Pembalap Itasha Pertama di WTCC

128 13 0
                                    

Sorak sorai penonton bergemuruh. Ban berdecit saat beradu dengan aspal. Bunyi mesin mobil saling bersahutan. Suara-suara itu berkumpul menjadi satu dalam arena balap sirkuit sentul ini. Sirkuit di mana aku memulai debut WTCC-ku dengan mobil dekorasi itasha.

Dengan dukungan banyak orang, akhirnya aku berhasil menuju balapan impianku ini. Kini mereka sedang menontonku sambil menantikan kabar kemenangan. Bahkan kakek berkepala semangka yang baru saja kutemui pun mendukungku. Berkatnya aku dapat sampai di sirkuit ini tepat waktu.

Sudah sepuluh putaran kulalui. Start di posisi paling belakang, kini aku melesat untuk meraih posisi kedua. Memang sulit untuk menyalip posisi orang di depanku. Kalau tidak salah namanya Tom, penguasaan lapangan dan keahlian mengemudinya patut diacungi jempol.

Menuju lap kesebelas, hari menjadi semakin terik. Suasana pertandingan pun semakin memanas. Tersisa tiga lap lagi sebelum balapan pertama ini berakhir. Aku tidak ingin debut pertamaku hanya sebatas di urutan ketiga, kuputuskan untuk lebih agresif dan merebut posisi terdepan.

Kubuntuti Tom dengan sangat ketat, mencoba menempel sedekat mungkin untuk memberikannya tekanan. Pada satu tikungan tajam, Tom berbelok lebih melebar dari tepi dalam. Melihat kesempatan itu, aku pun mempercepat laju mobilku, membelokkan kemudi dengan tajam, dan menarik tuas rem depan. Dengan tekhnik yang biasa disebut drift ini, aku melesat mulus bersejajar dengan mobil Tom. Hanya tinggal menginjak pedal gas secepatnya, aku bisa mengucapkan adios pada Tom.

Namun, sesuatu terjadi. Dari kejauhan, cahaya putih menyilaukan pandanganku. Meski menggunakan helm berkaca gelap, cahaya itu tetap bisa membakar mataku. Laser kah? Untuk apa laser di tempat ini? Sabotase?

"Silau!"

Aku tak habis pikir bagaimana ini bisa terjadi. Tanpa kusadari tanganku telah terlepas dari setir. Arah mobil setelah melakukan drift pun tidak terkendali. Mobilku terhempas ke samping. Goncangan demi goncangan kuterima, suara degar bergema di kepalaku setiap mobil terguling. Saat mobil sudah terdiam tak bergerak, pandanganku tak lagi jelas untuk mengetahui apa yang terjadi. Namun, saat suara ledakan menggema dan panas menjalar ke seluruh tubuhku, saat itu aku sadar bahwa ini adalah akhir bagiku.

ooOOoo

Sorak sorai penonton bergemuruh. Ban berdecit saat beradu dengan aspal. Bunyi mesin mobil saling bersahutan. Suara-suara itu berkumpul menjadi satu dalam arena balap sirkuit sentul ini. Sirkuit di mana aku memulai debut WTCC-ku dengan mobil dekorasi itasha.

Dengan dukungan banyak orang, akhirnya aku berhasil menuju balapan impianku ini. Kini mereka sedang menontonku sambil menantikan kabar kemenangan. Bahkan kakek berkepala semangka yang baru saja kutemui pun mendukungku. Berkatnya aku dapat sampai di sirkuit ini tepat waktu.

Sudah sepuluh putaran kulalui. Start di posisi paling belakang, kini aku melesat untuk meraih posisi kedua. Memang sulit untuk menyalip posisi orang di depanku. Kalau tidak salah namanya Tom, penguasaan lapangan dan keahlian mengemudinya patut diacungi jempol.

Menuju lap kesebelas, hari menjadi semakin terik. Suasana pertandingan pun semakin memanas. Tersisa tiga lap lagi sebelum balapan pertama ini berakhir. Aku tidak ingin debut pertamaku hanya sebatas di urutan ketiga, kuputuskan untuk lebih agresif dan merebut posisi terdepan.

Kubuntuti Tom dengan sangat ketat, mencoba menempel sedekat mungkin untuk memberikannya tekanan. Pada satu tikungan tajam, Tom berbelok lebih melebar dari tepi dalam. Melihat kesempatan itu, aku pun mempercepat laju mobilku, membelokkan kemudi dengan tajam, dan menarik tuas rem depan. Dengan tekhnik yang biasa disebut drift ini, aku melesat mulus bersejajar dengan mobil Tom. Hanya tinggal menginjak pedal gas secepatnya, aku bisa mengucapkan adios pada Tom.

1st AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang