Chapter 1: Abrielle: Serahkan Saja Padaku!
Cinta pada pandangan pertama itu mitos? Awalnya aku juga berpikir begitu, tapi semua teoriku dipatahkan oleh sahabatku sendiri. Namanya Katrina, dia kesemsem sama cowok bernama Warren. Sebenarnya ini rahasia, jadi jangan bilang siapa-siapa!
Oke, aku juga tau seseorang yang sejenis sama Kat, namanya Walden. Dia salah satu cowok idola di sekolah kami, juga salah satu yang paling playboy. Bukan, dia emang ganjen, tapi belum pernah pacaran sama banyak cewek kok. Julukannya adalah "Raja PHP". Kami jadi sedikit akrab karena dia selalu bertanya semua tentang Kat dariku.
Tau pepatah Sambil Menyelam Minum Air? Atau Sekali Dayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui? Nah, mingkin itu salah satu ungkapan yang tepat untuk rencanaku kali ini.
Kubuka Line chat.
"Temui aku di Kafe Senja, sepulang sekolah!"
Pesanku tidak langsung di jawaban, hingga akhirnya harap-harap cemasku usai ketika Walden mengiyakan permintaan sepihakku. Tentu saja dengan iming-iming "informasi berharga".
Sesuai rencana, aku pergi ke kafe Senja untuk menemui cowok yang sekarang sudah duduk di pojok kafe sambil nyeruput sesuatu.
"Langsung aja deh, Bree."
Baru juga aku sampai, tapi Walden langsung mendesak, bikin kesel, enggak?
"Buru-buru banget sih! Aku bahkan belum pesan apa-apa! Lagian nih ya, kamu itu enggak cocok pasang wajah serius begitu, selow!"
Aku dapat membaca gerak bibirnya walau tanpa suara. "Masa?", begitulah mimiknya, sambil pegang-pegang muka.
"Sudah bisa mulai, kan?" tanyanya setelah lemon squash yang kupesan sampai. Tidak kujawab, bahkan sampai minumanku berkurang setengahnya. "Aduh, Bree! Gue sibuk nih! Gue pulang aja deh!"
Ia beranjak, tentu saja aku langsung mencegatnya.
"Yakin? Padahal aku udah mau turun tangan buat jadi mat comblang."
Wajah Walden terlampau bingung, melebihi bayanganku, lucu juga, fu fu fu.
"Ma-maksudnya... Gue... sama Katrina?" tanyanya. Aku mengangguk, ia terbahak. "Jangan ngaco! Gue emang suka, tapi masa gue pacaran sama orang yang enggak gue kenal dengan baik?"
Sekarang aku yang bingung, memangnya informasi yang kuberi selama ini masih kurang lengkap, ya?
"Bukannya kebalik tuh?"
"Eh? Benar juga! Mana mungkin gue pacaran sama orang yang enggak kenal gue!" ulangnya lagi, bahkan intonasinya lebih tegas dari yang sebelumnya.
"Enggak usah sok jual mahal deh!" desakku.
"Ngotot banget sih, Mbak? Emang apa untungnya buat Bree?"
Untungnya? Banyak! Aku jadi enggak perlu ngeladenin 2 orang yang curhat tentang cinta sebelah tangannya! Lagian, kalau statusnya cuman secret admired, saran-saranku bakal jadi sia-sia. Mending dicomblangin, kan? Ya seenggaknya saat mereka konsultasi tentang cinta, aku bisa kasih solusi yang lebih kongkrit.
Well, mana mungkin aku bilang begitu!
"Aku cumang pengen lihat sahabatku bahagia. Bukan demi kamu, tapi demi Kat!"
Ada jeda di sana. Mungkin Welden agak ragu, tapi pasti dia setuju.
"Yaudahlah kalo Bree enggak kerepotan."
Chapter 2: Walden: Gue Enggak Kalah Ganteng!
