Part 2 - Bukan Jawaban

226 13 0
                                    

(Pagi hari)

Pria tegap tinggi menuruni tangga rumah besar bernuansa putih abu-abu. Tetap dengan senyum mengembang dibibirnya,rambut tertata rapi dan tangan kirinya sedang asyik memasang jam tangan coklat senada dengan bajunya namun kontras dengan warna kulit putih bersihnya dengan mata hitam kecoklatan.

"Selamat pagi semua." Sapanya saat tiba diruang makan

"Pagi Haidar, ada apa nih pagi-pagi udah senyum aja?" Balas Abinya penasaran.

"Otaknya miring kali bi!" Celutuk Bila dari seberang Haidar, tak pelak yang dicemooh melotot tajam merasa terhina dengan ucapannya.

"Sembarangan aja dek, ngomong kakak otaknya miring. Udah cakep gini masa miring sih dek!"

"Udah-udah kalau tiap mau makan berantem gimana mau gak kesiangan lagi. Maafan gih, Nabila Haidar!" Seru mama menenangkan perdebatan keduanya.

Sebenarnya ini selalu terjadi tiap pagi. Meskipun umur sudah tak pantas disebut 'anak kecil' namun jika sudah berdebat pasti seperti dua kucing yang berebut ikan.

"Kan Bila duluan Mi yang ngejekin Haidar,masa Haidar minta maaf duluan sih?"

"Salah sendiri pagi udah senyum-senyum sendiri! Minta diajakin kontrol ke RSJ mungkin Mi!" Sahut Bila tak kalah semangat.

"Mau makan atau berdebat sampai siang?" Celetuk Abi yang bungkam sedari tadi melihat keduanya.

Dengan wajah bersungut-sungut keduanya memulai makan dengan berdoa, tentu saja itu sudah hal yang wajib dilakukan sebelum makan.

Selesai menghabiskan makanannya Haidar segera menggunakan jas kebesarannya,beranjak dari tempat duduknya.

"Umi hari ini Haidar sama Amira mau makan malam, Umi ikut ya sama Abi juga. Haidar pengen serius sama Amira Mi."

"InsyaAllah Haidar Umi dan Abi akan mengusahakan datang. Hati-hati dijalan Nak."

"Alhamdulilah, terima kasih Umi Abi. Haidar pamit dulu, assalamualaikum." Tangan besarnya mengalun menyalami Umi dan Abinya.

Bergegas menuju kantor dengan mobil putih kesayangannya .

----------------000000-------------------
(Di Bandar Udara Internasional Malikus Saleh, Lhokseumawe)

"Terima kasih Kapten,atas kunjungan dan bantuanmu kali ini. Salam untuk Billy. " Ucap seseorang tentara berdiri jauh dari pesawat yang dikemudikannya.

"Tentu saja Jack,kau baik-baiklah disini. Kapanpun kau butuh bantuan segeralah menelpon Markas pusat."

"Baiklah Kapten,ini sudah waktunya!"

"Siap, sampai jumpa lagi Jack" Ucap Ira terakhir kalinya sambil mengacungkan jempolnya.
Jack memandang Pesawat  Cessna telah lepas landas dengan senyum takzim nya.

Dulu ia adalah sahabat Billy di markas pusat namun ia dipindah tugaskan,tak jelas penyebabnya apa. Tapi apa yang lebih berharga daripada menjadi seorang abdi negara yang taat akan perintah .

"Terlalu naif kau Ra." Celetuk Juna sembari melirik Ira dari ekor matanya.

"Terserahmu!" Jawabnya tak acuh.

Disinilah mereka, duduk bersebelahan mengemudikan pesawat Cessna untuk mengirim beberapa paket ke daerah Lhokseumawe.

Kejadian kemarin malam tak bisa membuat Zara terguncang sedikitpun,ia benar-benar menganggap lamaran Juna adalah main-main.

(Flasback)

"Aku tidak ingin menyatakan cintaku lagi,karena aku ingin kau menikah denganku. Aku sudah muak dengan diammu,dan kau pasti tau bahwa aku tak menerima penolakan."

"Dan kau tau betul jika aku tidak tertarik dengan pernikahan."

"Tatap mataku Ra,apakah kau menemukan kemunafikan didalam mataku? Hah!" Bentak Juna sarkastik

"Cih,apa kau mabuk?" Ira memalingkan wajahnya dari Juna.

"Aku dalam keadaan sadar sesadar-sadarnya Ra! Kau mengelak bagaimanpun,kau hanyalah milikku tidak akan ada lelaki lain yang bisa memilikimu!"

"Hentikan obsesimu Juna,aku tidak memiliki perasaan apapun dan tidak ada keinginan sedikitpun untuk berkeluarga."

"Baiklah,aku akan bersabar kali ini. Aku yakin suatu saat kau akan berubah pikiran dan berlari dalam pelukanku."

"Aku setuju dengan penawaran mengemudikan Cessna, kuharap kau tepat waktu." Jawab Ira mengalihkan perhatian.

"Kau memang pintar dalam hal mengalihkan perhatian,yang membuatku makin hari tertarik padamu Ra."

Ira bungkam ia tidak berniat menjawab kata-kata Juna.
Juna pun bergegas pergi berharap suhu panas ditubuhnya segera dingin secepatnya.

Billi mampu membaca raut wajah Juna,matanya merah,rambut berantakan akibat api yang masih setengah berkobar diatasnya.
Ia memberanikan diri masuk kerumah untuk menemui Ira

"Kerjaan lo pasti, si Juna bisa beringas gitu. Hii seremm" Ucap Billi yang hapal dengan kelakuan sahabatnya tersebut.

"Ada yang penting Bil? Kau menggangguku saat ini asal kau tau."

"Ah,sorry. Cerita dong Ra!" Kebiasaan Billi tetap, ia memiliki rasa ingin tau yang besar.

"Aku besok akan terbang ke Lhokseumawe, jaga rumahku dengan baik!"

"Ee buset Ra,kaku bener. Iya Kapten siap laksanakan!" Memberi hormat dan melenggang masuk kekamarnya.

Ia paham jika sudah begini, ialah yang harus mengalah. Apapun keadaan Ira,meskipun ia lebih sering menampakkan sisi tak acuh nya,Billi yakin bahwa sebenarnya Ira adalah sosok yang baik.
Meski tak pernah tau apa yang Ira sembunyikan dibalik kokohnya dinding pertahanannya , Billy yakin suatu saat ia akan bercerita pada sosok yang ia percaya meskipun itu bukan dirinya.

---------------000000--------------

Vote seikhlasnya saja.

Wassalamu'alaikum! 😉

Sepotong Hati Yang BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang