Gue tidak melakukan apa yang di sarankan Anna. Entahlah kenapa, waktu itu gue cuman mendekatinya selama satu minggu setelah itu tidak lagi. Gue yang entah kenapa, sifat gue berubah. Gue sering menerima ajakan makan malam, adik kelas disini atau sepantaran di sekolah ini.
Gue merasa, seakan gue mempermainkan hati perempuan. Gue merasa kalau gue hampir mendekati yang namanya playboy.
"Tobat lagi Ricky, lo banyak phpin anak orang.,"Saran Mark.
"Lo enggak ngebayangin gimana rasa senangnya mereka? Terus rasa sedih waktu lo bilang kalau cuman malam ini aja?"tanya Adlan tidak percaya melihat gue yang berubah.
"Memangnya lo kayak gitu, bisa ngelupain Lucy atau Emily?"tanya Thomas.
Pertanyaan Thomas benar-benar langsung terkena ke perasaan gue. Pertanyaan Thomas selalu gue tanya untuk diri gue sendiri. Dan jawabannya selalu sama, tidak bisa.
Beberapa bulan ini, gue dan yang lain lost kontak dengan Emily. Ini yang membuat gue juga menjadi berantakan. Alasan lain yang membuat gue berubah.
Nasib gue memang tidak pernah bagus. Tapi, gue selalu percaya. Kalau suatu saat nanti pasti gue akan mendapatkan sesuatu yang indah. Contohnya saja, tidak ada pelangi jika tidak hujan.
Mark meneliti wajah gue, "Sepertinya, yang Thomas tanya nusuk ke hati Ricky,"
"Gue kan pintar menebak isi hati orang,,"
Bangga Thomas."Curhat sama kalian enggak ada gunanya,,"kesal gue.
"Kan kita bertiga belum pernah ngerasain, apa yang lo rasa. Gimana kita bisa kasih lo saran?"balas Thomas.
Gue mengangkat bahu, tidak peduli dengan mereka. Setelah itu gue pergi dari tempat ini. Entah kemana tujuan gue. Yang jelas bukan kelas atau kantin, gue tidak mau bertemu dengannya.
Apa gue harus tobat? Apa gue harus ikut saran mereka? Tidak ada untungnya juga bagi gue. Yang ada gue di cap sebagai laki-laki yang suka mempermainkan hati perempuan. Move on juga tidak bisa.
Apa gue harus berjuang lagi? Apa gue harus ikutin ucapan Anna? Bahkan, gue tidak pernah bertemu Anna lagi. Apa gue harus berjuang atau menyusul dirinya? Tapi, gue aja tidak tahu dia dimana.
Jika gue berjuang, gue tahu hasilnya. Hasilnya pasti akan sama. Tapi, jika gue menyusulnya. Mungkin gue akan tersesat entah kemana atau yang lebih parahnya, hati gue mungkin bisa terluka. Tidak ada yang menjamin, kalau disana Emily tidak menyukai siapapun.
Jadi, gue harus gimana? Diam disini. Melupakan mereka secara perlahan. Berpura-pura kalau kejadian yang selama ini gue terima, tidak ada.
Kenapa gue tidak bisa melupakan dua perempuan itu?
○○○○
Yang gue pilih adalah pilihan pertama. Mencoba untuk berjuang lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya. Berjuang mendapatkan hatinya dengan Ricky yang baru.
Gue akan memulai semuanya dari awal. Dari seseorang Ricky yang sama sekali tidak mengenal Lucy. Gue akan mengikuti aturan alam yang sering terjadi. Yaitu, perkenalan, pendekatan dan mungkin bisa berakhir seperti yang lain. Berakhir bahagia atau justru sebaliknya. Yang lebih parah, gue tidak di respon oleh dirinya.
Gue mengambil tempat duduk di depan Lucy. Gue menyadari tatapan aneh dari teman-temannya, tapi mereka tidak berani mendekat. Wajar saja, mereka tidak akan berani dengan gue. Anggota dari grup yang di ketuai Adlan, grup yang sering membully siswa disini.
Tatapan aneh dan heran bukan hanya dari teman-temannya, tapi seluruh pengunjung kantin ini. Sedangkan Lucy? Dia belum menyadari kalau ada gue di depannya. Kami menjadi pusat perhatian, tapi dia sama sekali tidak menyadari diri gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aftertaste
Novela Juvenil"You don't like me again? Cool, cause I don't wake up everyday to please you." - Ricky Matthew I'll leave you with the memory and the aftertaste. Catatan sebelum membaca : Tanda baca masih berantakan dan ceritanya gak jelas:)