Udara dipenuhi aroma kertas. Semerbak ini pasti terhempas ke udara lantaran partikel yang terlepas setelah terjadinya gesekan antar halaman buku. Suer, ini bukan gue banget! nongkrong di perpustakaan? Kalau bukan karena dipaksa Bree, gue sih ogah lama-lama di sini.
Gue kenal seseorang yang suka sekali tempat ini. Bukan, dia bukan Kat. Tapi sekarang gue tau, ternyata orang yang gue suka juga suka tempat ini. Karena Kat juga suka tempat kuno ini, gue juga harus mencoba menyukainya. Tekat ini tercipta setelah melihat Kat melewati pintu itu.
Sampil pura-pura membaca, gue sesekali mengintip ke tempat Kat yang tengah mondar-mandir di sekitaran rak berlabelkan "Sains". Kat memainkan jarinya menyusuri buku tiap buku. Gue penasaran, buku macam apa yang menarik perhatiannya.
Ah... dia menarik sebuah buku. Kat berdiri dari posisinya yang semula jongkok. Wajahnya semringah, manis banget!
Gue mencoba untuk tenggelam dalam buku yang tengah gue baca, apalagi suara langkah itu makin terasa dekat, cukup untuk memastikan keberadaannya tanpa melirik. Tuhan, kali ini berpihaklah sama gue! Buat dia duduk di sebelah gue!
"Hmmm, boleh duduk di sini?"
YES!
"Tentu."
Fundamentals of Physics? Oke, pasti buku itu isinya sangat rumit.
"Mumpung sepi nih," Perhatiannya mulai mengarah ke gue, "gue mau kok jadi pacar elu."
Pupil matanya melebar, tapi hanya sebentar.
"Maksudnya? Perasaan gue enggak pernah nembak loe deh."
Kat sudah memutus kontak matanya.
"Iya, tapi gue mau kok, jadi mulai hari ini, elu resmi jadi pacar gue!"
Sejauh ini lancar, bukannya menolak dengan tegas, Kat malah gugup dan pergi menjauh, sesuai rencana.
Chapter 3: Katrina: Sahabat yang Menyebalkan!
Kesel! Kesel! Kesel! Pasti ini ulah Abrielle! Tega banget ngerjain gue!Gue sih enggak curiga. Kemaren dia cuman ngasih tau kalau di perpus sekolah ada buku yang gue cari-cari di toko buku tapi enggak ketemu-ketemu. Mungkin saja ini kebetulan, tapi kayanya enggak mungkin! Gue kenal Bree, dia orangnya jahil!
"Bree!" Suaraku terdengar agak merengek (bahkan untuk ukuran pribadi), "Kok loe gitu sih?"
"Aku kenapa, Kat?" Bree melongo. Satu hal lagi yang lupa gue kasih tau, dia itu jago akting! "Dari perpus? Untung bukunya beneran ada. "
Beneran ada?
"Tuh kan! Pasti deh Bree mah gitu!"
"Gimana si Walden? Enggak kalah keren kan ketimbang Warren?"
Yaiyalah! Mereka kan kembar! Tapi gue udah apal mati sama perbedaan mereka, terutama iris mata Warren yang hitam pekat sedangkan Walden coklat muda.
"Tapi aura mereka beda, Bree! Pokoknya enggak mau tau, loe harus tanggung jawab!"
"Tanggung jawab? Emangnya apa yang terjadi antara kamu sama Walden?"
Masa dia masih pura-pura bego sih?
"Gu-gue ditembak."
Bree benar-benar terbelalak kali ini. Atau bisa jadi perkembangan sandiwaranya makin meningkat.
"Nekat juga tuh cowok, ternyata perkembangannya sepesat ini," komentar Bree sambil mengelus-elus dagunya.
Tuh kan! Ternyata ini memang ulah Bree!
.
.
.
Double-U royalpeony
Dibajak oleh Martabakmal
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
1st April
Short StoryJumat, 1 April 2016. Lokasi Nusantara Pen Circle. Apa yang terjadi?