Aku seorang vampire.
Sudah lama sekali aku hidup hingga aku lelah menghitung umurku sendiri.
Kehidupan yang selalu sama setiap harinya. Membuatku bosan. Aku seolah berjalan di lingkaran tanpa jalan keluar dan tanpa henti.
Lalu aku bertemu denganmu. Kupikir aku akan menemukan hal yang bisa membuatku keluar dari lingkaran ini.
Tapi aku salah.
Sebaliknya, kini aku kembali terperangkap pada lingkaran menyesakkan yang juga berputar tanpa henti dan tanpa memikirkan perasaanku.
@@
"Terima kasih atas bantuannya kemarin, Ichimatsu."
Choromatsu datang menghampiriku dan meletakkan satu bungkus kotak makan.
"Ini. . . . " aku yang sedang membaca laporan yang masuk terpaksa berhenti. Terlalu fokus malah membuatku lupa istirahat.
"Karena kemungkinan aku akan sibuk saat malam, aku takut tak bisa menepati janjiku untuk mentraktirmu makan malam. Jadi kupikir bisa menggantinya dengan makan siang." Ujar Choromatsu.
"Tak apa." Aku mengambil makanan yang di berikan Choromatsu. "Terima kasih."
Choromatsu mengulas senyum. "Bagaimana Karamatsu-sensei menurutmu?" Tanyanya tiba-tiba.
"Eh?" Aku hampir kelepasan salah tingkah di lempar pertanyaan itu. "Maksudmu?"
"Heum? Bukannya kamu penggemar Karamatsu-sensei? Saat wawancara masuk kerja kan kamu bilang begitu. Makanya aku minta tolong padamu kemarin." Choromatsu tersenyum penuh arti. Tapi itu bukan senyum jahat, ia mencoba mendukungku.
"Ekh?! I-itu. . . . Ya. . . Aku senang bisa bertemu dengannya. Tapi tak sangka dia orangnya cukup berantakan." Kataku sambil menggaruk tengkuk dan memalingkan wajah, menyembunyikan isi hatiku yang sebenarnya.
Choromatsu tertawa. "Sebenarnya dia orang yang cukup rapi. Hanya mendekati deadline saja jadi berantakan seperti itu dan kalau di tegur dia pasti bakal membalas dengan tertawa. Dia bisa juga jadi orang yang merepotkan. Kuharap sosoknya yang kamu lihat kemarin tak menghancurkan image dalam bayanganmu." Katanya sambil curhat.
Aku tersenyum tipis dan tak terlalu menanggapi.
Aku sudah mengenalnya sejak lama dan dia tidak berubah sedikit pun.
Yang kemarin, mungkin masih bisa ku toleransi. Mungkin karena pekerjaannya. Sebelumnya dia belum pernah mengambil pekerjaan seperti ini dan pasti dia pun kaget saat pertama kali terjadi.
"Oh, ya. Besok jam dua siang Karamatsu-sensei akan datang untuk meeting denganku mengenai kelanjutan novelnya. Ia menitip pesan katanya ingin bicara denganmu soal balasan sudah membereskan apartemennya kemarin."
Aku menoleh cepat dengan ekspresi terkejut. "Eh? Kenapa?" Tanyaku.
"Heum, tentu saja, kan. . . . . Aku dan dia itu hubungannya author dan editor. Jadi memang sudah tugasku juga untuk memperhatikan kondisinya dan juga ada timbal balik di antara kami. Biasanya aku yang membereskan apatemennya, tapi kemarin kamu sudah repot-repot menggantikanku. Jadi makan siang itu tanda terima kasihku dan besok Karamatsu-sensei akan memberikan bagiannya. Jangan di tolak, ya. Dia orangnya gampang jatuh kalau patah hati." Jelas Choromatsu dan secara tak langsung memberi sebuah kode.
Aku tak ingin berspekulasi aneh dengan kode itu. "Akan kupikirkan."
Choromatsu berwajah cerah. "Besok aku akan memberitahumu saat dia datang. Karena pembicaraan kami biasanya akan jadi sangat panjang, lebih baik kalian bicara saja duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
FanfictionAku hanya seorang vampire yang sedang jatuh cinta. Seratus tahun atau lima ratus, bahkan seribu tahun pun aku akan terus menunggu perjumpaan kita yang selanjutnya. Hanya untuk melihat wajahmu. Hanya untuk mendengar suaramu. Aku selalu merindukanmu. ...