Chapter 16

5.4K 266 34
                                    

Amalia masih berdiri di depan pintu yang masih sengaja ia buka sedikit. Wanita paruh baya itu merenungi percakapan panjang yang ia dengar dengan seksama. Tangisan pilu sang buah hati seperti menyayat bathinnya. Seumur hidup yang wanita itu inginkan hanya kebahagiaan untuk putrinya, setelah kejadian menyakitkan itu. Kejadian yang diakibatkan oleh keluarga besannya sendiri.

Awalnya Amalia menyukai bahkan memuja-muja suami dari anaknya itu. Bagaimana setiap saat putrinya akan selalu bercerita panjang lebar dengan wajah berseri-seri tentang anak laki-laki dari sahabat suaminya sendiri. Tapi, setelah percakapan pahit yang ia dengar, wanita itu tidak terima dengan semua pelakuan Justin kepada putrinya. Wanita itu juga tidak habis pikir, bagaimana Selena tega menyembunyikan rahasia pahit ini dari Ibu kandungnya sendiri. Putrinya itu bahkan rela membela suaminya yang kejam, agar bisa hidup bersama selamanya.

Tidak perlu menunggu lagi, Amalia membuka pintu lebar-lebar, membuat pasangan suami-istri itu berbalik dengan tatapan terkejut. Ekspresi yang di tunjukkan Ibu Selena juga tidak dapat dikatakan baik-baik saja. Amalia bahkan menatap nyalang ke arah menantunya dengan jari telunjuk yang mengacung tepat diwajah pria tampan itu.

"Seumur hidupku, aku bersusah payah untuk membuat putri semata wayangku selalu tersenyum. Tapi, kau! Tidak ada 1 tahun bersama dengan putriku, kau sudah menorehkan belati di jantung anakku!" Amalia berkata pelan. Berdesis menatap Justin dengan tatapan membunuh.

Selena tertegun. Mencoba meraih sebelah tangan Ibunya, agar berhenti melakukan itu terhadap suaminya. "Bunda, ada apa denganmu?" Selena bertanya pelan.

Amalia menoleh. Tersenyum lembut kearah sang putri. "Jangan sembunyikan lagi kesakitan itu dariku. Aku paham sekarang, Selena."

Selena menggeleng. Menggigit bibir bawahnya menahan tangis, bahkan wanita itu langsung menarik lengan Justin untuk ia peluk.

"Bunda.." Justin mencoba berujar pelan. Tangan pria itu juga menarik tangan Selena untuk ia genggam. "Saya memang bersalah."

Amalia mengangguk. Menyaksikan dengan mata terbuka, melihat wajah menantunya yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah

"Kau tidak pernah merasa bersalah!"

"Bunda, ini urusanku dengan Justin." Selena membela. Menarik tangan Justin untuk mundur ke belakang, saat ibunya kembali berjalan mendekat.

"Kau tidak perlu lagi membela pembunuh ini!"

"Bunda, apa yang kau-"

"Tolong bunda, aku bisa jelaskan semuanya." Justin berjalan maju, menarik tangan Amalia untuk berhenti berbicara, namun ditepis kasar oleh wanita itu.

Merasa tidak terima dengan semua ini, Selena kembali menjerit kesal. Bertanya kepada sang Ibu dengan tatapan menuntut. "Apa maksud semua ini bunda?!"

Amalia mendesis. "Khloe dan Justin adalah penyebab Ayah dan Saudaramu meninggal. Keluarga mereka yang sudah membuatmu cacat seumur hidup!"

"Bunda..." Justin menggeleng. Menoleh kearah sang istri yang menatap kosong ke arah dirinya. "Selena, please. Listen to me."

Justin mendekat, menarik tangan Selena untuk ia genggam.

"Maafkan bunda sayang. Aku melakukan ini untukmu. Aku mencoba untuk menutupi ini semua demi dirimu. Demi dirimu yang mencintai pria ini. Tapi, jika aku tau kenyataannya selama ini kau menderita, demi tuhan aku akan memilih mencebloskan mereka ke penjara."

THE FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang