(5 tahun lalu, 2 jam selepas kepergiannya)
Rambutnya panjang yang biasanya terurai rapi kini terlihat acak-acakan. Matanya memerah dan bulir-bulir air masih setia menghujani tiap inci wajah cantiknya. Meringkuk bersama ribuan rasa sakitnya. Diterjang badai lalu dihempas kembali.
"Lo gak harus kaya gini Ra! Lo gak bisa terus terpuruk! Semua menyangkut masa depan lo Ra!" Bujuknya sembari mengguncang pundak sahabat karibnya tersebut.
"Lo gak bisa liat? Masa depan gue bahkan udah hancur. Dia tega ninggalin gue!" Kukuhnya sambil terisak.
"Beliau gak ninggalin lo Ra! Semua udah ada yang ngatur. Mendingan sekarang lo cuci muka berangkat bareng gue sekarang!" Menginterupsi Zara untuk memenuhi perintahnya.
"Lo ga tau apa yang gue rasain Nab. Sakit banget. Gue sayang banget sama diaa.." Suaranya kini parau,separuh kekuatannya melebur menjadi kesedihan.
"Gue emang ga pernah tau apa yang lo rasain Ra,tapi dunia ga akan ngerubah takdir yang udah ditentuin sama Tuhan. Ujian mulai 20 menit lagi Ra,cuma ada 2 pilihan. Jadi orang yang menyedihkan kayak gini terus atau lo bangkit buat ngrubah hidup lo!"
Ia memutuskan untuk berbalik dari rengkuhan rasa sakit. Bangkit dan merangkul, berjalan beriringan dengan rasa sakit.
Nabila hanya mampu menatap nanar sahabatnya berjalan gontai sambil menghapus sisa tangisnya.(Pukul 21.30 di rumah Zara)
Tangan yang biasanya menggenggam keberanian kini terkulai lemah bermahkotakan selang cairan infus.
Wajahnya tampak pucat pasi,bibirnya pun kering seharian terbaring lunglai dikasur besarnya. Disaat seperti ini ia tampak begitu menyedihkan."Apakah ia tak ada keinginan untuk bangun? Hhh.." desah Billy pelan.
"Sabar dude,kupikir Zara kelelahan dan sedikit terkena dehidrasi ringan. Apakah ia baru bepergian?" Tanya Nabila yang sedari tadi setia duduk disamping sahabatnya yang terbaring lemah seharian tersebut.
"Ya,ia memutuskan mengemudikan Pesawat Cessna tiga hari yang lalu. Dan aku tidak tau setelahnya. Mungkin ia sempat menginap di restoran. " beber Billy menebak-nebak.
Nabila hanya mengganggukan paham.
"Sebentar, sepertinya ada tamu didepan. Aku akan kembali secepatnya. "
"Tentu."
***
Pintu besar itu perlahan dibuka oleh Billy. Ini memang tugas Bi Sari namun ia sengaja mengambil cuti seminggu untuk menengok cucunya yang baru lahir.
"Assalamualaikum, apakah benar ini rumah Zara?"
"Ah ya benar,dan kauuu siapa? Aku belum pernah melihatmu dan kau memanggilnya Zara? Kau dekat dengannya?"
"Aku hanya mendengar saat adikku memanggilnya dengan nama itu. 20 menit yang lalu adikku mengirim pesan untuk menjemputnya dialamat ini. Apakah benar? " sambil menyodorkan handphone miliknya, memberi bukti pesan alamat tersebut.
"Jadi kau kakak Nabila? " Tanyanya heran.
Sang empunya hanya mengangguk, Billy pun mempersilahkan Haidar masuk dan bergegas menuju kamar menemui Nabila.
***
Gadis yang Haidar lihat malam itu tampak berbeda untuk hari ini. Ia masih sempat mengingat senyumnya diakhir makan malam,sangat manis.
"Kak, aku akan meminjam mobilmu untuk pulang. Bolehkan?" Sergahnya langsung ketika Haidar tiba.
"Bukankah aku kemari untuk menjemputmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Yang Baru
SpiritualKetika hati lebih memilih untuk bertahan bersama rasa sakit, menjadikan rasa sakit terpatri dalam hatinya. Membawa luka yang tiap detik dapat menerkamnya. Hingga saat sebuah rasa yang sudah lama ia lupakan dan terkubur jauh dalam dasar hatinya mem...