"S-stadium 3? Stadium 3?! Dan kalian masih belom ngomongin ini semua ke gue?! Kalian berharap gue mati hah?! Kalian berharap gue mati?!" Ucap ku setengah berteriak.
"Kami gak mau lo kayak gitu Je. Jangan anggap kami pengen lo mati. Gak. Gak sama sekali. Jangan pernah punya pikiran kayak gitu lagi." Ucap Koko.
"Terus, kenapa gak kasih tau gue?! Kenapa gak kasih tau gue kalo gue punya penyakit?!"
"Kami gak mau lo terpuruk Je. Kami takut lo stres." Ucap Cene.
"Gue lebih terpuruk pas tau terakhir tau gak. Gue kecewa banget sama kalian. Kalian udah boongin gue. Gue udah stres Cen. Gue udah Stres. Gue gak tau penyakit gue selama ini. Sedangkan sekarang penyakit gue udah stadium 3. Sekarang, jawab pertanyaan gue, waktu gue gak lama lagi kan? Berapa lama?" Tanya ku dengan sesungukan. Air mataku tidak bisa ku bendung. Aku melihat mamaku yang sudah menangis di pelukan papa. Aku gak bisa ninggalin mereka. Aku gak bisa ninggalin temen-temen sama koko. Aku gak bisa.
Tuhan, kenapa aku harus mendapatkan penyakit ini di umurku yang masih muda? Aku masih ingin melihat diriku dengan teman-teman ku tumbuh bersama. Melihat koko menikah. Merasakan menikah. Memiliki anak. Tapi, jika Kau memang manginginkanku untuk kembali bersama-Mu disisi-Mu, aku akan menyerahkan seluruh hidupku Tuhan.
"Dokter sih bilang waktu lo tinggal 6 bulan lagi Je. Siapa yang tahu? Tapi kalo lo kemoterapi, lo bakal bisa hidup lebih lama. Lo harus percaya kalo lo bisa hidup. Jangan menyerah ya Je?" Ucap Zahra.
"Ha, 6 bulan lagi ya. Cepet banget ya. Padahal, gue masih pengen ngerasain UN bareng kalian, kuliah, lulus kuliah, nikah, punya anak. Tapi itu kayaknya cuma angan-angan gue doang." Ucapan ku membuat satu ruangan ini menangis. Aku sendiri pun ikut menangis. Aku benar-benar tidak percaya, waktu ku hanya tinggal 6 bulan lagi, bahkan, sewaktu-waktu aku bisa langsung meninggal. Siapa yang tahu?
"Gue mau ikut kemoterapi. Walaupun gue tau kemoterapi gak akan buat penyakit gue ilang. Tapi gue bakal ikut kemoterapi. gue bakalan habisin 6 bulan terakhir gue bareng kalian. Gue masih bakalan tetep sekolah. Gue gak mau ada yang ngehalangin gue buat sekolah. Gue gak mau ada yang tau kalo gue kanker. Anggap aja semuanya itu biasa. Gak ada yang penyakitan. Please, lo semua janji sama gue, pa, ma, janji sama aku, kalo kalian gak bakal kasih tau siapa pun tentang penyakit ini. Oke?" Mereka semua pun hanya mengangguk pasrah sebagai jawaban.
"Thanks."
***
Aku kembali bersekolah seperti biasa. Aku melewati hari-hari juga dengan biasa-biasa saja. 6 bulan huh? Bahkan aku tidak sempat merayakan ulang tahun ku. Ulang tahun ku masih 8 bulan lagi.
"Je, mau kantin gak?" Tanya Olive.
"Ayok, gue laper nih." Jawab ku.
"Oke yuk kita ke kantin, yang lain udah pada di kantin."
"Oke."
Hanya itu lah keseharian ku. Masuk sekolah, istirahat, pulang sekolah, kemoterapi.
"Eh, hari ini kalian tetep bisa temenin gue kan?" Tanyaku.
"Bisa dong Je. Apa sih yang nggak buat lo? Yegak?" Aku pun tersenyum mendengar perkataan dari Zahra. Mereka menepati janjinya. Tidak memberitahukan ini semua ke orang-orang.
"Oke, seperti biasa, kita berangkat pas pulang sekolah."
"Oke ndorooo."
***
Bel pulang berbunyi. Kami semua langsung keluar kelas untuk langsung menuju ke rumah sakit.
"Langsung kan we?" Tanya Titin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late.
Short Story• C O M P L E T E D • Penyesalan, Selalu datang belakangan. Ketika kita sudah melakukan kesalahan, penyesalan itu pun datang. Dan ketika penyesalan itu datang, semua sudah TERLAMBAT. "If i could turn back time.." 12/04/16 - 25/04/16