AND THEN THAT HAPPEN....

69.2K 522 11
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian itu, seminggu pula aku berhasil menjauhinya, berbagai cara aku lakukan agar aku tak perlu berinteraksi dengannya, mulai dari menghapus dan memblok kontaknya di list bbm aku sampai bertukar kode interkom kantor aku dengan Dini, agar jika dia ingin mengupdate tentang mesin yang diperbaikinya tidak perlu ke aku, tapi cukup ke Dini, biar nanti Dini yang menyampaikannya ke aku, sebenarnya pekerjaanku bertambah sulit karena ini, karena seringkali apa yang disampaikan Dylan ke Dini tidak sama dengan apa yang di sampaikan Dini ke aku, sehingga banyak masuk komplain dari customer karena perbedaan konfirmasi sparepart dan harga yang disampaikan by phone dengan invoice yang dibuat saat mesin diantarkan ke tempat mereka, tapi semua itu aku terima dan dengan cepat aku selesaikan, yah, aku harus terima resikonya, daripada aku harus berhadapan dengan laki2 itu, saat meeting pembagian jadwal pun aku sengaja membagikan jadwal kepadanya terlebih dahulu agar dia segera pergi dari ruangan teknisi dan segera mengerjakan jadwalnya, entah mengapa setiap dia menatapku detak jantung seperti berlomba untuk mendekatinya, dan dalam seketika membuat tubuhku lemas ketika aku melawannya. Hingga akhirnya pada suatu hari.

"Belinda, tolong kosongkan jadwal Dylan selama seminggu ini, karena minggu ini kamu dan dia akan saya jadwalkan untuk stock opname sparepart kita di gudang atas" ucap pak Dwi saat pembagian jadwal di hari senin itu,

'OH MY GOD.... NO..' ucapku dalam hati karena otomatis permintaan pak Dwi itu akan membuatku satu ruangan dengn nya dan hanya berdua... aaakkkkkhhhh.... bagaimana ini??????,

aku melirik ke arahnya dan kulihat senyumnya mengembang,

'Oh Shit!!! Never... don't ever think you'll won' umpatku dalam hati

"Maaf pak, tapi gimana nanti dengan mesin2 rusak yang dibawa teknisi lain? Siapa yang memperbaikinya? Lalu yang belum selesai dan masih menjadi pendingannya juga siapa yang ngerjain? Aku bisa stock opname sama Dini dan Rossa kok pak" Aku mencoba menawar keputusan pak Dwi

"Soal itu biar nanti di ganti si Doni, dia gak usah keluar, dan kamu gak bisa sama Dini atau pun rossa" pak Dwi diam sebentar lalu melanjutkan lagi omongannya

"Dini atau Rossa gak tahu nama2 sparepart itu, teknisi yang paling hafal sama semua sparepart kita yah cuma dia, karena dia yang mengajukan permintaannya sebelum dibeli" ya... ampun gimana ini?

"Hmmm, terus kerjaan aku gimana pak, aku masih banyak pendingan loh pak, Dini atau rossa aja yang bantuin Dylan yah pak" aku masih mencoba mencari alasan

"Lah, kamu kenapa sih? Itu kan salah satu jobdesk kamu, kamu masih inget gak? Kok malah mau di lemparin ke orang, gimana to?" Ucap pak Dwi bertahan dengan keputusannya

"Hmm... oh.... hmm... di bantuin sama Dini atau Rossa boleh pak? Jadinya kan lebih cepat, hehehe.." Usaha terakhir

"Aduuuhhh.... Belinda kamu kenapa sih? Ngapain banyak2 orang mau stock opname aja, yang bisa ngecek juga cuma satu orang, ngapain yang nyatet dua orang?" Huuufffttt.... akhirnya aku diam, aku mencoba berpikir mencari alasan lain, ayo dong Bel? Cari alasan lagi.. batinku,

"hmm.. tapi kan gudang panas pak" ucapku pelan, tapi masih bisa terdengar oleh pak Dwi, yah aku harus mencobanya, pokoknya aku gak boleh hanya berdua dalam satu ruangan dengannya,

"Ya.. Ampun Belinda..., jadi itu alasan utama kamu? Bilang dong dari tadi, kamu tenang saja yah, gudang kita beda dari gudang yang lain, gudang kita pake AC kok, soalnya banyak sparepart yang mahal yang gak boleh kena suhu terlalu panas" hufft.... selesai sudah perlawananku, aku melihat kearah Dylan, dia tersenyum sambil mengedipkan mata kepadaku, aku mendengus kesal lalu membuang muka darinya, dan berjalan dengan kesal ke mejaku. Aku pun menyuruh Dini untuk melanjutkan pembagian jadwal, moodku sangat jelek saat ini.

Aku berpura2 sibuk dengan kerjaanku, beberapa kali juga aku pura2 keluar dari ruanganku untuk menuju ruangan finance, alasanku ada dokumen yang diminta orang finance, sampai akhirnya jam makan siang, hufft... sementara ini aku selamat, aku tahu dia memperhatikanku dari tadi, karena dia menungguku di ruanganku dan tak beranjak dari bangkunya sejak pembagian jadwal,

INFIDELITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang