Please, Don't

2.7K 423 15
                                    

March 14

Sepanjang perjalanan ke apartemen, kepala Syira masih saja terasa pusing, mungkin kali ini benar-benar efek dari alkohol yang tidak sengaja berpindah saat insiden itu. Namun ketika handphone-nya berdering dan di layarnya terpampang nama Bayu, Syira sadar kalau kepalanya juga sakit karena memikirkan bagaimana reaksi Bayu jika tahu soal ini.

Untuk apa Bayu meneleponnya pukul 1 pagi? Apa Bayu sudah tau soal ini dari entah siapa?

Dengan asumsi sejenis yang berkecamuk di pikirannya selama memandangi handphone-nya yang terus menerus berdering, Syira semakin tidak punya keberanian untuk menjawab panggilan tersebut. Ia pun akhirnya memutuskan untuk menghidupkan mode pesawat di handphone-nya agar tidak ada lagi panggilan yang bisa masuk.

"Siapa, Syir? Kok nggak diangkat?" Tanya Ale yang duduk di kursi supir. "Orangtua?"

"Nggak, bukan kok, kak."

"Hmm," tiba-tiba saja Jae yang memang duduk di kursi tengah bersama Syira langsung bersandar ke bahu Syira, "Hehe."

"Ergh." Tak lagi kaget seperti saat insiden itu, kali ini Syira sudah punya keberanian untuk mendorong Jae menjauh darinya—bahkan sampai kepalanya nyaris terantuk ke jendela mobil. "Bastard."

"Heard that before..." Jawab Jae dengan kesadaran minim sebelum kemudian tertidur menyusul Danish yang memang sudah terkapar sejak masih di Beer Garden.

"Gosh."

"Maafin dia ya, Syir. Itu juga kalau lo mau." Ujar Surya dengan nada menyesal. Syira hanya bisa tersenyum sopan menutupi rasa kesalnya. Harusnya Jae yang minta maaf, bukan Surya.

---

March 15

Syira bersumpah ia akan membentak siapapun yang meneleponnya pagi-pagi begini di saat ia masih berusaha menghilangkan rasa pusing dan penat di kepalanya.

"Duh... apa sih... siapa..."

"Syira?"

Oh, nggak jadi. Syira nggak jadi membentak orang itu.

"Bayu? Kamu ngapain nelepon pagi-pagi gini...?"

"Ini udah jam 10, sayang."

"Oh...?" Syira langsung menatap jam dindingnya dan tertawa renyah, "Aku kira masih pagi..."

"Ya masih pagi sih, tapi nggak sepagi itu untuk aku gak boleh nelepon kamu." Ujar Bayu dengan sedikit tawa kecil di akhir, "Kenapa baru bangun?"

"Emm, kemarin habis main sampai malam."

"Kemana?"

Tuhan. Syira yakin Bayu pasti sudah tau semuanya.

"Syira, kamu dimana sekarang?"

"Apartemen..."

"Jangan kemana-mana dulu ya, aku kesana." Bayu menjawab dengan cepat dan langsung mematikan teleponnya, membuat Syira semakin was-was.

Syira jadi ingat cerita Bayu kalau belakangan ini tekanan darahnya suka meninggi, katanya pengaruh makanan dan stress.

Tuhan, tolong rendahkan tekanan darah Bayu. Terutama hari ini.

-

"Kenapa kamu nggak bilang aku kalau mau pergi sama cowok-cowok gitu? Ke Beer Garden lagi."

Bayu kini sedang berdiri bersandar ke tembok dengan lengan tersilang di depan dadanya, menatap Syira dengan penuh tuntutan akan penjelasan, namun tidak terlalu menuntut, mungkin karena dia sudah tau?

Around HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang