Last chapter for today. Enjoy!
---
DEMETRA
"Maaf aku tidak bisa ikut acara kantor," ucapku meminta maaf untuk kesekian kalinya pada Revan selagi aku memasangkan dasi yang senada dengan warna kemeja di dalam setelan jas hitamnya.
Malam ini adalah pesta perayaan kerjasama perusahaan Revan dengan perusahaan otomotif dari Jepang yang menjadi partner kerja perusahaannya. Pesta diadakan cukup mewah dan formal karena kerjasama ini sebagai pertanda awal kebangkitan kembali perusahaan Revan.
Cukup cepat juga Revan bisa menemukan perusahaan yang mau berinvestasi pada perusahaan, hanya berselang tiga bulan dari PHK besar-besaran yang dilakukan. Aku bahagia karena kerja keras dia akhirnya membuahkan hasil. Dia hilir mudik ke luar negri selama ini mencari investor yang mau menanamkan modal di perusahaan dan akhirnya menemukannya.
Sayangnya, aku tidak bisa ikut menemaninya karena sudah beberapa hari ini aku tidak enak badan. Aku selalu merasa lemas dan pusing. Kemungkinan masuk angin dan juga efek diet. Walaupun sudah berhenti diet karena Revan protes tapi aku masih sering merasa lemas. Aku belum sempat ke dokter karena sibuk dengan anak-anak dan Revan. Baru besok rencananya, aku akan ke sana.
"Tidak apa-apa. Kamu istirahat saja malam ini," katanya sambil memelukku. "Aku tidak mau kamu semakin sakit. Wajahmu hari ini lebih pucat dari kemarin. Apa aku tidak usah pergi?" tanyanya terdengar begitu khawatir.
Aku pun tersenyum melihat dia yang kembali menjadi Revan yang dulu. Revan sudah bisa tersenyum lagi. Revan yang selalu memberikanku kehangatan dan perhatian. Sama seperti dulu.
"Aku ga papa. Lagipula ada anak-anak yang jagain aku."
Revan menghela napas terlihat masih cemas. "Kalau ada apa-apa, langsung hubungi." Aku pun mengangguk sambil tertawa kecil mendengar kalimat perintahnya yang lucu. "Tapi aku berharap, malam ini kamu sembuh. Soalnya besok kita punya banyak hal yang harus dikerjakan," katanya sambil menyengir nakal.
Dia benar-benar sudah kembali menjadi Revan yang dulu. Karena sifat mesumnya jelas-jelas sudah kembali. Tidak ada saat yang dia lewatkan untuk tidak menggodaku. "Memangnya apa rencanamu untuk anniversary kita besok?" tanyaku sambil mengalungkan tangan di lehernya. "Kalau tidak seru, kamu tidur di luar selama sebulan!" ancamku sambil tertawa.
Dia memegang pinggangku dan mengusap-usap lembut lekukan tubuhku. Besok adalah peringatan pernikahan kami yang ke-10. Biasanya setiap tahun kami merayakannya dengan hanya berdua saja, tapi sudah dua tahun ini kami tidak sempat melakukannya karena kesibukan Revan. Tapi besok, Revan sudah berjanji akan memberikan kejutan yang akan menebus dua tahun perayaan kami yang terlewat begitu saja. Dan aku tidak sabar menunggunya.
"Just wait and see. Kamu pasti akan terus mengingatnya hingga kita tua nanti," jawabnya tersenyum miring. "This is the best! The best for my best wife."
Revan kemudian menempelkan bibirnya di bibirku dan mulai menciumku mesra. Terus memagutku seakan-akan kami sudah beratus-ratus tahun tidak melakukannya. Tangannya bahkan sudah mulai menggerayangi tubuhku sejak tadi.
"Aku tidak suka kamu sekurus ini," keluhnya sambil mengecup leherku. "Aku mau Demiku yang gendut kembali," rajuknya seperti anak kecil.
Aku pun tertawa mendengar keluhannya. Suami aneh. Dia malah lebih suka aku bertubuh gemuk dibandingkan langsing. Dia terus menerus protes tanpa henti sampai aku pusing dibuatnya. Katanya kalau aku gendut, lebih enak dipeluk. Tapi tetap saja aku tidak akan menggendutkan badanku kembali. Bukan apa-apa, aku merasa jauh lebih sehat dengan tubuhku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Baby, Dont Cry [SUDAH DITERBITKAN]
Romance[CERITA AKAN DITERBITKAN SECARA SELF PUBLISH SEHINGGA SEBAGIAN BESAR BAB SUDAH DIHAPUS] "Aku akan membahagiakanmu seumur hidupmu, Sayang. Jadi tetaplah bersamaku, hingga ajal menjemput" Janji Revan pada sang istri, Demi. Namun, di saat usia pernik...