Epilog

9.2K 674 13
                                    

Mijin sedang memilih-milih gaun pernikahannya, Bobby mengamatinya sambil tersenyum.

"Kau tahu, aku sangat bahagia" kata Mijin, Bobby hanya diam dan tetap memandanginya.

"Saat dulu SMA, para fans mu memarahiku karena aku menuduhmu terus-terusan. Mereka mengatakan kalau kau tidak pernah sejail itu sejak masuk SMA. Beberapa dari mereka juga iri karena kau selalu menggodaku" Mijin duduk disamping Bobby.

"Aku tidak tahu maksud mereka, aku terus saja mengacuhkan mereka dan terus berpikir kaulah yang jahat kepadaku. Tapi saat masuk kuliah, aku merasa kehilangan sesuatu.

"Aku kehilanganmu yang menjahiliku setiap waktu, entahlah perasaan apa itu tapi itu terasa aneh. Kukira dulu kau datang ke sekolah karena ingin menggangguku, tapi ternyata benar kau hanya melatih basket.

"Aku terus saja mengacuhkan perasaan itu. Yah, sejak kau tidak ada banyak sekali yang menggodaku hingga aku merasa ingin membunuh mereka saja"

Mijin cemberut, Bobby mengubah ekspresinya menjadi serius.

"Aku tidak pernah tertarik untuk berhubungan dengan lelaki manapun, kurasa semuanya sama saja. Saat bertemu denganmu, aku setengah merasa bahagia karena merindukanmu-dan setengah kesal karena harus bertemu denganmu lagi"

"Pertamanya aku merasa terganggu karena kita harus terus bersama ketika diluar rumah. Tapi setelah hari demi hari kurasakan, semua perhatianmu, rasa tulusmu, semuanya terasa nyaman. Mereka yang menggangguku juga mulai menjauhiku"

"Aku begitu bimbang apa yang harus kukatakan pada orang tua kita, aku memikirkannya selama seminggu. Aku terlalu malu untuk menyetujuinya. Tapi karena kau tidak pernah mengubungiku, kita semakin menjauh, aku semakin merasa sesuatu yang penting hilang lagi"

"Aku membicarakannya pada Eomma, beliau senang sekali akhirnya aku benar-benar menemukan cintaku. Yah, aku sebenarnya takut kalau kau tidak serius denganku dan ternyata kau menolak perjodohan ini."

"Tapi kata Eomma-mu kau selalu uring-uringan dirumah dan malas-malasan didepan tv, aku berpikir kalau kau pasti juga merasakan yang kurasakan. Aku bahagia bertemu denganmu"

Bobby tersenyum, "Syukurlah, kukira kau begitu membenciku. Aku terlalu sibuk untuk menghubungimu. Disaat aku tidak sibuk, aku terus memikirkanmu dan apa aku pantas untuk menghubungimu lagi?
Aku begitu uring-uringan dirumah karena terus gelisah memikirkanmu" Bobby tertawa, ia lalu memeluk Mijin dan mengelus rambutnya.

"Dan ngomong-ngomong, kau sangat banyak bicara. Apa karena seminggu tidak ada yang bisa kau ajak bercerita?" Bobby tertawa lagi.

Marriage • Bobby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang