Malam ini terasa panjang, pertunjukkan dari keluarga kecil Nabila tadi mampu meremas tiap sudut hati Zara.
Dikamar pribadi ini semburat luka itu ia tumpahkan,memeluk lututnya kuat. Matanya nampak hitam mencekam sedang bergulat dengan pekatnya rasa sakit.
"Huh.." Desahnya pelan mendengar telepon selulernya berdentang.
"Halo?" Sapanya pada orang diseberang sana.
"....."
"Hari ini aku akan bermalam direstoran,dirumah ada Bili dan Bi Sari."
"....."
"Ah baiklah , besok pagi aku akan ambil cuti." Tutup Zara , seseorang diseberang sedang merindukannya mungkin.
Begitu panjang dan melelahkan,malam ini Juna mungkin akan menyusun rencana baru untuknya. Namun Zara tidak akan mengubah prinsip yang terpatri dalam sanubari kecilnya.
***
Makan malam hari ini sudah gagal , lelaki itu hanya mampu menghabiskan malamnya dengan menunggu jawaban dari Amira .
Sungguh aneh , tidak ada penolakan saat Haidar mengajak Amira untuk melangkah pada hubungan yang lebih serius namun malam ini cukup menjadi bukti bahwa Amira menganggapnya tak begitu penting.Malam ini juga, Haidar bertemu dengan sosok baru. Perempuan mengenakan baju militer. Terlihat kuat namun raut wajahnya sungguh berbeda, ada pancaran rasa yang tak mampu digambarkan.
Nabila, adiknya mungkin seorang yang konyol. Tapi bisa jadi Nabila seorang yang mampu membuat seutas senyum di wajah wanita itu .
Wanita yang terlihat kuat, senyumnya begitu indah. Terlihat santun dan berwibawa."Ah,tidak berjilbab!" Sesal Haidar "Kenapa jadi kepikiran dia?" Sembari membereskan meja kerjanya dan bergegas tidur.
***
Rumah bernuansa putih itu masih berdiri kokoh, sepintas memang tak ada yang berubah. Namun saat mata Zara mencoba menjelajahi bagian lain,matanya terpaku pada taman hijau.
Memang masih terlihat sejuk dipandang namun terlihat berbeda pada detik terakhir ia melabuhkan matanya disana,sebelum Zara menempuh pendidikan Militer tentu saja.(Flashback)
Gadis cilik berpipi gembul itu tampak sumringah sedang bermain bola dengan Ayahnya,
"Tangkap ini sayang!" Pekik seseorang diseberang sana
"Aaa.. ah Ayah bolanya lari ke taman tuh. Rara ambil dulu yaa.."
"Oke deh,Ayah tunggu . Tapi jangan lama-lama ya entar Ayah tinggal sembunyi lho!" Godanya pada putri manisnya tersebut.
"Sip Ayah.." sambil mengacungkan jempolnya di udara .
Gadis kecil itu menelusuri taman kecil itu. Namun nihil, ia tak mendapati bolanya . Wajahnya menjadi muram dan mulutnya bersungut-sungut kesal.
"Putri Ibu yang manis cari apaan sih?" Tiba-tiba datang perempuan berjilbab merah maroon berparas ayu menghampiri putri kecilnya.
"Ibu.. Bola Rara ilang,hiks.." rengeknya disertai mata yang berkaca-kaca.
"Bola yang mana sayang?" Tanya wanita itu dengan penasaran, "Bola ini maksudnya?"
Wajah gadis kecil itu gelagapan dan berusaha meraih bola yang ia cari sejak tadi.
"Eits,Rara mau bolanya?"Ia hanya menjawab dengan anggukan antusiasme.
"Ada syaratnya dong!" Serunya yang membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya. "Rara bantu Ibu buat beresin bunga tuhh.." sambil menunjuk arah yang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Yang Baru
SpiritualKetika hati lebih memilih untuk bertahan bersama rasa sakit, menjadikan rasa sakit terpatri dalam hatinya. Membawa luka yang tiap detik dapat menerkamnya. Hingga saat sebuah rasa yang sudah lama ia lupakan dan terkubur jauh dalam dasar hatinya mem...