Gadis manis itu mematut tampilan didepan cermin. Sesekali senyum manis nya mengembang mengingat ia akan mengganti nama akhir nya beberapa jam lagi. Kegiatan itu berlangsung sampai ketukan pintu menyadarkan gadis manis tersebut.
"Sudah selesai princess?" Gadis itu menoleh dan tersenyum manis sambil mengangguk. "Kau putri kecilku yang sangat manis." Wanita paruh baya itu mendekat, lalu menarik kursi roda yang digunakan gadis manis itu untuk menjuhi cermin besar dimana gadis itu berada.
Benar. Gadis manis dengan balutan dress simple namun mewah itu sudah berada dikursi roda tersebut sekitar 10 tahun. Gadis yang sekarang sudah genap berumur 20 tahun ini akan melaksanakan kegiatan sakral untuk kehidupan selanjutnya. Ia akan menikah dengan pria yang sudah ia cintai hampir 10 tahun dan itu sangat-sangat membuatnya bahagia. Senyuman itu kembali tercetak mengingat bagaimana ini akan berlangsung sebentar lagi.
"Terima kasih, bunda." Wanita paruh baya itu tersenyum lalu mengusap pipi sang putri lembut.
"Kau tau aku sangat mencintaimu? Aku akan lakukan apapun untukmu, agar kau bahagia selena. Dan itu janjiku pada ayahmu." Selena Dyana Raymond mengangguk mantap. "Dan aku akan melepaskanmu demi kebahagiaanmu, sayang. Aku mohon berbahagialah dan jangan pernah hilangkan senyuman manismu itu sayang." Selena kembali mengangguk mantap, tersenyum hangat.
"Aku mencintaimu, bunda." Hanya itu yang mampu diutarakan gadis manis itu untuk saat ini, ia tak mau berlama-lama dan membuat make-up yang sudah hampir 3 jam ia kerjakan luntur tanpa bekas, karena ini adalah hari terpenting dalam hidupnya.
"Pamanmu sudah menunggu diluar. Ayo." Anggukan dari selena akan mengantarnya pada calon suami yang sudah ia idam-idamkan selama ini. Calon suami yang sudah ia tunggu-tunggu mulai dihari pertemuan pertama mereka yang tanpa diduga dan berkesan.
----
Pria itu sesekali menghembuskan nafas kasar dan menatap ayah serta ibunya penuh dengan guratan kekesalan. Seharusnya hari ini ia sedang berada di apartmen mewahnya dengan beberapa minuman keras serta seorang wanita sexy diatas tubuhnya. Namun sekarang apa? Ia malah berdiri didepan altar dengan baju putih bersih yang memuakkan. Pria tampan itu kembali menatap kedua orang tuanya yang berada disisi kiri, mereka menatap penuh bangga dan sesekali tersenyum sambil mengucapkan kata "I LOVE YOU". Heh? I LOVE YOU? Seriously? Ini bukan mencintai, namun menyiksa putra sendiri, pikir laki-laki tampan itu.
Bunyi pintu yang terbuka berhasil menarik perhatian seluruh tamu. Pintu terbuka dengan dua orang beda generasi, membuat pria tampan diatas altar tersebut kembali menghembuskan nafas kasar.
Menikah dengan gadis cacat ini? Yang benar saja. Batinnya berbisik.
"Aku serahkan keponakanku untuk kau jaga, Justin Darex Franco." Pria yang merasa terpanggil itu hanya menoleh sebentar lalu tersenyum tipis sambil mendorong kursi roda tersebut. Gadis itu tersenyum setelah pendeta membacakan sesuatu sebelum acara ini berlangsung.
"Terima kasih, Justin." Pria itu memutar bola matanya malas lalu kembali fokus dengan pendeta dihadapannya.
Justin Franco.
Aku menghempaskan tubuhku diatas kasur super besar setelah acara resepsi penuh tekanan batin serta menguras tenaga ini. Bayangkan, aku harus menggiring gadis cacat ini kemana-mana untuk mengenalkannya dengan kolega serta keluarga besarku. Dan kau fikir itu mudah mengingat undanganku yang mencapai hampir 5000 undangan? KAU GILA.
"Apa kau ingin berganti pakaian, Justin?" Suara lembut namun penuh kemunafikan itu mengusik pendengaranku. Apakah aku bisa melemparnya dari rooftop hotel ini? Katakan bisa!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FEELING
Romance[27 Februari 2017, #15 in Romance] Saat dimana seorang wanita 'istimewa' menikah dengan pria sempurna.