Akhir Kesekian

11 3 1
                                    

Setiap waktu terasa semakin berat tanpa kamu. Kita berakhir berkali-kali. Dengan dera ragu dan pesimis akan masa depan. Tapi hati kita tak juga bisa saling melepas seutuhnya. Dua hari tanpamu, yang kurasa sepekan. Dan sepekan tanpamu yang kukira sebulan. Waktu berlalu begitu lambat tanpa ada kamu. Begitu lambat dan sakit.

Kita memisahkan diri berkali. Saling menyayangi yang berwujud saling menepi.
"Sampai izin itu tiba" katamu.
Aku berharap. Kamu berharap. Lalu kita berdua putus asa. Hanya keajaiban yang kan membuat kita satu.

Sesuatu. Bisa jadi baik meski berat bagi kita. Kita meyakini itu. Tapi masih juga ada rindu. Harap-harap yang menumpuk seperti gunungan garam yang disiram air. Larut, namun asinnya masih terasa. Mungkinkah kita mesti disiram lebih banyak lagi?

Bayangmu. Dan segalanya tentang kamu yang berkelindan dalam memori. Lekat, seperti permen karet di ujung rambut anak remaja.

Ah...
Mungkinkah jika kita sama sibuk dengan hal baru, kita akan bisa saling melupakan? Melarutkan rindu hingga tak lagi punya rasa. Memurnikan cinta hingga intisarinya saja. Meraih bahagia, meski tak berarti jadi satu?

Terimakasih untuk menjadi penjaga ku begitu sabar. Untuk mendewasa dalam beberapa jenak masa. Untuk menerimaku dengan setumpuk ketidakmampuan sebagai wanita. Untuk mengkhawatirkan air mataku, dan menghapusnya sesegera. Untuk berusaha siap dengan masa depan yang hanya punya setitik saja kemungkinan. Itupun dengan keajaiban.

Terimakasih untuk pernah ada...

YamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang