3. Labil

671 37 0
                                    

Aku merasakan cahaya lampu berebut masuk ke mata ku. walaupun terasa berat, perlahan-lahan aku membuka mataku. Ku edarkan pandanganku dan menangkap seorang sedang tidur di samping tanganku. Sepertinya koko. Aku pun mengusap kepalanya dengan tangan kiri ku hingga ia bangun.

"Udah bangun lo ko?" Ucapku. Aku sejenak membeku melihat dia. Ya dia. Orang yang tak pernah bisa kulupakan.

"Eh..ehmm kok lo bisa ada disini?" Bisa kulihat wajahnya yang menegang. Tetapi langsung ditutupi dengan wajah cueknya.

"Gue tadi kesini mau ngeliat kondisi lo doang. Tapi gue malah ketiduran disini. Kalo gitu gue pulang dulu. Gws."

Tunggu. Itu yang pengen aku bilang. Tapi gak bisa. Kenapa dia datang disaat aku sudah memulai untuk melupakan dia? Kenapa dia muncul? Aku gak ngerti sama jalan pikirannya.

Aku disini hanya bisa menatap dia semakin jauh pergi dari kamar ini. Kamu kenapa? Membuat aku melupakan mu tapi sekaligus mengingatkanku akan dirimu juga?

***

Hari ini aku kembali masuk sekolah. Sudah 5 hari sejak aku berada di rumah sakit. Dokter hanya berkata bahwa aku hanya sakit kepala biasa. Tidak lebih. Aku harap begitu. Aku merasa bahwa aku semakin kurus. Tidak ada nafsu makan. ke 5 temanku terus mencoba membujuk ku untuk makan. Tapi aku tidak lapar. Aku tidak tau mengapa. Ini tidak seperti aku.

Koko mempringatiku agar jika ada apa-apa langsung memberitahunya langsung. Dimana pun aku berada. Aku sudah sampai di kelas ku. Mereka semua tiba-tiba diam saat melihatku. Apakah ada yang aneh?

"Kenapa?" Tanyaku.

"Ya ampun Je. Lo kok bisa kurus banget?" Tanya Gaby teman sekelasku.

"Gue juga gak tau gab. Gue gak ada nafsu makan sama sekali. Padahal gue ada maag. Maag gue juga gak kambuh walau gue gak makan. Kan aneh." Jawabku.

"Yaudah, mending lo ke dokter deh. Atau gak jaga kesehatan tubuh lo. Oke?"

"Oke. Thanks gab."

"Anytime."

Bel berbunyi. Pelajaran pun dimulai.

***

"Ayolah Je. Makan dong. Lo mau jadi tulang sama kulit doang kalo gak makan-makan?" Bujuk Zahra.

"Iya Je. Kurus banget tau gak lo. Bentar lagi lo bisa ngalahin kurusnya toni tau gak." Ujar Titin.

"Gue gak laper guys. Kalian aja yang makan yah. gue mau ke taman belakang dulu." Aku langsung meninggalkan mereka di kantin.

Setibaku ditaman, aku langsung duduk di salah satu kursi yang berada di sana. Menghirup udara segar yang bertiupan kesana kemari. Aku menutup mataku menikmati semilir angin yang menerpa kulit ku.

Aku membuka mataku. Yang pertama ku lihat adalah sesosok manusia yang menghantui ku setiap hari. Bian. Ya dia. Dia selalu menghantui pikiran ku dimana pun aku berada. Saat dia melihat ke arah ku, aku melambaikan tanganku ke arah dia. Tetapi dia hanya berlalu pergi dari taman. Sakit. Pertama dia yang memberiku harapan karna menjengukku di rumah sakit. Tetapi sekarang apa? Dia menyueki ku seperti sebelumnya. Aku sudah lelah akan semua sifatnya yang labil.

Aku pun beranjak dari taman dan pergi menuju kelas.

***

BIAN's POV

Kalian tau kan kalau gue jadian sama Sasha? Ya. Gue emang jadian sama dia. Saat pertama gue kayak gini, gue cuma mau buat Jeanny cemburu. Gue suka sama Jeanny. tetapi sekarang gue harus bareng Sasha. Gue ngelakuin ini karena terpaksa. Karena ada sesuatu yang ngebuat gue harus bareng Sasha.

Pada hari dimana Jeanny pingsan, gue bener-bener panik saat ngeliatnya. Kenapa dia pingsan? Dan apa? Dia jugs mimisan! Dia pernah bilang ke gue kalo dia gak pernah pingsan dan juga mimisan. Gue gak bisa diem doang ngeliat Jeanny kayak gini. Gue memutuskan untuk menjenguknya nanti.

Pada saat gue jengukin dia, wajah putihnya terlihat tirus, badahnya menjadi lebih kurus. Sebenarnya kenapa dia? Gue ngeliat dia seperti rapuh. Wajah putihnya di tambah bibir pucatnya itu membuat gue jadi merinding. Apalagi saat melihat dia mimisan. Gue bener-bener takut. Apakah gue bakal kehilangan dia?

Gue ketiduran di rumah sakit men. Gue kaget saat ada yang ngelus kepala gue. Hangat. Saat itu juga gue mendengar suara merdu yang keluar darinya. Walau dia menganggap gue adalah bang william, tak masalah. Gue menegang saat ditanya mengapa gue berada di kamar rawatnya. Gue segera mencari alasan. Setelah itu gue langsung pulang. Sebenarnya kaki ini berat untuk melangkah keluar. Apalagi saat pintu hampir menutup gue mendengar suara tangis dirinya. Tangisannya sangat menyayat hati. Gue ngerasa seperti cowok yang paling gak berguna buat dia.

5 hari kemudian. Dia masuk sekolah. Saat jam istirahat berbunyi, gue langsung beranjak menuju kantin. Karna gue tau bahwa dia akan ke kantin bersama 5 temannya. Dan dia pun datang. Astaga. Badannya semakin kurus. Ada apa? Bukankah hanya sakit kepala saja? Mengapa sampai nafsu makannya turun juga?

Gue melihat pergerakan dari mejanya. Ternyata dia pergi. Gue mengikutinya sampai tibalah di taman sekolah. Dia menduduki sebuah kursi dan mulai menghirup udara segar yang berada di sana. Dia mulai menutup matanya. Dengan panik gue mendekatinya dengan perlahan. Hingga kedua mata itu terbuka kembali dan langsung ngeliat gue, gue pun langsung menghindari matanya itu. Hingga dia pergi meninggalkan taman.

Setelah melihat dia sudah membaik akhir-akhir ini, gue lega. Beban gue akan melihat dia yang begitu kurus sudah pergi. Sekarang dia terlihat lebih ceria. sepertinya, gue harus move on darinya. Dan menjalankan ikatan gue dengan Sasha dengan serius.

***

To be continued.....

120416

Late.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang