Chapter 3 : Misi (1)

139 17 20
                                    

Dara memainkan garpu dan pisau makannya yang ada di atas meja makan, membuat dua benda itu seperti pedang pedangan yang saling beradu.

Sriiiing ... Sringgg...

Tawa Dara sedikit demi sedikit mulai keluar. Nancy yang duduk di sebelah Dara pun melihatnya dengan tatapan aneh. Meski setiap malam, sambil menunggu 'tukang masak' itu selesai memasak, Dara akan melakukan hal yang sama, mungkin alatnya saja yang berbeda, pernah suatu hari saat Dara kesal, ia menggebrak meja makan dan hal itu membuat makanan yang ada di meja melayang. Dengan sekali kedipan mata, ia membelah semua makanan yang melayang itu.

"Hentikan, Dara!" Kata Nancy, "Menganggu telinga tahu!" Lanjutnya.

"Aku suka suara ini, Nancy. Suara pedang yang saling beradu satu sama la—"

"Jadi, kau menganggap sendok dan pisau ini pedang, hah?" Tanya Nancy sambil menunjuk pisau dan garpu itu bergantian.

"Hishh! Aku kan belum selesai bicara" Bibir Dara sedikit maju, " Apa kau ingin tahu kenapa aku suka suara ini? Dan suara apa yang paling kusuka?"

"Sebenarnya aku tidak ingin tahu, sih! Itu tidak penting"

"Meski kau mengatakan tidak penting, aku akan menjelaskan. Aku paling suka suara pedang yang saling beradu satu sama lain, apalagi saat pedang itu sampai menembus salah satu dari pembuluh darah di tubuh manusia yang ingin kutebas!" Dara tertawa pelan nan sinis

"Xixixi...."

"Hihhh... Jangan bicarakan itu selagi makan malam, jangan bicara hal – hal yang menjijikkan" Jelas Nancy.

Tiba – tiba, datanglah Brynly dengan muka menunduk. Hal itu membuat Nancy dan Dara spontan memasang tatapan bingung bercampur aneh. Nancy memperhatikan sorot mata sahabatnya itu. Brynly yang gelisah, Brynly yang tidak seceria biasanya. Aneh sekali.

"Ouch! Hampir saja kue untuk dessert ini jatuh." Xandra datang dari arah dapur, membawa nampan berisi kue, ia terlihat kewalahan. "Bisa minggir sedikit, Brynly" Kata Xandra. Brynly menaruh pantatnya di kursi depan Nancy.

Nancy tetap memperhatikan tingkah laku sahabatnya yang agak berubah. Ini membuat dua opsi muncul di kepala Nancy. Opsi pertama, jika ada sesuatu yang mengganjal hati, seperti masalah percintaan atau apa. Opsi kedua, jika ada orang yang bertingkah laku aneh pada kita, dan Brnyly tahu, dia akan begitu.

Xandra menaruh satu – satu kue yang ada di nampannya ke meja makan. Ia pun berlari ke dapur untuk mengambil kereta makan dorong.

"Brynly, kenapa?" Tanya Nancy yang makin tidak sabar

"Aku akan menjelaskannya nanti" Katanya singkat, ia meraih sendok di depannya dan mencuil sepotong roti lalu melahapnya.

"Sejak kapan kau makan dessert lebih dulu dari makanan utama? Kau ini aneh! Biasanya kau akan menjelaskan tata cara makan yang benar, menurut ucapanmu, ini salah, dessert di akhir" Jelas Dara

Xandra datang dengan kereta makan dorongnya. Bau ayam saus kecap lemon dan beberapa menu lain mulai memenuhi ruangan. Ia menaruh masakan berbahan dasar ayam itu di tengah meja makan, begitu dengan menu makanan lain, ia menaruhnya di sekitar menu ayam. Setelah menaruh itu, ia duduk di samping Brynly.

"Mari makan!" Katanya semangat, dengan semangat pula ia mengambil pisau dan mulai membelah ayam. Namun ia kesulitan.

"Sini, biar aku saja! Kau tidak hebat dalam pisau" Kata Dara, lalu meminta Xandra memberikannya pisau. Dara dengan lihai mengiris ayam dan membagikannya secara merata pada semua anggota di meja makan.

Xandra hanya terkikik kecil, lalu mengambil nasi. Brynly masih menunduk. Nancy dengan setia masih memikirkan opsi – opsinya.

Kenapa ia tidak bicara – bicara? Buat kesal saja!, batin Nancy

The N.B.D.XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang