Gelak tawa terus menerus terdengar dari pojok terfavorit di rumah Syira, tepatnya di lantai 2, sebuah void yang disulap menjadi area santai dengan sofa-sofa berbentuk unik yang cukup nyaman untuk diduduki berjam-jam.
"Kamu tuh lucu banget! Dalam hitungan sedetik tuh ekspresi kamu bisa berubah drastis, kayak gini," Bayu langsung mempraktekkan ekspresi Syira yang waktu itu dia lihat di hari pertama mereka bertemu. "Gitu!"
"Ih, enggak segitunya!" Syira nggak bisa berhenti memukul pacarnya yang iseng melebihi batas wajar itu karena terus mengulang ekspresi Syira, tapi secara berlebihan.
Mereka memang sedang bernostalgia, mengingat-ingat saat mereka pertama kali bertemu di acara orientasi kehidupan kampus. Saat itu Bayu berperan sebagai wakil koordinator divisi acara, yang kebetulan punya waktu luang untuk mencarikan tempat duduk untuk mahasiswi baru dengan rambut basah karena baru dikeramas, dan terlambat.
Mahasiswi berambut basah itu Syira, yang menganggap bahwa senior yang membantunya mencarikan tempat duduk itu punya wajah lucu mirip bayi. Nggak pantas pakai jaket almamater begitu.
"Kamu inget gak ngeledek aku gara-gara aku gak pernah bilang 'sama-sama?' Aku tuh baru kali itu ditegur karena kebiasaanku yang ini, sama maba lagi."
Syira yang kini bersandar di bahu Bayu pun cuma bisa tertawa, "Habisnya nyebelin banget. Orang tuh kalau dimakasihin balas dong 'sama-sama', kalau perlu pakai senyum!"
"Aku kan senyum??"
"Tetep nyebelin."
Kali ini Bayu yang tertawa, gemas dengan kekesalan Syira yang bisa dibilang sepele.
"Terus aku deketin kamu, terus jadian deh!"
"Gampang ya jadian sama aku?"
Ekspresi Bayu tiba-tiba berubah, "Susah..."
"Kenapa?"
"Kamu kan gak suka cowok."
Kalimat yang diucapkan Bayu dengan senyum lebar itu spontan mendapatkan dorongan keras sebagai balasannya, Bayu langsung terjerembab ke lantai dan nggak dibiarkan bangun karena Syira langsung duduk di punggung Bayu.
"Bilang lagi??"
"Abisnya kamu jutek banget!"
"Tapi kan aku suka cowok! Emang Chris Evans bukan cowok??" Ujar Syira sambil mencubiti leher Bayu yang bukannya kesakitan malah tertawa geli.
"Tuh kan, delu!"
"Iiiih!"
Di saat itu terdengar suara pintu kamar terbuka, bersamaan dengan si empunya kamar yang wajahnya masih kusut seperti bajunya yang sama kusut.
"Heh, berisik."
Kenzo, kakak Syira, langsung kembali masuk setelah menembakkan sinar laser dari matanya ke arah dua sejoli itu sampai mereka lemah tak berdaya.
Nggak, deh, bohong. Kenzo cuma melotot.
Saat Kenzo hilang dari pandangan, Syira dan Bayu langsung tertawa sepelan-pelannya sebelum akhirnya lari ke lantai bawah. Menghindari omelan si abang yang kabarnya sedang berseteru dengan pacarnya.
"Berantem kenapa lagi sih?" Tanya Bayu sambil mencomot kue pukis yang tadi ia beli sebelum mampir ke rumah Syira.
"Ah, paling gara-gara hal sepele lagi. Abang sama Mayang kan berantemnya gitu mulu. Liat aja, ntar malam juga abang izin keluar mau ngajak Mayang makan." Jawab Syira yang baru selesai jungkir balik mencari remote TV yang sering sekali hilang atau terselip di pinggir sofa. "Atau... kayaknya aku tau deh kenapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Around Her
RomanceAs there are too many things revolving around her, they gotta choose between two. Her options are to stay or to move. And his options are to hold on or to let go. --- Please acknowledge that the last chapters are on private mode, make sure to follo...