FIRST KISS

32.9K 223 3
                                    

Setelah kejadian itu, dia pergi dari ruanganku dengan memberiku ciuman jauh sebelum pergi membuka pintu ruanganku itu, haahh... nyebelin banget deh, gimana yah caranya bikin tuh orang berhenti gangguin gw, aku yang hendak melanjutkan pekerjaanku dan kembali menatap komputer sempat terkejut melihat pemandangan yang tidak biasa di ruanganku itu, akibat si kecoak yang aku bilang tadi sekarang posisi Dini dan Rosa sedang berjongkok di atas meja meja mereka masing, sedangkan pak Dwi sedang menundukkan badannya sambil memegang sepatunya yang sudah dilepasnya sambil mencari kecoak yang aku bilang tadi, hmmmppffftt.... aku tertawa tertahan melihat kelakuan mereka sekarang akibat ulahku, akhirnya karena kasihan aku pura2 memukul mejaku menggunakan penggaris besi,

"aakkhhh... akhirnya mati loe" ucapku kencang agar mereka mendengarnya

"Udah mati Bel?" Pak Dwi menegakkan badannya dan berkata padaku

"Sudah nih pak, nih aku mau buang" aku pura2 mengambil tissue dan pura2 mengambil sesuatu dengan tissueku lalu membuangnya ke tempat sampah

"Dah..., aman kita sekarang" akhirnya Dini dan Rossa pun turun dari meja mereka, tampak raut kelegaan di wajah mereka

"Huufffttt.. baguslah Belinda, kayaknya saya perlu beli Baygon juga deh buat ruangan kita ini, buat jaga2" pak Dwi berkata sambil berjalan hendak keluar dari ruangan dan pergi membeli apa yang di ucapkannya barusan.

Aku yang merasa bersalah dengan cepat berdiri mengambil dompet dan hanphone lalu sedikit berlari menghampiri pak Dwi,

"Biar aku aja pak, sekalian mau beli kopi, tadi kopi aku habis"

"Oh, yah sudah, sekalian titip beli rokok saya yah Bel" kata pak Dwi

"Bel, sekalian titip Roti sama susu yah buat aku" Dini pun ikut2an menyampaikan pesanannya

"Eh, gw juga dong Bel, titip Chitato sama Fanta yah, hehehe, thanks Belinda yang cantik" ucap Rossa ikut2an.

Huh... tadi pas pak Dwi yang mau pergi aja pada diem, giliran gw yang jalan langsung pada nitip,

"eh, oya oke deh" aku pun akhirnya pergi dan berjalan menuju pintu keluar ruangan itu, saat aku berjalan kurasakan handphoneku bergetar, ada bbm masuk, aku pun membuka handphone yang ada di tanganku, aahh... ternyata dari suamiku.

Dia menanyakan aku sedang apa, aku berjalan sambil membalas bbmnya, kubuka pintu ruangan itu tanpa memperhatikan jalan, karena pandanganku masih menatap handphoneku dan membalas bbm dari suamiku, setelah menutup pintu aku tidak langsung berjalan untuk meninggalkan ruanganku, aku berdiri di belakang pintu sambil membalas bbm suamiku, setelah selesai aku mendongakkan kepalaku dan hendak berjalan.

Tetapi langkahku terhenti, di depanku sudah ada Dylan yang berdiri sangat dekat dengan tempatku berdiri saat ini, aku sangat terkejut, tatapannya membuatku takut, dia melangkahkan kakinya mendekat kepadaku, reflek aku pun melangkah mundur sampai akhirnya aku tersudut di antara dinding dan pintu ruanganku, dia semakin mendekat, wajahnya kini hanya berjarak 5 cm dari wajahku, jantungku berdetak sangat kencang saat ini, aku tak dapat berpikir dengan baik, tatapannya seakan membius badanku saat ini, lalu kulihat tangan kanannya memegang handle pintu ruanganku, gerakannya seperti menahan pintu itu terbuka, lalu tangan kirinya tiba2 menelusup rambut panjangku dan memegang leherku dan dalam hitungan detik bibirnya telah menempel di bibirku, aku sangat kaget, aku sangat marah, tapi sepertinya otak dan ragaku tak dapat bekerjasama saat ini, otak ku menyuruh aku untuk mendorong laki2 itu, tetapi tanganku seperti tidak ingin mengikutinya, aku merasakan kehangatan saat bibirnya menyentuh bibirku, dengan lembut dia melumat bibirku, aku tak membalasnya aku hanya diam tak merespon ciumannya, tapi itu malah membuatnya semakin memperdalam ciumannya, dia menggigit kecil bibir bawahku hingga membuat aku sedikit berteriak dan alhasil membuka mulutku, sepertinya itu yang dia mau, dia tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia segera memasukkan lidahnya dan semakin intens melumat bibirku, lidahnya menelusuri setiap inci mulutku, tanpa kusadari aku malah membalas ciumannya dan menikmati setiap ciuman yang dia berikan, tiba2 bbm ku berbunyi lagi yang menyebabkan getaran di tanganku, sekaligus menyadarkanku kembali, setelah tersadar dengan cepat aku mendorong tubuh Dylan dengan sisa tenaga yang aku miliki, entahlah saat ini tubuhku terasa lemas, akhirnya karena doronganku itu dia pun melepas ciumannya, lalu mata kami bertemu, aku menatapnya nanar, lalu

'PLAKKK' aku menampar pipinya lalu pergi berlari dengan cepat menjauh darinya.

'hahhh.... hahhh...hahh' kini aku sudah berada di jalan di luar kantorku, tadi aku berlari dari tempat terakhir Dylan menciumku sampai ke jalan menuju mini market tempat tujuan awalku, aku menutup mataku

'Yaaa... Tuhan apa yang kulakukan tadi? bodoh... bodoh... bodoh banget sih gue'

"Arggggghhh.... sialan loe Dylan" aku berteriak di tengah jalan yang sepi itu, mataku memanas dan pandanganku kabur karena tertutup air mata yang siap meluncur dari mataku, tapi aku menahannya, aku gak boleh menangis, apa kata orang nanti melihat aku menangis di sini, akhirnya aku berjalan lemas menuju mini market dan segera membeli semua yang di pesan oleh rekan kerjaku dan managerku pak Dwi, dengan cepat aku mengambil semua barangnya lalu membayarnya.

Setelah keluar dari mini market aku berjalan menuju kafe dekat kantorku, aku masih enggan balik ke kantorku lagi, aku gak mau melihat orang itu, orang yang mencium bibirku, orang yang berhasil membuatku merasa lemas,

'wait... lemas?' kenapa dengan diriku, mengapa aku merasa lemas, pikiranku pun akhirnya kembali melayang memikirkan kejadian tadi, aku merasakan sensasi yang beda saat memikirkannya, detak jantungku rasanya tidak karuan ketika aku memikirkannya, entahlah aku jadi teringat masa2 aku masih remaja dulu, aku ingat perasaan ini sama persis seperti apa yang kurasakan saat aku masih remaja dulu, dulu aku selalu menyukai berciuman, setiap berciuman aku merasakan sensasi yang memabukkan yang membuat badanku lemas seketika, yah setiap pacaran sensasi inilah yang aku selalu cari, tapi aku tidak dapatkan dari suamiku sejak aku berpacaran dengannya, yah dapat dihitung dengan jari berapa kali dia mencium bibirku sejak mulai pacaran hingga menikah dengannya, suamiku bukan tipe yang menyukai berciuman terlalu lama dan intens bermain di bibirku, dia hanya cukup sekedar mengecup lembut dan melumatnya sekilas saja, tidak seperti apa yang Dylan lakukan tadi...... haaaahh..... tidak... tidak.... aku tidak boleh menikmatinya, aku gak boleh terbuai,

"Arrrrggghhhh..... nyebelin banget si loe lan"

Saat ini aku sudah duduk di kafe itu dan menikmati satu gelas Capucinno Es yang sudah kupesan saat aku masuk ke kafe itu, pikiranku sangat kacau saat ini, tanpa sadar aku membuka rokok yang kubelikan untuk pak Dwi tadi lalu membukanya, aku mengambilnya sebatang lalu meminta korek ke pelayan kafe itu, ini pertama kalinya aku mencoba merokok, entahlah aku suka melihat suami dan teman2ku merokok dan mereka bilang itu dapat menghilangkan stress dan membuat nyaman hati kita, akhirnya aku pun membakar rokok itu dan mencoba menghirupnya

"UHUKKK... UHUUKKK...UHUUK" dan akhirnya aku terbatuk-batuk, tapi hal itu tidak membuat aku mematikan rokok yang aku pegang, aku mencoba menghisapnya lagi dan kali ini tidak terbatuk, menghisapnya lagi dan aku mulai merasakan tenang, tanpa terasa sudah 3 batang rokok aku habiskan dan sekarang perasaanku sudah mulai tenang, aku pun akhirnya memutuskan kembali ke kantor, tapi sebelumnya aku harus ke mini market itu lagi untuk mengganti rokok pak Dwi yang sudah aku hisap. Aku memutuskan akan berusaha menghindari Dylan saat ini, aku tidak akan membiarkan dia mendekatiku lagi, aku akan menjaga jarak dengannya... yah ... itu harus....

INFIDELITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang