Prolog

306 31 7
                                    

Seorang gadis sedang berlari lari, mencoba menghindari sesuatu. Ia berlari terus tanpa tahu arah dan hanya mengandalkan kemana kakinya melangkah. Sesekali ia mencoba untuk menengok ke belakang, memantau jaraknya dengan sesuatu yang memburunya.

Rambut lurusnya yang berpotongan sebahu tidak rata, sudah lepek akibat keringat terus bercucuran. Entah itu keringat karena kelelahan atau ketakutan (?), mungkin keduanya.

Ia terus berlari, mencoba menjauh dari sesuatu yang mengejarnya. Walaupun ia sudah tahu kemungkinan berhasil kabur itu sangat kecil, tapi  ia tetap berusaha.

Lama kelamaan, kaki gadis itu sudah tidak sanggup untuk berlari lagi. Mungkin ia sudah mengelilingi tempat ini beberapa kali. Jujur, gadis itu memang tidak tahu di mana ia berada sekarang. Yang ia lihat hanyalah banyaknya pohon pohon dengan daun rindang yang terlihat menakutkan di malam hari. Menakutkan, karena cahaya dari bulan maupun bintang  tertutupi oleh dedaunan rindang dari pohon pohon yang berjarak sangat dekat ini.

Hutan. Mungkin cocok dengan deskripsi diatas.

Gadis itu pun bersembunyi di balik semak semak yang ada di belakang pohon. Ia menekuk kedua lututnya, jari jemarinya menutup bagian mulutnya agar tak menggigil ketakutan, masih dengan badan yang kaku, ia pun mengatur nafasnya agar keberadaannya bisa sedikit dirahasiakan.

Tak... Tak...

Gadis itu dapat mendengar suara langkah kaki yang berjalan mendekatinya. Ia dapat merasakan bahwa langkah kaki itu dibuat buat. Sudah pasti orang yang berjalan itu menikmati ini.

Semakin lama, suara itu terdengar makin keras dan jelas olehnya. Perasaan si gadis yang tadinya sudah tidak enak, sekarang menjadi lebih tidak enak lagi. Bercampur dengan rasa takut dan gelisah.

Grasak.... Grusuk....

Gadis itu mendengar seseorang sudah mulai menyingkirkan semak semak yang menghalangi jalan. Gadis itu pun segera menjauh dari tempatnya, sembunyi kearah jalan setapak yang kecil sambil merangkak.

Tapi sudah terlambat. Sesuatu atau lebih tepatnya seseorang yang mengerjarnya sekarang sudah dihadapan gadis itu.

"Kumohon... lepaskan aku... ampuni aku...." mohon sang gadis dengan suara bergetar.

Tapi apalah daya, takdir berkata lain.

Sebelum gadis itu menemui ajalnya, ia menyempatkan diri melihat sosok yang berada di hadapannya, sedang tersenyum sinis. Juga beberapa sosok yang ada dibelakang mereka saat ini.

Sosok itu memiliki ekspresi yang sama. Ekspresi yang tidak kenal ampun.

Setelah melihat beberapa sosok tersebut, gadis itu menutup matanya. Siap menemui ajalnya.

.

..

...

Bats...!

The N.B.D.XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang