7.

1.4K 103 4
                                    

Hari minggu yang sangat menyenangkan. Sungguh aku benar-benar cinta hari minggu. Karna hari itu aku dapat sepuasnya membaca novel tanpa terganggu pr, tugas dan lainnya.

Seperti minggu-minggu sebelumnya yang ku lakukan. Aku berbaring di tempat tidur, membaca novel sambil menyeruput milkshake strawberry kesukaanku.

Benar-benar menyenangkan tanpa gangguan natsu.

Tanpa terasa aku mulai larut dalam alur cerita novel ku yang bercerita seorang lelaki berumur 6 tahun bersahabat dengan seorang perempuan yang beda 1 tahun di bawahnya.

Mereka bersahabat, menjalani hari-hari bersama. Yang membuat mereka tanpa sadar menimbulkan perasaan nyaman dan saling membutuhkan satu sama lain.

Semua berjalan baik-baik saja hingga satu tahun kemudian keluarga lelaki itu memutuskan pindah rumah entah karena apa. Dan menyebabkan terjadinya perpisahan yang menyedihkan.

Tanpa terasa mataku pun mulai berkaca-kaca karena terlalu mendalami cerita tersebut. Hingga sebuah suara membuat konsentrasiku buyar seketika.

"Tuk!"
'Satu'

"Tuk!"
'Dua'

"Tuk!"
'Tiga'

"Tuk!"
'Empat'

Argh tanpa ku lihat pun aku tahu siapa yang membuat keributan. Apa sih maunya sih pinky itu. Tidak cukup kah ia menggangguku kemarin.

"Luce,"

Kuhiraukan panggilannya. Menyebalkan sekali, tidak kah dia tau aku sedang sibuk.

"Luce," panggil Natsu kedua kalinya.

Aku mencoba fokus kembali membaca novelku. Tapi baru saja mau membacanya. Suara si pinky itu terdengar lagi.

"Luce,"

"Tuk!"

Dengan kesal ku hempaskan novelku dan berjalan menuju jendela balkon.

Aku membuka jendelaku, baru saja aku mau memarahinya karena mengganggu kegiatanku, tiba-tiba satu batu dengan tepat mengenai dahiku.

Aku mengerang kesakitan sambil mengusap-usap dahiku, lalu aku menatap Natsu garang yang di balas dengan tatapan sok polosnya.

Sok cool, sok datar, sok polos, menyebalkan kurang apa lagi coba.

"BISAKAH KAU TAK MENGGANGGUKU SEHARI SAJA! KEMARIN KAU MEMBANGUNKANKU DENGAN CARA MENYIRAMKAN AKU AIR! SEKARANG APA LAGI," teriakku nyaring.

Bukannya menjawab ia malah mentapku dengan tatapan datarnya. Oh ayolah apakah aku harus meminumkan nya bodrexin?

Argh... apa sih maunya.

Merasa berkata kasar tak membuahkan hasil, aku berkata lebih lembut padanya "ada apa Natsu?"

Bisa ku lihat dia tersenyum seketika. Oh sekarang aku mengerti mengapa dia tak mau menjawabku tadi.

Dalam hitungan detik ia memanjat dinding pembatas rumah ku dengannya lalu dia mengetuk pintu kamarku. Malas meladeninya aku membukakan pintu.

Seolah rumah sendiri ia mengarahkan tatapannya ke sofa mengisyaratkan agar aku duduk di sana yang langsung saja ku turuti. Hari ini aku benar-benar sedang malas berdebat dengannya.

"Ayo pergi kencan," ucapnya datar tanpa ada ekspresi di wajahnya.

"Kencan?" Ulangku dengan nada tak yakin.

Ia mengangguk.

"Tapi aku kan bukan pacar-" perkataanku terhenti begitu aku sadar aku kan saat ini berpacaran dengannya. Ah baka lucy.

The Day With HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang