Selena menggenggam kalung berlian pemberian keluarga justin saat lamaran dengan erat lalu memasukkan benda itu ke dalam tas jinjingnya. Entah kenapa, ia sangat ingin melepaskan kalung itu sementara dari tubuhnya.
Pandangan wanita itu kini beralih melihat satu tas besar yang ada disamping lemari pakaian.
Ia sudah mengepak pakaiannya untuk beberapa hari menginap dirumah ibunya. Selena juga sudah menyiapkan jawaban-jawaban yang mungkin akan ditanyakan ibunya nanti ketika melihatnya datang tanpa suami yang hampir ia nikahi hampir 1 tahun ini.
Selena mendesah berat, ia harus mengambil jalan tengah dengan meninggalkan justin untuk sementara walaupun ia tak ingin. Wanita itu lagi-lagi mendesah, bayangan justin yang tengah duduk berdua di salah satu ruang tunggu lobby rumah sakit saat ia ingin pulang waktu itu kembali berkelebat dalam bayangannya.
Saat itu ia memang sudah diizinkan pulang dan menunggu justin melunasi biaya administrasi dahulu. Namun, sudah lebih dari 1 jam lamanya, pria itu tak kunjung kembali kedalam kamar. Jadi, selena memutuskan untuk menyusul justin ke luar, dengan bantuan Jhon yang mendorong kursi rodanya.
Ia sedikit menyesal karena memilih untuk menyusul daripada menunggu. Karena saat itu yang selena lihat ada sesosok orang yang ia kenal tengah berbincang dengan seorang wanita yang membelakanginya. Nampak dipenglihatan selena, bahwa wanita itu tengah mengusap tangan suaminya, yang membuat laki-laki itu membalas dengan senyuman. Karena tidak ingin ambil pusing dan mengakibatkan sesuatu terjadi pada keadaan bayi-bayinya lagi, selena lebih memilih pergi dan bungkam seperti tidak tau apa-apa.
Tapi beda halnya sekarang, wanita itu tidak bisa menahan lagi ketika melihat nama yang tertera diponsel justin yang membuat pertengkaran ini terjadi. Kejadian hari ini dengan kejadian beberapa bulan yang lalu berhasil menguasai sifat ingin memilikinya. Tidak masuk akal kalau seorang justin membuat nama aneh-aneh seperti itu diponselnya.
Bugh...
Bunyi dentuman keras dari dalam kamar utama milik majikannya berhasil menyentak Marve yang tengah membersihkan rumah. Marve mengedik, langsung berjalan menuju kamar utama dan mengetuk pintu coklat itu secara berulang.
"Nyonya." Tidak ada sahutan. Wanita paruh baya itu langsung saja mencoba mendorong pintu itu, namun sia-sia karena sudah terkunci dari dalam. Jantung Marve semakin meronta tak karuan ketika rintihan itu singgah di pendengarannya.
"Mar...ve. Tol.." Yang wanita itu lakukan setelahnya adalah berlari keluar rumah menuju tempat anaknya berjaga dan menyuruh laki-laki tegap itu untuk mendobrak pintu kamar utama.
"Kenapa ibu?"
"Aku tidak tau. Kau buka saja! Cepat!" Marve bersorak. Memukul-mukul lengan sang anak. Karena tidak ingin melakukan kecerobohan. Jhon berusaha mengobrak-abrik lemari tempat pengumpulan kunci ganda namun ditahan sang ibu.
"Cepat jhon. Ibu khawatir!"
Tanpa berpikir lagi pria itu mengangguk mengerti lalu mendobrak pintu itu dalam 2 kali sentakan saja. Yang pertama dilihat Jhon dan Marve saat itu adalah selena yang tersungkur menghadap lantai depan pintu kamar mandi. Dengan darah segar yang mengalir disekitar dress serta lantai berwarna putih.
Satu-satunya orang yang paling dilanda emosi luar biasa saat itu adalah Jhon. Pria itu mengepalkan tangan dan meninju dinding disampingnya dengan keras hingga menyentak lamunan sang ibu.
"Nyonya. Yatuhan." Marve berjalan mendekat dengan tangan bergetar. Selena diam tidak berkutik, seakan tidak mendengar apa-apa.
"Ya tuhan, jhon. Nyonya pingsan." Setelah dekat, Marve langsung membalik tubuh selena yang sudah bersimbah darah. Wanita itu menutup matanya dengan air mata yang sudah mengalir deras. Ia melihat handuk putih yang sudah setengah terkena darah. Marve mengerti dengan keadaan seperti ini, karena kursi roda wanita itu sudah berada jauh dibelakangnya tepat didepan ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FEELING
Romance[27 Februari 2017, #15 in Romance] Saat dimana seorang wanita 'istimewa' menikah dengan pria sempurna.