6. Siuman

713 32 0
                                    

JEANNY's POV

Gelap. Itulah satu-satunya deskripsi apa yang aku lihat. Kenapa gelap? Ada dimana aku? Aku tidak bisa melihat apa-apa selain kegelapan. Apa itu? Aku melihat cahaya putih berada didepanku. Aku pun mencoba meraihnya, tapi sia-sia. Aku terus mencoba hingga cahaya putih itu menjadi lebih bersinar dari sebelumnya. Aku pun menutup mataku. Saat aku membuka mataku lagi, yang ku lihat malah ruangan putih yang dilengkapi alat-alat rumah sakit. Ah, aku berada di rumah sakit. Tapi kenapa aku berada di rumah sakit?

Aku mengedarkan pandangan ku dan melihat Jordan dan teman-temanku berada disana.

"Jordan.... Zahra.... Toni.... Titin.... semua nya bangun.... gu-gue uda bangun..." ucapan ku membangunkan mereka.

"Je?! Lo uda bangun?! Wee wee panggil dokter cepet!" Ucap Jordan. Jordan memang kenal dengan semua teman-temanku. Aku pernah membawa Jordan ke Jakarta dan memperkenalkan mereka.

"Ha-haus.. minum.." Jordan pun cepet-cepet membawakan ku air mineral dan aku langsung meminumnya.

"Gue disini berapa lama?" Tanyaku.

"Lo udah disini seminggu bok! Lo ada penyakit ya?" Jawab Zahra.

"Gile. Lama beut. Gue juga gak tau Za. Terakhir yang gue inget, kepala gue sakit, mimisan lagi, terus pingsan. Udah gitu doang. Nanti gue pengen nanya sama dokter deh gue ada penyakit apa." Kataku.

"Lo gak ada penyakit Je. Lo cuma kelewatan stres, makanya kayak gini. Lo gak boleh stres lagi ya Je. Jangan mikirin dia mulu. Oke?" Ucap Jordan.

"o-" baru mau ku jawab, koko tiba-tiba datang menyela.

"Je! Je! Ya ampun lo udah sadar?!" Ucap koko sambil memelukku erat. Erat banget. Aku tau dia lah pasti yang paling panik dari semuanya.

"ko.. g-gue gak bi-bisa napas..." ucapku. Dan dia langsung melepaskannya.

"Astaga. Sorry Je. Gue lupa lo lagi sakit." Ucap koko. Ha? Aku sakit? Sakit apa?

"Aku sakit ko? Sakit apa?"

"Ha, itu, lo kan sakit-" belum selesai bicara, mulut koko ditutup oleh Jordan.

"Lo sakit, gara-gara stres tjoy. Gue kan udah bilang lo sakit gara-gara stres. Gak percaya amat sih lo ama gue." Ucap Jordan dan berpura-pura ngambek. Haha. Dia lucu sekali ketika pura-pura ngambek.

"Oke, oke. Gue percaya kok sama lo."

"Eh Je, tapi lo harus tetep minum obat loh. Biar gak sakit kepala sama mimisan lagi katanya." Ucap Olive.

"Oke. Mana sini obatnya, gue minum sekarang." Ucapku.

"Nih." Ucap Cene sambil memberikan obat dan minum. Aku pun meminumnya sesegera.

"Oke. Selesai kan? Gue boleh keluar dari sini kapan ko?" Tanyaku.

"Besok juga boleh. Asal lo gak lupa minum obat." Ucapnya.

"Oke deh. Akhirnya gue pulang juga. Gue udah pengen sekolah. Oh iya, mama sama papa mana ko?"

"Mereka bentar lagi juga dateng. Tunggu aja."

Setelah aku menunggu cukup lama, akhirnya orang tua ku pun datang.

"Mama! Papa! Jeanny kangen!" Ucap ku sambil memeluk mereka berdua.

"Mama juga nak. Mama juga kanget banget sama kamu." Mereka pun mengeratkan pelukannya.

"Papa juga kangen samamu nak." Aku pun mulai menangis karena aku sangat merindukan mereka.

"Pa, besok aku bisa langsung ke jakarta kan pa?" Tanyaku.

"Bisa kok. Besok pagi kita berangkat bareng ya nak. Sekarang mending kamu istirahat dulu." Ucap papa.

"Oke pa."

Keesokan harinya, aku sudah didalam perjalanan menuju Jakarta. Aku pulang bersama keluargaku. Teman-teman ku sudah pulang duluan kemarin karna hari ini mereka sekolah. Aku ingin cepat-cepat sekolah dan bercanda tawa lagi bersama mereka.

Hari pun berlalu, aku akhirnya masuk sekolah lagi. Hari ini aku berangkat sekolah bersama koko lagi. Dia benar-benar khawatir jika tidak bersama dengan ku sedetik pun. Dia takut jika aku pingsan di jalan raya atau dimana pun itu.

"Ayok dek kita turun." Aku pun keluar dan seperti biasa koko merangkulku. Sampai di depan kelas, koko berpesan kepadaku agar aku meminum obatnya. Dia sudah meminta izin kepada guru-guru yang akan mengajar ku, untuk membolehkan ku minum di kelas.

Saat aku ingin memasuki kelas, aku melihat Bian dengan Sasha lagi. Mereka seperti surat dan perangko yang sulit dipisahkan. Dimana aku melihat Bian, disana juga pasti ada Sasha.

Bian juga sedang menatap ku sekarang, ekspresinya agak kaget ketika melihat ku dengan wajah pucatku. Aku pun melihatnya lagi sekilas dan memasuki kelas.

"Pagi." Ucap ku

"Yeey! Jeanny dah masuk! Gue kangen tau gak sama lo." Ucap Cene.

"Lebay lo. Kemaren kan kita baru ketemu." Ucapku.

"Iya tuh Je, gue juga kangen tau sama lo. Kangen ngeliat lo duduk disamping gue, kita canda-candaan, ngebully Toni." Ucap Zahra. Dan kami semua pun berpelukan.

"Yeeee, lo ngomong gitu kayak gue pergi berbulan-bulan aja. udah ah lepas. Gue sesak nih." Mereka pun melepaskan pelukannya.

"Hahaha, bukan gitu, waktu lo kan gak lama lagi Je." Ucap Titin.

"Ha? Gak lama lagi? Emangnya gue mau pergi kemana?" Tanya ku.

"Ah elo sih keceplosan, dia jadi nanya kan." Ucap Toni bisik-bisik tapi masih bisa kudengar.

"Itu loh Je, bentar lagi kan mau kenaikkan kelas, kita kan jadi jarang ketemu, nah waktu kita ketemuan kan jadi berkurang. Maksud dia gitu." Ucap Olive.

"Ohhhh, yakali. Lo-lo pada kan bisa ke rumah gue, atau gak gue bisa kerumah kalian. Ada-ada aja lo Tin." Ucap ku.

***

Bel istirahat berbunyi. Kami ber-6 pun langsung menuju ke kantin. Seperti biasa, kami duduk di dekat pintu masuk kantin.

"Je, liat siapa yang dateng." Ucap Zahra. Aku pun melihat ke arah pintu masuk.

Hadeh. Mereka lagi. Yah kalian tau lah siapa. Yup. Bian sama Sasha. Zahra ini pengen aku mati galau apa? Kenapa mereka harus ke kantin berduaan? Oh iya. Lupa. Mereka kan surat sama perangko. Kemana-mana selalu bareng.

"Lo pengen gue mati galau gak bisa move on Za? Kampret bet dah." Ucap ku. Yah memang kan? Iyakan saja, biar cepat selesai. :v

"Yah, gue kan sebagai teman yang baik memperlihatkan lo sama mantan lo yang udah bisa move on dari lo. Masa lo belom move on-move on sih?" Ucapnya. Aelah, ngeles aja kek bajaj.

"Seterah lo deh seterah. Biar cepet selesai ae." Ucap ku. Dan seketika semua temanku tertawa. Haha.

"Move on aja napa Je. Segitu berartinya kah dia dimatamu? Eak." Ucap Toni.

"Sok bijak ae lo. Lo pikir move on tuh gampang apa? Tahek." Jawabku.

"Apa Je?! Lo belom move on?!" Ucap Titin sengaja memperbesar suaranya agar satu kantin tau.

"Terus aja Tin buat gue malu. Kampret lo emang." Ucapku lalu memainkan hp ku.

"Eh lo bego banget. Kalo dia ngambek terus pergi ke Bandung lagi gimana? Cari masalah lo." Ucap Olive.

"Gue ke Bandung bukan gara-gara itu okay. Gue gak se-childish itu." Ucapku.

Setelah itu, aku pergi untuk membeli makanan. Laper tjoy.

Brukk

"Sorry sorry. Gue gak se-" setelah aku melihat siapa yang menabrakku tadi, aku langsung membeku ditempat.

"Sorry juga ya, gue buru-buru." Lalu dia pergi ninggalin aku sendirian disini. Yalah ditinggalin, kau berharap apa Je? Berharap ditungguin, ditemenin dulu gitu kayak dulu? Haha. Itu kan dulu. Sekarang uda beda. Jangan banyak berharap Je.

***

To be continued.....

190416

Late.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang