Gadis molek itu begitu terperangah, ketika mobilnya yang akan memasuki pekarangan rumah, dikejutkan oleh barisan orang orang bersetelan serba hitam. Ban mobilnya berhenti tak lebih jauh dari tiga puluh senti, pintu pagar otomatisnya bahkan telah terbuka. Dan dua pasang terdepan orang -orang itu telah membungkuk. Namun, mobilnya masih sedia di tempat, tidak bergerak karena pedalnya masih diinjak oleh kaki diam yang beku.
Xandra meringis ketika perlahan mobil mewahnya itu memasuki jalur batu halaman. Setiap mobilnya melintas di depan orang orang itu, mereka akan selalu membungkukkan badan dengan takzim. Topi topi bundar mereka sangat hebat, masih menempel walapun bungkukan si pemiliknya sampai Sembilan puluh derajat.
Orang orang itu berbaris sangat rapi, di kanan dan kiri batas lajur utama halaman rumah, dengan spasi yang sama. Berpasangan, dua-dua di setiap sisi.
Xandra nyaris saja lupa mengapa bisa ada barisan seperti itu yang menyambutnya dari kegiatan bedah otomotif di bengkel. Tentu saja, karena ada tugas yang menunggu untuk dirampungkan. Bukan hanya dia, namun juga Nancy, Dara, dan Brynly. Ketiganya, ralat, keempatnya dengan Xandra, mungkin tidak bisa hidup normal seperti manusia pada umumnya.
Suatu tugas akibat pilihan hidup yang diambil di jalan yang salah membuat mereka terjerumus ke dalam tugas tiada ujung. Tapi, di satu sisi, tugas dan pekerjaan mereka membawa kekayaan yang melimpah ruah, meskipun dari hasil yang tidak baik. Hingga uang uang itu seperti sampah, yang tak tahu harus dibuang kemana.
Sesampainya di depan pintu utama rumah, Xandra turun dari mobilnya. Dan seorang pembantu laki laki yang tidak biasanya ada, meminta kunci pada Xandra untuk memarkirkan mobil itu di garasi. Xandra memberinya dengan senyum, kunci telah berpindah tangan. Lalu tak lama, mobil itu juga mulai pergi menjauhi Xandra.
Ceklek!
Itu suara knop pintu yang diputar. Pintu megah itu pun mulai bergeser, membuka. Gagangnya yang bewarna keemasan mengkilap terkena cahaya mentari, memantulkan wajah cantik Xandra di gagangnya yang resik.
Seorang pria tua dengan mata tertutup satu oleh kain tebal hitam, seperti kacamata kuda tunggal, menyambutnya dengan senyum ramah nan hangat. Setelah pintu itu terbuka seluruhnya, ia mengarahkan tongkatnya ke belakang, untuk membantunya memindahkan diri. Baru setelah itu tangannya membuat gestur, silahkan masuk, nona.
"Wah ... Mr. Hunt, harusnya anda tidak perlu repot membukakan pintu begini. Kan tanganku jadi tak berguna ... "
Mr Hunt tertawa kecil. "Tentu sebuah kewajiban nan kehormatan, bisa membukakan pintu untuk nona."
Lelaki tua kepercayaan Ayah Nancy itu sering menjadi delegasi, alias utusan yang menyambungkan Ayah Nancy dan keempat penghuni rumah itu. Banyak hal yang telah ia korbankan, tak hanya waktu untuk dirinya dan keluarga, juga jasmaninya. Matanya telah diangkat melalui operasi karena terkena panah, kakinya juga harus diamputasi karena menyelamatkan Ayah Nancy dari ledakan bom, tangan dan sekujur tubuhnya pasti penuh bekas luka. Hingga kemana – mana ia suka memakai pakaian tertutup, dan sarung tangan tentunya.
"Apa yang akan kita bahas, Mr?" Tanya Xandra dengan formal. Ia berjalan pelan, supaya dapat menyejajari Mr. Hunt.
"Ini masalah perkelahian antar kartel yang semakin lama, semakin memanas. Ada juga informasi yang harus saya sampaikan kepada nona nona sekalian. Mari membahasnya ketika nona muda yang lain telah tiba"
Xandra menggumam mengiyakan, kemudian dia mengangguk paham. "Mendadak sekali, ya ..."
"Demi keamanan persembunyian nona semua, dan keamanan yang lain. Ini memang dibuat mendadak, supaya tak ada mata mata yang mengikuti."
KAMU SEDANG MEMBACA
The N.B.D.X
Mystère / ThrillerMenceritakan tentang kisah ke empat gadis remaja yang masing masingnya memiliki masa lalu kelam. Sebuah takdir yang mengerikan mempertemukan mereka, sehingga sekarang mereka bersama. Walau begitu, bayang - bayang masa lalu tetap mengejar ngejar mer...