Part 3 - Bertemu

195 16 0
                                    

Ira menyusuri lapangan terbang luas bagian belakang markas TNI AU, wajahnya tampak kusut bukan karena mengemudi Cessna.
Jika untuk penerbangan Cessna kali ini bisa dikatakan menyenangkan sembari melihat keadaan Jack di Lhokseumawe,namun mengemudikan Cessna bersama Juna adalah hal yang benar-benar membuat Ira pusing dan muak.
Bahkan hingga lepas landas dan turun dari pesawat Juna tetap mengekor dibelakangnya.

Terbesit niat Juna untuk menggoda wanita didepannya seolah tidak sadar akan kehadirannya,sungguh menyebalkan. Belum ia melancarkan niatnya,tiba-tiba Ira secepat kilat berbalik dan menghentakkan kakinya membuat Juna detik itu juga terperanjat hampir bersinggungan dengan hidung manis Ira.

"Ahhh.. hampir saja!"

"Berhenti mengikutiku Juna! Aku lelah denganmu,mengertilah !" Bentaknya, melarang Juna terus mengekor.

"Biar kupertimbangkan , pasalnya kau belum menjawab lamaranku Ra.."

"Bodoh!" Lirihnya

"Aku bisa mendengarnya!" Tiba-tiba emosinya memuncak dan tangannya dengan cepat meraih dagu Ira bahkan ujung hidung mereka hampir bersinggungan,hendak melanjutkan aksinya tak disangka dengan sekali hentakan Ira dapat melepas tangan kasar yang memaksanya melakukan hal diluar kehendak hatinya.

"Jaga sikapmu! Jangan dekati aku! Aku jijik dengamu!" Ira melangkahkan kaki jenjangnya menjauh dari Juna, tak ingin berlama-lama dengan Juna. Samar terdengar suara Juna berteriak jahanam .

"Tunggu balasan atas rasa sakit yang kau buat Ra! Aku bersumpah!" Juna mengucapkan sumpah serapahnya di lorong markas yang kebetulan sedang lenggang dari lalu-lalang tentara lain.

*** *** *** *** *** *** *** *** ***
Dunia mulai gelap meninggalkan semburat merah dilangit, matahari kembali dalam rengkuhan bumi. Menghilang dalam hitungan detik.

Paras ayunya,kini berselimut kegundahan. Menyisakan bayang semu yang kian rancu,oleh rasa sakit.

Rasa itu datang lagi. .

Segera ia berdiri, menahan tiap luka yang tiap detik ia tikam dalam diam. Rindu itu,bukan rindu namun bongkahan rasa sakit. Rindu datang menghunus tiap inci hatinya,menyisakan titik tergelap dalam intinya.

Zara memutuskan untuk tidak pulang kerumah,ia percaya Billi selalu menjalankan amanahnya dengan baik.

Ia melajukan mobilnya di tengah hingar-bingar kota.
Kerlap-kerlip lampu gedung pencakar langit menyambutnya hangat. Hangatnya tetap tak mampu mencairkan kokohnya bongkahan es dalam relung hati Zara. 

Harrier hitamnya berbelok memasuki area deretan restoran dan cafe.
Mata indahnya berlabuh pada restoran yang tampak ramai oleh pengunjung 
"Fathima Restaurant & Cafe" bangunan bergaya country tersebut memang tak seluas cafe seperti disamping kanan dan kirinya, yang membuatnya berbeda adalah pelayan hingga juru masak berasal dari Ibukota.
Bukan orang yang memiliki nilai diatas kertas,namun mereka yang memiliki latar belakang jauh dari kasih sayang .
Banyak yang berasal dari bawah kolong jembatan, panti asuhan sampai pecandu narkoba sekalipun.
Mereka yang ditertawakan oleh takdir,orang lain hanya acuh dan mencibir. Namun tidak untuk seorang yang telah membuat mereka menjadi seseorang yang berguna 'Nafeeza Izara' .

Diumur Zara yang masih muda, ia melebarkan sayap memberanikan diri membuka warung bersama Billi disela-sela aktivitas militer.
Berawal dari warung kecil yang makin hari  kian sesak oleh pengunjung yang  menjadikannya jujukan utama saat jam makan siang menjelang.
Oleh karena itu saat tabungan Zara mencukupi,ia memutuskan untuk membeli bangunan ditengah kota yang tidak terlalu luas dan strategis.

****

Bak putri, ia berjalan anggun khas para militan lainnya. Jikalau tidak mengenakan baju militer orang akan mengira jika Zara adalah peragawati yang sedang mampir makan di restoran.

Sepotong Hati Yang BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang