Daniel Franco.
Aku terdiam memperhatikan justin yang menatapku tajam. Sialan! Pernyataan gila macam apa itu. Bagaimana bisa mulut sialan ini menyatakan perasaanku dengan segamblang tadi? Jelas-jelas wanita yang aku sukai itu adalah istri dari sepupuku sendiri. Kau benar-benar gila, Dan. Kau butuh seorang psikiater cantik sekarang!
"Hey man! Jangan pasang wajah seperti itu." Aku sedikit terkekeh lalu menggosok bahunya pelan. Keadaan canggung seperti ini mengharuskan aku untuk memutar otak. "Aku tidak akan merebut istrimu. Aku hanya bergurau. Ternyata kau benar-benar sepupuku. Justin yang posesif. Always." Ia menatapku lama lalu menjauhkan tanganku yang berada dibahunya.
"Ada perlu apa kau kerumahku selain hampir mencelakakan istriku, hah?" Aku meringis. Keteledoranku hampir membuat wanita manis itu celaka atau sudah celaka. Untung saja wanita manis itu pemaaf dan pemurah atau mungkin itu salah satu cara ia membuatku terposona? Ups. Lupakan.
"Hm, kau terlalu serius, man. Aku juga sudah meminta maaf kepada istrimu yang man- hm.. maksudku, kepada istrimu yang baik hati. Dan ia juga sudah memaafkan ku dengan senyumannya yang mempesona." Aku terdiam. Sialan. Mulut sialan. Aku melirik justin kembali lalu terkekeh. "Santai man! Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk datang ke kantor tepat waktu karena kita akan meeting dengan perusahaan dari Mexico nanti." Aku memperhatikan justin yang menatapku lalu ia mengangguk pelan.
"Tunggu aku 30 menit lagi." Ia berjalan meninggalkanku menuju pintu yang beberapa menit lalu dimasuki oleh wanita pujaanku.
Selena benar-benar membuatku hampir gila..
Justin Franco.
Aku membuka pintu kamar utama lalu melihat wanita -yang dibahas oleh sepupuku beberapa waktu yang lalu- sedang bersandar pada kepala ranjang dengan sebuah novel ditangannya membuat ubun-ubunku terasa semakin terbakar. Bagaimana bisa daniel seorang playboy kelas kakap mengagumi wanita cacat seperti dirinya? Apa yang dia lihat dari wanita cacat ini? Aku menatapnya lama sampai aku merasakan ia melihatku lalu tersenyum.
"Kau ingin berangkat kerja?" Aku masih terdiam ketika ia bersiap-siap ingin pindah kekursi roda dan setelah itu ia mendorong kursi rodanya hingga berdiri dihadapanku. "Mau aku bantu pasangkan dasi?" Ia tersenyum sambil berusaha menarik tanganku supaya aku bisa menunduk dan sejajar dengannya. Aku memperhatikannya lalu bersaha berjongkok dibawahnya. Ia tersenyum lalu menyimpulkan dasiku dengan telaten. Sebentar. Kenapa aku menurutinya dan memperbolehkan ia memasangkan dasiku? Aku tersentak ketika sentuhan lembut mengenai dahiku lalu dilanjutkan dengan elusan ringan pada pipiku. Aku melihat tepat kepada mata bulat miliknya. Ia tersenyum sambil terus mengelus pipi dan rambutku secara bergantian.
"Rambutmu kepanjangan. Bagaimana sepulang kerja nanti kau merapikan rambutmu?" Ia mengusap kembali bagian daguku. "Jenggot mu juga sudah sedikit panjang. Menurutku kau lebih tampan tanpa jenggot." Ia tergelak lalu menatapku dalam. Aku tersentak lalu berdiri tegak dan meninggalkannya. Sialan. Kenapa kau seperti kucing manja seperti itu?
"Hati-hati dijalan justin. Kalau bisa kita makan malam bersama ya?" Aku mendengarnya berbicara ketika sudah berada didepan pintu. Aku menoleh sebentar lalu menatapnya tajam.
"Aku sibuk. Dan kau tidak usah sok-sok mengurusiku seperti tadi. Aku tidak suka!!"
BLAM...
Selena Franco.
Aku menatap pintu kamar utama dengan perasaan bahagia sekaligus iba. Beberapa menit yang lalu ia memperhatikanku dengan pandangan lembut yang ia pancarkan dari mata hazelnya itu, namun sedetik kemudian ia kembali menatapku dengan pandangan tajam seperti ingin membunuhku. Setetes air mata mengalir kembali. Ya tuhan, sungguh aku sudah bersumpah untuk menahan rasa sakit ini sampai ia bisa mencintaiku. Itu bukan suatu hal yang sulit untuk aku lakukan. Itu pada awalnya. Namun sepertinya rasa sakit itu sangat menggerogoti hatiku ini mengingat bagaimana cara ia memperlakukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FEELING
Romance[27 Februari 2017, #15 in Romance] Saat dimana seorang wanita 'istimewa' menikah dengan pria sempurna.