18. Wake Up

4K 242 1
                                    

Sudah sepuluh hari ini Bia terbaring dibangkar rumah sakit dengan keadaan koma, tak sadarkan diri.

Selama itu juga Abi selalu menyempatkan diri untuk menjaga Bia kalau keluarganya sedang sibuk. Seperti sekarang. Ia sedang mengajak Bia mengobrol, berharap Bia menjawabnya.

Seperti yang sering Abi liat difilm-film bahwa orang yang koma jika sering diajak bicara akan cepat sadar.

"Bee, bangun dong..." Abi berharap sambil menggenggam erat tangan Bia.

Setiap sholat, Abi selalu menyematkan nama Bia didalam do'anya. Berharap Allah akan mendengar mengabulkan do'anya.

Tanpa sadar air matanya menetes membasahi tangannya. Ia terisak pelan, merutuk kebodohannya, ke tidak pekaannya terhadap sekitar dan melupakan sahabat masa kecilnya.

"Aku udah putus sama Sherly, ternyata dia jahat banget." Adunya.

Perlahan Abi merasakan tangan Bia bergerak didalam genggaman erat tangannya.

Abi yang menyadari itu pun mendongakkan kepalanya dan melihat mata Bia perlahan terbuka. Dengan sigap, Abi memencet tombol yang digunakan untuk memanggil dokter.

Dokter datang dengan beberapa perawat dan langsung memeriksa keadaan Bia. Abi menunggu diluar ruangan berharap tidak terjadi apa-apa pada Bia.

Dokter pun keluar dan memberi penjelasan bahwa Bia baik-baik saja. Abi diperbolehkan masuk ruangan dan melihat keadaan Bia.

Abi langsung duduk disebelah bangkar Bia dan memastikan Bia benar-benar baik.

"Kamu mau apa? Minum?" Tanya Abi.

Bia tertegun sejenak karena Abi menggunakan bahasa 'aku-kamu' dan bukan 'gue-lo'. Akhirnya ia hanya mengangguk samar sebagai jawaban, karena tenggorokannya masih kering untuk mengeluarkan suara.

Dengan cepat Abi mengambil segelas air putih diatas nakas dan memberikannya kepada Bia.

"Pelan-pelan minumnya." Tutur Abi.

"Makasih." Jawab Bia lemah.

"Sekarang kamu istirahat aja dulu, aku mau kasih kabar kak Aga." Ucap Abi dan beranjak dari duduknya.

Dengan gerakan lambat Bia mencekal sebelah tangan Abi agar cowok itu tidak meninggalkannya. Abi yang mengerti maksud Bia pun akhirnya kembali duduk.

"aku kenapa?" Tanya Bia yang bingung dengan keadaanya saat ini.

"Kamu abis kecelakaan, kamu koma udah hampir 10 hari disini. Dan..." abi menggantungkan kalimatnya.

"Aku udah tau kalo selama ini sahabat yang aku cari itu kamu." Jawab Abi lirih.

Bia yang bingung pun segera memikirkan apa maksud dari perkataan Abi. Tapi tiba-tiba sakit dikepala menyerangnya. Bia sampai menggerang kesakitan.

"Eh! kamu kenapa?!" Abi panik.

"Sakit banget..." rintih Bia.

"Kamu sekarang tidur aja biar ilang sakitnya. Aku jagain sampe orang tua kamu dateng." Ucap Abi dan membantu Bia berbaring diatas bangkar.

Setelah memastikan bahwa Bia sudah tertidur, Abi segera mengambil ponselnya dan menghubungi Aga.

Tak lama, Aga datang bersama dengan orang tua Bia. Mereka langsung menanyakan keadaan Bia pada Abi.

"Terima kasih nak, kamu sudah mau menjaga Bia." Ucap Aldo--ayah Bia.

"Gapap om, itu tanggung jawab saya." Jawab Abi sopan.

Ayah Bia yang tidak mengerti pun mengerutkan keningnya.

"Dia Abi yah, temen masa kecilnya Bia. Masak ayah lupa sih." Kata Bunda Bia.

Seakan mengingat sesuatu, ayah Bia langsung tersadar dan senyum lebar merekah di wajahnya yang berwibawa.

"Om seneng kamu mau jagain Bia." Ucapnya lagi.

Tiba-tiba Aga yang berdiri tak jauh dari Abi mulai mendekat dan berbisik,"Ada yang mau gue omongin sama lo."

Abi hanya mengangguk dan mengikuti Aga keluar ruang rawat Bia.

Mereka berjalan sampai di taman rumah sakit. Tak begitu ramai orang disini, hanya beberapa orang uang menggunakan kursi roda yang menikmati sejuknya taman.

Saat ini Aga menunjukkan ekspresi wajah seperti menahan amarah dan juga tak lupa tatapan tajam yang mengarah ke Abi. Ia sudah menahan unek-uneknya sejak ia tau bahwa Abi lah sahabat masa kecil Bia.

"Gue mau ngomong serius." Ucap Aga tegas.

Abi hanya bergumam.

"Kemana aja selama ini lo?! Hah?! Lo ga inget sahabat masa kecil yang sangat lo sayang?!" Ucapannya meninggi.

"Namanya juga lupa, bang. Itukan udah 12 tahun yang lalu, jadi wajar aja gue lupa." Abi setengah bergurau.

Namun setelah melihat bagaimana raut wajah Aga yang sulit diartikan, ia menjadi tak bisa berkutik dan akhirnya diam.

Aga menghela nafas demi mengontrol emosinya yang hampir meledak saat berhadapan dengan Abi. Ia merasa tidak ada yang berubah, dulu waktu ia masih kecil Abi juga suka bergurau dengannya.

"Mulai sekarang lo ga boleh bikin Bia sakit hati lagi. Lo harus tunjukin lo adalah temen masa kecilnya yang dia sayang."

"Gue janji. Gue akan selalu jagain Bia, gue ga akan sakit in hatinya. Karena gue lelai sejati pegang janji gue." Ucap Abi tegas.

"Gue suka sikap lo yang satu ini. Tapi kalo lo berani nyakitin Bia, li tau akibatnya." Ucap Aga sambil menunjukkan kepalan tangannya kepada Abi.

Abi hanya cengengesan dan mengangkat dua jari peach. Akhirnya Aga pun pergi meninggalkan Abi. Tapi sebelum Aga benar-benar pergi, ia menepuk pundak Abi dua kali.

Abi yang mendapat lampu hijau dari Aga pun senangnya bukan main, ia kembali ke dalam ruangan Bia dengan senyum yang mengembang lebar di wajahnya.

Ia duduk disamping Bia yang sedang duduk memangku sebuah kotak. Abi yang mengerti kotak itu pun berdecak kagum.

"Wahhh... kamu nepatin janji ya sama aku. Buktinya flower crown itu masih kamu simpen." Ucapnya dengan senyum tak lepas.

Bia yang tersadar dari sesuatu pun kaget dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Tak menyangka bahwa sahabat masa kecilnya selama ini sangat ia rindukan adalah orang yang bisa dikatakan dekat dengannya.

"Jadi kamu Nono yang selama ini aku cari?" Tanya Bia lirih, perlahan butiran bening itu mengalir di pipi mulusnya.

Abi yang melihat itu pun dengan sigap membawa Bia dalam dekapannya. Mengobati rasa rindunya pada Bia-- gadis yang mampu mencuri hatinya yang dingin.

"Kamu jahat banget sih! Hiks.. dulu kamu janji, hiks... kamu sendiri yang ingkar. Aku udah nunggu kamu Hiks... tapi kamu malah pilih cewek lain. Hiks... kamu jahat banget..." ucap Bia sambil memukul dada Abi.

Abi masih memeluk Bia sambil membisikkan kalimat yang menenangkan tak lupa mengelus punggung Bia. Merelakan bajunya basah akibat air mata Bia.

setelah Bia cukup tenang, Abi melepas pelukannya dan menagkup wajah Bia dengan kedua tangannya. Menghapus sisa-sisa air mata Bia dengan jempolnya.

"Sekarang aku mau trbus semua kesalahan aku. Aku bakal jadi Nono yang dulu,"

"Mulai sekarang kita pacaran titik!" Ucap Abi langsung hanya dengan persetujuan sepihak saja. Melihat Bia membelalakkan mata, ia segera memeluk Bia dengan erat.

"Kamu gila apa?! Terus Kak Sherly di kemanain?!" Tanya Bia spontan sambil melepaskan pelukan dari Abi.

"Aku ga mau dibohongi sama sifatnya lagi." Ujar Abi tegas.

"Lagi pula aku kan ga bilang setuju!" Seru Bia.

"Tapi kamu seneng kan?" Tanya Abi jail.

Bia langsung menunduk menyembunyikan semburat merah di pipinya akibat tersipu malu.

"Aihh manisnya pacarku kalo lagu blushing..." Abi mencubit hidung Bia.

The Same FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang