BAB 6

125K 5.6K 382
                                    

Sebelum lanjut baca, aku mau ngomong dulu.

Jadi .... masih banyak yang protes soal keputusanku memotong bagian 21+++ dari cerita ini. Katanya mengurangi feel cerita (padahal adegan itu cuma ada di prolog dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan isi cerita. Sisa cerita sama persis dengan cerita lama. Tidak ada yang dicut). 

Kenapa aku hapus? Jawabannya karena yang baca ceritaku bukan cuma wanita-wanita yang sudah menikah yang merasa wajar saja baca begituan. Setelah melakukan pengamatan, aku menemukan bahwa yang baca ceritaku itu dari anak SD sampai dewasa. 

YAP, ANAK SD.

Aku tahu darimana? Karena aku pernah ngobrol langsung dengan dia. Dia ngaku masih kelas 4 SD saat itu. 4 SD!!! Kalian bayangkan saja, anak 4 SD baca My Lady dan LOTB. 

Dulu, aku menulis adegan seperti itu, karena pembaca mayoritas sudah dewasa. Tapi belakangan ini, penikmat cerita di wattpad bukan lagi orang dewasa. Tapi udah banyak anak di bawah umur. 

Dari sini aku merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga mereka. Aku bayangin aku punya anak SD terus baca cerita dewasa. Bagus kalau dia cuma buat bacaan, kalau dia penasaran terus dipraktekkan? Naudzubillah min dzalik. 

Jadi, kalau kalian mencari yang hot2, silahkan cari di cerita lain. Karena di sini kalian tidak akan menemukannya. Palingan aku hanya akan menulis sejauh kissing atau touching. Selebihnya, nope. Silahkan kalian berimajinasi sendiri.

Aku harap kalian bisa menerima keputusan ini. 

Thanks a lot buat kalian yang masih mau membaca ceritaku.


---


REVAN

BRAKK

Aku tersentak karena bunyi nyaring itu dan mataku terbuka saat itu juga. Suara apa itu? Aku melihat ke sumber suara dan di sana Demi berdiri. Tampak terkejut dengan air mata mengalir.

Ada apa dengannya?

"Demi," panggilku lirih.

Saat aku mengangkat tubuhku dari tempat tidur, barulah kusadari tubuhku polos tanpa sehelai benang pun. Aku pun berusaha keras mengingat apa yang terjadi, tapi aku tidak bisa sama sekali. Ingatanku kabur, yang kurasakan hanyalah sakit kepala luar biasa hebat yang membuatku meringis kesakitan.

Tiba-tiba kurasakan pergerakan di sebelahku, yang membuatku menoleh cepat. "Apa yang-," seruku terkejutnya saat melihat Disha yang juga bertubuh polos saat ini, duduk di sebelahku sambil menatapku dengan tatapan penuh penyesalannya.

Apa yang terjadi??? Kenapa aku dan Disha berada di tempat tidur yang sama tanpa menggunakan pakaian sehelai pun? Aku mengacak rambutku frustasi karena tidak bisa mengingat sedikit pun mengenai kejadian tadi malam.

Aku pun kembali menatap Demi yang balas menatapku penuh kesakitan. Air mata mengalir deras dari kedua matanya dan dia terisak kencang meskipun saat ini tangannya menangkup mulutnya. Demi kemudian berbalik badan dan menghilang. 

Ini semua salah paham dan Demi harus tahu itu. Tapi apa iya ini hanya salah paham? Jangan-jangan semalam diriku dan Disha melakukannya?

Sial!!!

"Mas Revan," panggil Disha berusaha menahan lenganku, saat aku bergerak menyibak selimut yang menutupi tubuh polos kami berdua. "Tunggu-,"

Aku menghentakkan tangannya dan segera turun dari tempat tidur. Menyambar boxerku di lantai dan memakainya dengan cepat. Aku berlari keluar kamar berpikir Demi pasti sudah keluar dari apartemen, namun dia masih ada.

[2] Baby, Dont Cry [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang