyum padaku. Aku tahu ia geli dengan jawabanku atas pertanyaannya.

"Terserah kau saja, aku tak pandai menebak perasan orang, sayang,"

Kata Tn. Robbinson akhirnya. Aku masih bingung. Sungguh, apa maksudnya ini? Ny. Phe menghampiriku, menanyakan keperluanku. Keperluan mandi tentunya, seperti biasanya.

Setelah aku selesai mandi dengan dayang-dayang pemandian, aku segera berganti pakaian. Tapi aku meminta kepada Ny. Phe agar tidak memberikanku gaun merepotkan seperti kemarin untukku. Ny. Phe memilihkan gaun warna hijau green tea selutut. Bagian pinggangnya tidak terlaku mengembang dan terdapat pita warna hitam melilit apik membentuk postur tubuhku. Bagian dadanya sedikit terbuka tetapi bagian lengannya tertutup hingga ke siku. Roknya polos tetapi ada ukiran kupu-kupu warna pink di bagian bawahnya, membentuk pola sendiri. Rambutku disanggul tidak terlalu tinggi. Bagian depannya sedikit dibuat jatuh menutupi pipiku. Di atasnya diletakkan mahkota zamrudku. Kakiku dihiasi oleh sepatu dengan hells setinggi 4 senti warna pink salem. Wajahku di oles oleh make-up seperti biasanya, tapi sedikit diberi warna hijau di bagian matanya. Aku merasa penampilanku lebih, santai.

Tn. Robbinson membacakan agenda kegiatanku hari ini.

"Untuk hari ini kau hanya disuruh Ayah membaca di perpustakaan. Kau bisa minta ditemani Tn. Grey, Prof. Kidd, atau Prof. Sept. Itu terserah kau saja. Tapi kau nanti akan berjalan-jalan dengan Pangeran Aderian. Ku harap kau tidak lupa karena terlalu asik di perpustakaan, Tuan Puteri,"

Aku terkekeh geli mendengar kalimat terakhirnya. Aku bertanya kepada Tn. Robbinson tentang acara jalan-jalan itu.

"Pukul berapa aku akan jalan-jalan dengan Pangeran Aderian?"

Tanyaku cepat. Tn. Robbinson menjawabnya sambil melihat catatan agendaku.

"Di sini tertulis pukul 2 siang. Fhew, terlalu panas,"

Aku geli melihat caranya menanggapi acara jalan-jalanku. Aku meminta Ny. Phe untuk memberiku jam tangan. Tunggu-tunggu, aku tak memiliki jam tangan. Sebelum ku ucapkan permintaanku aku bertanya terlebih dahulu kepada Ny. Phe.

"Apa aku memiliki jam tangan?"

Ny. Phe terkaget kemudian menjawabnya dengan sedikit terbata.

"Ti-dak, Tidak. Waktu itu Tuan Puteri tidak mau dibelikan Ayah ketika sedang ke luar istana,"

Bagus. Bagus sekali. Lalu bagaimana bisa aku mengingat acara jalan-jalanku dan pertemuanku dengan Aderian bangku taman jika aku tak memiliki pengingat waktu.

Aku meminta kepada Tn. Robbinson untuk menemui Ayah agar membelikanku sebuah jam tangan. Dengan catatan, berwarna hitam dengan sedikit polesan warna pink. Tn. Robbinson dengan segera meninggalkan posisinya di belakangku ke depan pintu besar putihku. Ia menarik gagangnya kemudian berjalan cepat munuruni anak tangga kemudian menghilang.

Happily (N)Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang