Rara telah siap berangkat sekolah, ia sesekali bercermin untuk memastikan kalau penampilannya sudah oke. Hari ini ia membiarkan rambutnya di kuncir kuda, dengan poni pagar sebagai ciri khas dari seorang Rara. Sang Mama yang sudah menunggu di meja makan sejak tadi tersenyum melihat anaknya yang baru saja turun begitu cantik hari ini.
"Pagi, Ma," sapa Rara penuh hormat.
Manda tersenyum, lalu mengusap rambut Rara dengan sayang. "Kamu cantik banget hari ini," puji Manda tulus. Membuat Rara terkekeh.
"Terus, biasanya Rara jelek gitu, Ma? Lagian Rara pasti cantik lah, masa ganteng," kata Rara yang membuat Manda tertawa ringan.
Manda mengoleskan selai cokelat kesukaan Rara. "Kamu bisa aja, nih buat kamu. Special, cokelatnya banyak."
Rara tersenyum, "Makasih, Ma."
Ponsel Rara bergetar, tanda bahwa ada pesan masuk. Ternyata dari Farel.
Farel Yudikha : Gue udah di depan rumah nih, yuk berangkat.
Rara tersenyum membaca line dari Farel. Ia senang mempunyai sahabat seperti Farel, selalu ada dan pengertian. Sebenarnya ia ingin menceritakan segalanya pada Farel, agar beban yang ia punya setidaknya sedikit berkurang. Namun apalah daya, hatinya masih belum kuat untuk menceritakan semuanya.
Rara langsung menenggak habis susunya, lalu mencium tangan sang Mama. "Ma, Rara berangkat dulu, ya. Farel udah di depan."
"Loh kok tumben Farelnya gak masuk dulu?"
"Iya, Ma. Soalnya lagi buru-buru. Titip salam aja katanya. Rara berangkat ya, Ma. Assalamu'alaikum," pamit Rara yang langsung berlari kecil keluar rumah.
"Wa'alaikumsalam..."
* * *
Hari ini Rara lebih banyak diam di kelas, Myta memandang teman sebangkunya yang juga sahabatnya dengan heran. Biasanya gadis itu akan heboh bercerita soal apa saja padanya. Namun hari ini tampak berbeda. Seperti bukan Rara yang ia kenal.
"Ra, lo lagi ada masalah? Kok diem aja," tanya Myta pelan. Ia menepuk bahu Rara namun gadis itu tak menggubris.
"Ra?"
Rara sedikit terkesiap ketika Myta menepuk pundaknya untuk yang kesekian kali. "Kenapa, Ta?"
Myta mendengus, "Harusnya gue yang tanya gitu, lo kenapa? Biasanya tiap sekolah lo heboh cerita apa aja sama gue."
"Oh, haha. Gapapa, gue lagi galau aja. Semalem gue habis nonton drakor judulnya Shut Up Flower Boy Band. Sedih banget, gue jadi kepikiran," celetuknya yang membuat Myta tertawa seketika. Bisa saja sih seorang Rara yang heboh tiba-tiba terdiam hanya karena drakor yang ia tonton. Karena ini bukan yang pertama Rara seperti itu. Dan Myta sudah sangat paham.
"Yaelah, emang gimana ceritanya? Lo nonton sendirian aja, pinjem dong!"
"Sedih lah pokoknya, apalagi pas leader band mereka mati ketabrak. Itu sedih banget, gua sampe gak berhenti nangis. Mana lagunya juga sedih banget," sahut Rara yang secara tak sadar meneteskan air matanya. ia baru saja menangis. Hanya karena drakor yang ia tonton semalam.
Myta hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kelakuan Rara memang begini. "Astaga, lo mendalami banget ya kayaknya. Cup-cup, jangan sedih. Jangan baper kayak gini dong. Mending kita ngantin, yuk?"
Rara menyeka sisa air matanya, lalu mengangguk setuju. Di ujung kelas, terlihat seseorang yang sangat ia kenali pun sudah menunggunya.
"Rara kenapa?" tanya Farel panik melihat wajah Rara yang terlihat habis menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintapuccino; A Cup Of Love
Teen Fiction[DI REVISI SETELAH ENDING] Keyra Amalia Putri, sangat suka sekali dengan cappuccino. Ia bahkan merasa sudah kecanduan. Rasa pahit dan manis yang ia rasakan, tak jauh beda dengan kisah hidupnya. Gadis yang aslinya pendiam ini, selalu menyembunyikan s...