#18 Apa yang terjadi?

524 43 61
                                    

"Sebenernya, Ayah gue yang sekarang, bukan ayah kandung."

Farel dan Myta sangat terkejut dengan pernyataan Rara. Mereka sampai kehilangan kata-kata. Namun, tidak dengan Ari. Jauh sebelum Rara mengatakannya, Ari sudah mengetahuinya terlebih dahulu.

"Ra, gue speechless." Myta menutup mulutnya, lalu, menatap Rara dengan mata berembun.

Farel menatap Rara yang tengah tersenyum getir, ada sesuatu yang menghujam jantungnya. Dia, benar-benar merasa bodoh, karena tidak pernah mengetahui penderitaan Rara selama ini. Tangan Farel terulur untuk mengusap kepala Rara, namun, dia urungkan, ketika tangan lain sudah lebih cepat bergerak. Myta yang menyadari, langsung menepuk bahu Farel.

                                   ***

Farel berbaring di atas bukit, menatap hamparan langit yang luas. Kemudian, berkhayal, bagaimana bila seandainya ia bisa terbang. Lalu, ia melukis wajah Rara diantara awan-awan.

Tangannya ia angkat, mencoba meraih wajah yang ia lukis dengan khayalan. "Tangan gue gak bisa meraih lo. Karena lo terlalu jauh, tak tergapai. Andai aja, gue bisa terbang. Jangankan gue raih, untuk merengkuh lo aja gue pasti mampu."

Farel tertawa sendiri, terkadang, menghabiskan waktu sendiri sambil menatap langit selalu membuatnya tenang.

"RARA! GUE SUKA SAMA LO! SUKA BANGET!" Farel berteriak dengan sangat keras, sampai ia merasa tenggorokannya sakit. Tidak ada maksud lain Farel melakukannya, hanya ingin melegakan hatinya saja, meski ia sudah mengungkapkannya pada Rara.

"Farel?" Ada sosok gadis manis yang muncul di depan wajahnya, membuat Farel tersentak, dan langsung bangun.

Myta terkekeh, lalu, ia duduk tepat di samping Farel. "Kenapa? Kok kaget?"

"Eh? Gak pa-pa, hehe. Daritadi?"

Myta mengangguk pelan. "Enggak, kok. Baru aja, tapi, maaf, gue terlanjur denger lo teriak."

Farel terlihat salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aduh, jadi malu. Lo ngapain di sini?"

"Gak ngapa-ngapain, emang gue gak boleh ke sini?"

"Iya boleh, masa enggak."

Hening. Suasana menjadi hening. Hanya ada suara dedaunan yang tertiup angin. Baik Farel dan Myta, sibuk dengan fikirannya masing-masing. Sibuk dalam perasaannya masing-masing.

"Rel? Apa lo gak mau berjuang untuk Rara?" Myta, pada akhirnya, membuka suara. Memecah keheningan diantara mereka.

Farel menoleh, lalu tersenyum. "Ini gue lagi berjuang. Berjuang mempertahankan persahabatan kita."

"Maksud gue, bukan itu, apa lo gak ada keinginan buat miliki dia, gitu?"

"Ta, dia tahu perasaan gue aja, gue seneng. Dia gak menjauh sama gue aja, gue seneng. Gue bisa terus deket dia aja, gue seneng. Untuk apa meminta lebih?"

Ada sesuatu yang membuatnya kagum pada Farel. Anak itu, sangat tulus. Myta suka dengan segala ketulusan Farel. Dia juga baik, dan selalu ramah pada semua orang. Sifatnya yang humble tentu saja selalu membuat siapa pun yang mengenalnya akan merasa nyaman.

"Gue juga suka sama seseorang, tapi, gue gak berani ngungkapinnya. Karena gue tahu, dia gak suka sama gue."

"Oh, ya? Siapa? Ciee, Myta normal! Gue sampe mikir kalo lo lesbong!" ucap Farel sambil mengacak poni Myta.

Myta mengerucutkan bibirnya, lalu, menoyor kepala Farel. "Sialan! Gue masih normal tahu!"

"Njir, masih normal? Berarti suatu saat gak normal?!"

Cintapuccino; A Cup Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang