(10) Bagian Akhir

7.3K 629 5
                                    

Seminggu setelah hari itu, Mijin dan Bobby tidak pernah bertemu, mereka juga tidak pernah sekedar menanyakan kabar atau mengirim pesan bahkan saling telepon.

Semuanya kembali seperti dulu, tidak ada Bobby lagi di kehidupannya.

Hari yang dimulai dari bangun tidur sampai akan tidur lagi sangatlah membosankan.
Gadis itu merasa ada sesuatu yang hilang, ia merindukan sosok lelaki itu. Tapi Mijin masih saja belum memberikan keputusan, ia terlalu bimbang akan pernikahan di usia 20 tahun.

Tapi Mijin yakin, bahwa sebenarnya ia menyukai lelaki itu.

Karena hanya dengan 2 bulan saja lelaki itu berhasil mencuri hatinya dan merubah sifat menyebalkannya. Ia juga menjelaskan tentang apa yang ia lakukan dulu, dan itu membuat Mijin lebih menyukainya.

Ia bisa saja menyetujui perjodohannya, tapi ia terlalu takut untuk menikah.

Mijin menghampiri ibunya yang sedang menonton acara berita di tv, ia duduk disampingnya.

"Eomma~" Mijin memeluk ibunya itu, wanita itu tahu maksud dari anaknya. Mijin sedang gelisah.

"Kenapa? Eomma kan sudah janji tidak ikut urusan kalian lagi, jangan bertanya pada Eomma" katanya sambil tersenyum sinis ke anak gadis satu-satunya itu.

"Eomma, apa kau tidak sedih kalau pada akhirnya aku menikah?" tanya Mijin.

"Jadi kau benar-benar menyetujuinya? Hmm, tentu aku akan sedih. Tapi aku sekaligus bahagia, akhirnya kau mandiri juga" ibu mencubit hidung Mijin.

"Maafkan aku, aku menyulitkanmu di usiamu yang masih sangat muda ini" lanjutnya, senyum dibibirnya memudar.

"Eomma! Jangan pikirkan itu lagi, kalau Eomma tidak melakukannya pasti aku sudah menanggung dosa karena membenci seseorang sampai mati" Mijin mempererat pelukannya.

"Hm?" Ibunya tidak mengerti apa yang ia katakan.

"Sudahlah, ayo segera kita bicarakan ini dengan keluarga G Group" Mijin tersenyum lebar.

*

"Masih lama?" Mijin menghampiri Bobby yang sedang bermain basket sendirian.
Bobby berbalik, "Mijin? Tidak, aku sedang bermain-main saja. Kenapa kesini?" Bobby menghampirinya, ia berdiri beberapa meter didepan Mijin.

"Tidak ada apa-apa. Apa aku tidak boleh menemuimu lagi?"

"Yasudah" Bobby mengambil bolanya lalu bermain lagi.

"Ah jangan menjadi jahat lagi" Mijin menyipitkan matanya.

"Ada apa? Kau mau kuantar pulang? Dimana supir dan Seunghoon? Atau kau mau kuantar belanja?" nada suaranya menjadi hangat.

"Iya, antar aku ke butik"

"Kemana? Butik?" tanya Bobby bingung, ia menatap Mijin.

"Ne, kenapa?" tanya Mijin.
Sebenarnya gadis itu sengaja tidak memberitahu Bobby kalau ia sudah menyetujui pernikahan mereka.

"Kau yakin? Biasanya kita ke mall atau semacamnya kan?"

"Kali ini tidak, kita harus ke butik dan fitting baju" Mijin tersenyum, Bobby hanya diam dan bengong.

"Aku tahu, aku tahu. Kau pasti menolakku" Mijin memutar matanya, ia berpura-pura kesal.

"Hey tunggu dulu! Jadi maksudmu.." Mijin mengangguk sebelum Bobby menyelesaikan perkataannya.

"Tapi aku meminta kita menikah setelah aku lulus nanti, tidak apa-apa kan? Kita bisa berkencan atau semacamnya sambil kuliah dulu"

Bobby tersenyum senang lalu berlari memeluk Mijin, ia mencium pucuk kepala Mijin. Mijin membalas pelukannya.

"Aku tahu kau pasti menyetujuinya" Bobby tersenyum lalu mencium bibirnya.

*

Setelah menyelesaikan kuliah Mijin, hari pernikahan pun tiba.

Semua chaebol dari berbagai perusahaan, teman-teman SMA serta teman kuliah Mijin dan Bobby, keluarga, dan banyak lagi datang ke pernikahan mewah itu.

Cantik, tampan-tinggi, bertubuh ramping, pintar, berpendidikan, kaya, penerus perusahaan, gaun yang indah dan elegan, pernikahan besar dan mengundang para orang penting, pernikahan keduanya sangatlah sempurna dan membuat semua orang iri.

Banyak yang masih membicarakan kalau Mijin dan Bobby menikah karena uang, ada yang iri karena keduanya pasangan yang berhubungan cukup lama dan tetap romantis.

Semuanya berakhir bahagia dan sempurna.

-End-

Marriage • Bobby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang