Hari demi hari pun berlalu, Belinda pun sudah pasrah menerima dua cinta dari suami nya dan Dylan, otaknya tak mampu berpikir jernih lagi, dia tak tahu mana yang benar dan tidak, tapi sejak kejadian penyatuan terakhir bersama Dylan, mereka tak pernah melakukan hubungan layaknya suami istri lagi, walaupun berkali2 mereka tetap berpagutan di sela2 jam kerja mereka di gudang itu, tapi hanya itu, Dylan selalu berhasil menaklukan hasratnya untuk melakukan hal yang lebih dalam kepada Belinda, dan Dylan pun menunjukkan rasa sayang nya kepada Belinda dengan sepenuh hati, berkali-kali dia membantu pekerjaan Belinda, bahkan dia pun menatap tajam Manajer HRD mereka Pak Gunawan, saat dia hendak mencuri kesempatan merayu Belinda, tatapan nya seolah akan membunuh pak Gunawan kalau sampai dia berani menyentuh Belinda, sedangkan Belinda pun mulai merindukan sentuhan2 lembut Dylan, setiap kali Dylan melepas pagutan mereka ada rasa kecewa yang dirasakan Belinda, tapi dia selalu berhasil menahannya, dia tak mau terlihat murahan di depan selingkuhannya, selingkuhan? yaaa... kata2 itu kini terdengar biasa di kuping Belinda, walaupun masih terbesit rasa bersalah karena telah mengkhianati suaminya.
Hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan stock opname diatas gudang itu, entah mengapa perasaan Belinda kali ini begitu resah, ada perasaan takut kehilangan Dylan ketika hari ini berlalu. Karena otomatis mereka tak dapat berduaan lagi dalam satu ruangan.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya membagikan jadwal Belinda dan Dylan berjalan menuju tempat mereka melakukan Stock Opname, yah hari ini hari terakhir mereka di dalam ruangan itu, karena di hari selanjutnya gudang itu akan tertutup rapat bersama dengan kisah mereka dan yang bisa membuka gudang itu hanya Pak Dwi kepala Divisi mereka.
"Bel, hari ini hari terakhir stock Opname yah" Dylan yang sedang menutup pintu gudang itu setelah Belinda masuk berkata pada Belinda.
"Hmm.... iya lan, akhirnya selesai yah...." jawab Belinda sambil menghembuskan nafas panjang tanda lega semua telah selesai.
Dylan berjalan mendekati Belinda dan memeluknya dari belakang, kepalanya dia taruh di bahu Belinda
"kok kamu kaya seneng gitu semuanya beres?" Belinda melirik ke wajah Dylan
"Loh, ya iyalah aku seneng Dylan, yang di hitung disini tuh banyak banget, kamu gak capek emang?"
"Enggak" Dylan menjawab sambil merenggut dan menghembuskan nafasnya di telinga Belinda
"Hihihi... geli Dylan... hahaha....jangan manyun dong" ucap Belinda sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang Dylan
"Aku takut habis ini kamu bakalan jauh sama aku, kamu bakalan ninggalin aku Bel" Belinda memutar tubuhnya menghadap Dylan, kini mereka saling berhadapan dan saling memeluk, Belinda mengalungkan tangannya ke leher Dylan
"Jangan sedih dong Dylan, kita jalanin dulu aja yah, aku takut berpikir lebih jauh, aku takut ketika semua ini berakhir dan hidupku hancur" Belinda merebahkan kepalanya di dada Dylan yang terlihat nyaman untuk disandari.
Dylan mengecup lembut puncak kepala Belinda
"Jangan berpikir seperti itu sayang, aku berjanji aku akan menjaga kamu dan tetap disamping kamu saat semua itu terjadi" Belinda mengangkat kepalanya dia menatap wajah Dylan sayu, terlihat kesedihan dimatanya, Dylan pun memajukan wajahnya dan mencium bibir Belinda.
Mereka saling berpagutan mesra dan penuh kasih sayang, Dylan melumat lembut bibir Belinda dan mengigitnya pelan, akibat perbuatan Dylan, Belinda membuka mulutnya, kesempatan itu diambil Dylan untuk memasukkan lidahnya, dia menelusuri setiap rongga mulut Belinda, tanpa waktu lama ciuman mereka berubah menjadi ciuman panas, ciuman untuk menuntut lebih, mereka memiringkan kepalanya ke kanan dan kekiri, Dylan memperdalam ciumannya, tangannya menahan leher Belinda agar dia bisa lebih memperdalam ciumannya, tanpa sadar desahan kecil keluar dari mulut Belinda

KAMU SEDANG MEMBACA
INFIDELITY
Storie d'amore"Kapan?" "Besok, jam 10 bisa?" "Okay... dimana?" "Mcd seberang hotelnya aja yah, biar gak mencolok" "Hmm... okay, see you there" "Wear something sexy huh?" "You will never expect what will i wear" "Uuuhh... can't wait..."