25. Lost

3.4K 187 1
                                    

Aga masuk ke dalam kamar adiknya setelah mendapat persetujuan dari si pemilik kamar.

"Ada apa kak?" Tanya Bia penasaran pada makanya yang bergelagat aneh.

"Nih, pemberian terakhir dari Abi." Ujar Aga sambil menyodorkan kotak itu pada Bia.

Bia bingung dengan apa yang Aga bicarakan, pasalnya Aga menyebut 'pemberian terakhir'. Apa Abi akan menghilang? Atau ia akan melupakan Bia?

"Abi mau mati?!" Teriak histeris itu keluar dari mulut Bia.

"Hus.. kalo ngomong sembarangan aja! Dia besok mau berangkat ke Jerman, dapet beasiswa buat kuliah disana. Btw, kamu putus ya sama dia?"

Ekspresi wajah Bia mendadak murung mendengar pertanyaan dari Aga. Ia memang salah sudah memutuskan hubungan karen salah paham, ia ingin minta maaf tap tapi egonya mengalahkan rasa bersalah nya.

Ia juga masih sedikit ragu dengan hubungannya dengan Abi. Ia takut patah hati lagi setelah kejadian itu. Ia memang salah tidak mendengarkan penjelasan Abi terlebih dahulu.

"Besok berangkat jam berapa?" Tanya Bia mengalihkan pembicaraan.

"Jam 9. Kalo mau ketemu dia terakhir kalinya, besok bangun pagi dan kita berangkat sama-sma ke bandara."

"Makasih kak."

"Sekarang kamu tidur, besok bangun pagi. Good night sweety." Aga mencium kening adiknya itu penuh kasih sayang.

Setelah Aga keluar dari kamarnya, ia memandang sejenak kotak yang ada di pangkuannya, kotak pemberian Abi. Menimang-nimang, membuka atau tidak kotak tersebut.

Akhirnya ia memutuskan untuk menyimpan kotak itu. Ia ingin segera tidur agar besok tidak kesiangan.

Ia mencoba untuk memejamkan matanya, namun matanya seperti sulit sekali untuk terpejam. Ia meminum air yang terletak di nanas sebelah tempat tidurnya, dan menaruh gelas itu pada nakas lagi.

Masih tidak bisa tidur juga. Ia memutuskan untuk mendengar musik lulaby. Ia merasa gerah, bahkan bjunya sudah basah akibat keringat dinginnya. Padahal ac nya tetap menyala, kenapa ia merasa gerah?

Bia mengganti pakaiannya dengan yang bari dan kering. Ia kembali ke tempat tidur, berdo'a sebelum tidur sudah ia lakukan, tapi tetap tidak bisa tidur.

"Ya Allah, perasaanku ga enak."

Ia melirik jam dinding yang tergantung di sebelah lemari, pukul 12:05. Sudah tengah malam dan i belum bisa tidur. Pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi otaknya.

Ia takut terjadi apa-apa pada Abi, ia ingin segera pagi dan meminta maaf kepada Abi. Tak lupa mengucapkan selamat tinggal.

Berpikir, bagaimana kehidupan nya jika tak ada Abi? Miko yang selalu menjaga nya pun tak lagi bersamanya. Ia bingung dengan perasaannya.

Berusaha menutup mata, lambat laun ia terbawa ke dalam alam mimpi.

***

Gadis cantik dengan hiasan bunga dikepalanya itu sedang mengayunkan ayunan yang ia duduki. Menunggu seseorang yang berarti di hidupnya.

Tiba-tiba, dari arah belakang muncul sebelah tangan yang menyodorkan setangkai bunga mawar putih.

Ia kaget mendapati bunga itu didepannya, ia mengambilnya dan berbalik arah untuk mengetahui siapa yang memberinya bunga tersebut.

"Kak Abi!" Ujarnya senang mendapati orang yang dari tadi ia tunggu.

"Maaf ya buat kamu nunggu lama." Ucap Abi merasa bersalah.

"Gapapa, aku belum lama kok disini."

Akhirnya mereka memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar taman. Mereka berjalan beriringan sambil bergandeng tangan.

Rambut Bia yang digerai bergerak-gerak ditiup oleh angin yang sejuk. Kali ini ia begitu anggun dengan balutan dress selutut berwarna putih, dengan flat shoes senada dengan warna bajunya. Hiasan rambutnya berupa bungan berwarna pink.

Mereka berhenti di jembatan kecil diantara sungai jernih. Mereka menikmati angin, tak ada pembicaraan.

"Bi, aku mau pergi deh." Akhirnya Abi membuka pembicaraan dan mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan.

"Pergi? Kemana?" Tanya Bia yang raut wajahnya sudah berubah menjadi murung.

"Jauh pokoknya. Kamu disini aja, ga boleh ikut."

Abi melepas genggaman tangannya dengan Bia dan berjalan meninggalkan Bia sendirian di jembatan itu.

Bia berusaha mengejar Abi, namun semakin dikejar Abi malah semakin jauh melangkah dan akhirnya hilang di dalam hutan.

Bia menangis meratapi kepergian Abi.

"Huhhh hhh..." deru nafas Bia tak beraturan ketika bangun tidur.

Ia melihat jam menunjukkan pukul 9 kurang 5 menit, ia segera ke kamar mandi dan ganti baju.

Ia turun dan mendapati Aga sedang membawa kunci mobil.

"Kak cepet! Kita telat, Abi udah mau berangkat! Ayo!" Seru Bia dan segera memasuki mobil kakaknya.

"Kamu sih, disuruh bangun pagi malah kesiangan." Gumam kakaknya masih terdengar di telainga Bia.

"Maaf, kemaren aku ga bisa tidur, terus mimpi buruk, jadi kesiangan deh. Bisa lebih cepet ga?"

"Iya ini udah cepet dek."

Akhirnya mobil Aga sampai di parkiran bandara. Bia segera turun dari mobil berlari menuju ruang tunggu diikuti Aga dibelakangnya.

Mereka berkeliling mencari sosok Abi. Tapi nihil tak mereka temukan. Pemberitahuan berbunyi menyampaikan bahwa pesawat dengan tujuan Jerman akan segera take of.

"Kita telat kak." Ujar Bia lirih dan terduduk di salah satu kursi ruang tunggu.

"Sabar dek." Aga mengelus punggung adik kecilnya ini.

Saat Bia mulai menangis, dengan sigap Aga membawa Bia ke dalam pelukan hangat nya. Berusaha menyalurkan kekuatan untuk adiknya ini.

"Udah yuk kuta pulang aja. Kamu pasti masih bisa contact sama Abi deh." Aga membujuk adiknya yang malang ini.

Ditengah perjalanan, mereka bertemu dengan Miko dan Alvaro. Bia menanyakan akapah pesawat yang ditumpangi Abi sudah berangkat, dan memang benar sudah berangkat.

"Ini surat dari Abi." Miko menyerahkan supucuk surat dari Abi teruntuk Bia.

"Makasih."

"Yang sabar ya, Abi pasti bakalan jag hatinya kok. Lo juga jaga hati lo disini. Jangan karena Abi pergi lo jadi terpuruk kayak di sinetron a sinetron gitu." Tutur Miko.

"Makasih kak." Bia terkekeh sejenak.

Ia kehilangan sosok yang selama ini ia cintai. Sosok yang selama ini menemani harinya.

***

Sorry banget, ini part pendek. Masih banyak typo, dan yah ceritanya agak membingungkan. Alurnya ga jelas. Sekali lagi maaf.

Thanks for the readers, I always hope you like my story. Don't forget to click the star. 🌟

Love ya.😘

Sindeysilv

The Same FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang