Pacaran itu memuakkan. Segala hal diatur. Harus begini, begitu. Tak boleh ke sini, ke situ. Jangan dekati ini, jauhi itu. Harus ngasih kabar, harus cepat balas pesan. Pokoknya, pacaran itu memuakkan.
Setidaknya, itulah alasanku lebih betah sendiri. Sendiri itu menyenangkan. Bebas. Terserah mau ngapain, ke mana saja, sama siapa. Pokoknya, sendiri itu menyenangkan.
Pacarku itu posesif. Maksudku, Ia sekarang sudah jadi mantan pacar. Kerjaannya nelpon melulu. Terus-terusan menanyaiku, lagi ngapain, sama siapa, di mana. Arrggghhh... pacaran mestinya tak serumit itu.
Ia selalu memintaku mengambil gambar, apa yang ada di sekelilingku--sebagai bukti bahwa aku benar-benar di tempat yang aku sebutkan. Itu harus kulakukan, karena menolak ajakan video call darinya.
Barusan Ia marah besar, karena puluhan panggilannya tak kujawab, ratusan pesannya tak kubalas. Aku sengaja memancing emosinya, biar aku diputusin. Aku ingin bebas.
Tiba-tiba saja Ia sudah berada di kamarku. Cowokku memang gila.
"Kenapa lagi kau acuhkan aku?" Ia menghardikku, wajahnya memanas.
"Aku bosan diatur-atur terus. Aku punya kesibukan lain. Tak ada yang berhak mengaturku, bahkan orangtuaku sendiri," ratapku memalingkan muka.
Gelap mata, pacarku meraih pensil alis di meja rias, dan membenamkannya ke lubang telingaku. Sakitnya luar biasa, aku tak sempat menjerit.
-------
Di dalam kubur, aku terus mengutuk mantan pacarku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Short Story
HorrorBisakah kau menuliskan cerita horor hanya dengan 200 kata? Well, gue bisa. Rencananya, ini akan terdiri dari 27 cerita horor pendek dengan maksimal 200 kata per-chapter. Buat yang punya ide untuk tema berikutnya, silahkan Vomment atau kirimkan pesan...