Gadis dengan perawakan tinggi dan memiliki lesung di kedua pipinya itu mengemudikan mobil hitam kesayangannya.
Tentu saja, mobil yang ia beli dengan peluh nya dalam beberapa tahun terakhir.
Mobil hitam bagai harimau mengoyak kegelapan,udara dingin yang menusuk hingga relung dalam hatinya. Setengah hati yang mati karena rasa sakit dimasa lalu.Dari kejauhan terdengar sayup-sayup gema yang bersautan membuat orang terbangun untuk menjalankan perintah Tuhan dan memulai rutinitasnya kembali , gemanya semakin jelas ditelinga Zara. Secepat mungkin ia melajukan mobilnya ketempat yang ia tuju,namun semakin lama hatinya sesak dan rasa itu datang lagi..
"Akh!" Suaranya tercekat diujung tenggorokan,membanting setir dan perlahan menepikan mobilnya.
Menghentikan mobilnya di tepi jalan yang kebetulan sepi, berharap kumandang itu berhenti juga. Kembali sepi seperti sebelumnya.
Zara menundukkan kepala sambil memijat kuat pelipisnya ,semua terasa sangat memuakkan baginya.
Entah berapa lama ia menundukkan kepala, kumandang adzan juga sudah tak terdengar lagi. Aktivitasnya terhenti dan menoleh cepat saat ia mendengar pintu mobilnya dibuka paksa."Maafkan aku kapten, tapi kau lupa tidak sarapan pagi . Apapun alasanmu kau tetap harus mengisi perutmu!" ceramah manusia masuk tanpa ijin dengan menyunggingkan senyuman.
Tidak ada jawaban dari Zara melainkan menautkan kedua alisnya.
Tentu saja Billy sudah paham betul apa maksudnya."Yaa, oke baiklah Kapten aku akan keluar dari mobil agungmu. Selamat beraktivitas! " Turun dari mobil harrier hitam sambil memberi hormat pada atasannya itu.
Tak menghiraukan sikap Billy yang terkadang berlebihan, ia kembali melajukan mobilnya.
Kali ini hatinya jauh lebih baik daripada beberapa menit yang lalu.*Di Markas TNI AU*
Wanita berambut cepak rapi atasnya bermahkotakan topi memiliki simbol bahwa seorang yang menggunakannya adalah orang tertentu yang menempati jabatan tinggi , berjalan menelusuri lorong menuju markas besarnya , tak sedikit orang yang berjumpa dengannya serta memberi hormat.
Sampai dimana tempat yang ia tuju, dimana ia mengeluarkan semua tenaga dan kemampuannya.
Ia duduk dikursi kebesarannya, dimeja terdapat ukiran kayu bertuliskan
" Kapten Pnb Nafeeza Izara " . Untuk sekali pandang ia seperti perempuan pada umunya memiliki paras ayu dan lugu.Namun bagai perisai saja paras ayunya,dalam dirinya tertanam jiwa seorang gadis yang kuat dan tahan banting.
Ira ,bukan tapi Kapten Ira sapaanya dikalangan tentara yang lain sangat mumpuni dalam beberapa bela diri seperti pencak silat, muay thai,taekwondo dan yang baru-baru bela diri yang ia pelajari membuat banyak tentara lain bergidik ngeri adalah samurainya.
"Selamat pagi Kapten,semoga harimu menyenangkan" sapa seseorang tiba-tiba dan menerobos masuk ruang kerjanya .
Namun tak begitu mengejutkan untuk Ira, hanya melirik dengan ekor matanya dan berdehem lalu melanjutkan tugasnya."Jangan jual mahal seperti itu Ra,aku kesini bukan untuk menggodamu tapi Marsekal meminta dirimu untuk mengemudikan pesawat Cessna lagi! Bukankah itu kabar yang baik?" Kata Juna semangat.
"Lagi?" Jawab Ira singkat dengan mengangkat sebelah alisnya .
"Aku sedang tidak bercanda Ra.. Tentu saja aku akan ikut dalam penerbangan mu kali ini! " Sahutnya tak kalah semangat.
"Ah.. Tugasku belakangan ini banyak dan aku tidak menggebu-gebu lagi dalam mengemudikan pesawat seperti dulu. Jadi kupikir kau bisa mengajak yang lain."
Ira sangat paham bahwa itu bukan tugas dari atasannya melainkan hanya alasan Juna untuk mendekatinya.
Sudah 2 tahun Juna mendekati dan berkali-kali menyatakan cinta pada Ira.
Berkali-kali juga Ira hanya mengacuhkannya bahkan menjawab pertanyaannya pun terlampau singkat pengecualian saat membahas tentang pekerjaan.Perawakan Juna sungguh tak bisa dianggap remeh, matanya hitam legam, badannya tegap menantang , terlahir dari keluarga termasyhur dikotanya dan seorang pewaris tunggal perusahaan Ayahnya. Namun ia bersikukuh memilih cita-citanya menjadi seorang TNI AU dan terbang mengudara.
"Ah ya,malam ini aku akan berkunjung ke rumahmu. " Ucap Juna berusaha memecah keheningan.
"Untuk?" Jawab Ira acuh terlalu sibuk dengan tugasnya.
Juna hanya menggidikkan bahu sambil menyunggingkan senyumnya lalu melenggang pergi dari ruangan yang hanya membuatnya makin ironi.
Sejenak Ira hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya Juna tak pernah kehabisan cara untuk membuatnya takluk. Sedikitpun Ira tak pernah tertarik dengan Juna, ia paham betul dengan sifat Juna yang mungkin tak banyak orang tau dibalik senyum manisnya.
------------------0000000000------------------------
(Malam harinya)Bel rumah besar sudah berbunyi berkali-kali,namun tuan rumah tak kunjung membuka pintu untuk nya.
Juna bisa dibilang kerap diperlakukan tidak manusiawi oleh Ira, tapi hari ini tak bisa ia tunda lagi. Ia harus bergerak cepat,jika tidak mungkin kesempatan tak akan datang untuk kedua kalinya.Tentu saja ini membuatnya sedikit jengah. Suara pintu terbuka menghentikan aktivitas merenungnya, namun nihil bukan Ira yang membukanya melainkan Billi.
"Kok elu Bil?" Tanya Juna jengkel.
"Kalo bukan gue yang bukain, trus siapa? orang Zara juga gak bakalan mau buka. Muak kalii, hii" Cengirnya menutup pembicaraan dan menyuruh Juna masuk.
Dilihatnya orang yang ia timang-timang selama perjalanan , yang ia renungkan tiap malam sedang berkutat dengan telepon genggamnya.
"Apakah ada yang lebih menarik daripada tamu mu Nona?" Tanya Juna menggoda sembari menanti Ira beralih menatapnya.
Ira mendongakkan kepalanya melihat siapa dan apa yang terjadi dihadapannya.
"Seperti yang kau lihat, aku sedang sibuk.""Oh ya,jika aku mengatakan tujuanku malam ini mungkin sibukmu akan menjadi abu dihadapanku !"
"Tergantung"
"Kenapa kau masih serumah dengan laki-laki seperti Billy?"
"Kau tidak tau apa-apa Juna,dan kau tidak berhak melarangnya tinggal dirumahku."
"Apakah pembantumu belum cukup Ra?"
Tanyan Juna yang membuat Ira terperangah."Kau terlalu banyak membual dan jangan samakan Billy dengan pembantu!"
"Oh maafkan aku Nona jika aku salah bicara." Menunjukkan senyum yang akan membius siapapun kecuali Ira tentu saja.
"Ah sepertinya aku hanya akan mengganggu kalian, aku akan menunggumu diluar Kapten!" Sela Billy yang mulai muak akan sikap Juna.
"Kenapa kau baru sadar ?" Saut Juna
Tak menghiraukan cemooh dari mulut pedas Juna, Billy langsung melenggang pergi diikuti dengan Ira ."Ra,hargai aku sedikit! Kau mau kemana?"
"Tentu saja pergi bersama Billy,kupikir tak ada yang penting lagi." Jawabnya santai."Oke , duduklah dengan baik Ra. Aku tidak ingin bertengkar denganmu kali ini!" Sedikit membentak Ira, namun tetap dengan wajah datarnya menuruti perintah Juna.
Ira paham jika Juna sudah begini berarti ada hal penting yang akan ia sampaikan."Aku sudah mengenalmu sejak masuk dipendidikan Ra." Memulai pembicaraan dengan lebih lembut daripada sebelumnya "Juga mengerti sifat serta latar belakangmu,aku tak ingin menyatakan cinta padamu lagi Ra."
"Itu terdengar baik"
"Tapi aku ingin lebih dari cinta."
Ira hanya mengernyitkan dahinya menatap Juna tajam. Tentu itu bukan hal biasa untuknya,tetap saja ia meredam rasa penasarannya dengan wajah datarnya.
"Aku tidak ingin menyatakan cintaku lagi,karena aku ingin kau menikah denganku. Aku sudah muak dengan diammu,dan kau pasti tau bahwa aku tak menerima penolakan."
"Dan kau tau betul jika aku tidak tertarik dengan pernikahan."
*******************************************
Cerita ini masih panjang kok dan tentu saja masih banyak konflik dan rahasia dari seorang Nafeeza Izara. Nantikan tokoh baru dipart selanjutnya ! 😉
Vote seikhlasnya ya!Wassalamualaikum ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Yang Baru
SpiritualKetika hati lebih memilih untuk bertahan bersama rasa sakit, menjadikan rasa sakit terpatri dalam hatinya. Membawa luka yang tiap detik dapat menerkamnya. Hingga saat sebuah rasa yang sudah lama ia lupakan dan terkubur jauh dalam dasar hatinya mem...