Selena duduk di tepi ranjang Rumah Sakit. Kakinya menggantung, menunggu kursi roda yang diantarkan oleh perawat.
Setelah hari itu, lebih tepatnya 3 hari yang lalu. Ia sama sekali belum pernah melihat suaminya hingga hari ini. Wanita itu memang memberikan space dengan suaminya itu untuk beberapa saat. Begitu pula dengan semua anggota keluarganya yang lain, Ibu kandungnya dan juga kedua mertuanya.
Selena merasa tersakiti dengan kebohongan selama ini. Jadi, pernikahan ini ada karena hanya rasa balas budi keluarga Justin kepada keluarganya.
Wanita itu baru sadar ketika semuanya berjalan dengan lancar. Saat ia mengatakan menaruh hati pada Justin, semuanya terjadi begitu saja. Keluarga Justin yang datang kerumahnya dan terjadilah pertunangan hingga pernikahan.
Tidak pernah terbayangkan di dalam benak Selena kalau semua ini sudah di buat sedemikian rupa oleh Ibunya demi kebahagiaannya. Ia hancur, wanita itu bahkan tak banyak bicara pada Ibunya. Dan Ibunya mengerti akan hal itu, ia tidak akan memaksa putrinya untuk bicara saat ini. Karena ia tau, ini begitu berat untuk putrinya.
"Hai." Selena mendongak. Laki-laki dengan kemeja putih itu berdiri di pintu masuk dengan senyuman lebar. "Bersiap untuk pulang nona?"
Selena tergelak namun mengangguk kan kepala. "Kau datang tepat waktu, Dan."
Daniel hanya terkekeh pelan, mendorong kursi roda Selena hingga berada dihadapan wanita itu. Menggendong wanita itu dengan hati-hati hingga merasa nyaman di kursi rodanya.
"Bundamu dimana?" Selena diam, tidak menjawab. "Kau ada masalah?"
"Bisa kau bawakan tas ku? Aku mau cepat sampai dirumah." Daniel tidak banyak bertanya lagi lalu mengangguk.
Selama diperjalanan, hanya ada keheningan yang menyergapi mereka. Berkali-kali Daniel memancing Selena untuk berbicara, namun dibalas seadanya saja oleh wanita itu. Daniel tidak tau letak masalahnya dimana, tapi yang ia tau saat ini Selena butuh waktu sendiri dan Daniel dengan senang hati menerima itu semua.
"Sudah sampai, nona." Selena tersentak lalu menoleh kerah Daniel. Laki-laki itu tengah tersenyum dengan sebelah tangan yang membelai lembut rambut wanita itu.
Selena menunduk. Tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya. "Aku tidak mengerti Daniel."
Daniel diam. Mencoba menjadi pendengar yang baik karena sepertinya Selena memang ingin melanjutkan atau lebih tepatnya mencurahkan isi hati wanita itu.
"Semuanya terjadi begitu saja. Saat aku memberitahu Ibuku bahwa aku tertarik dengan Justin, semuanya berjalan sesuai dengan semestinya. Aku tidak tau ini semua skenario yang telah diatur oleh Bunda dan kedua orang tua Justin. Aku tau ini hanya perjodohan, tapi aku tidak tau kalau semua ini dipermudah karena rasa balas budi. Mana mau orang terpandang seperti keluarga Justin menerima menantu cacat seperti itu. Tidak masuk akal bukan." Kekehan kecil membuat Daniel menggertakkan gigi kesal. Air mata wanita itu sudah menuruni pipi mulusnya satu persatu. Cerita itu berlanjut terus hingga Daniel mengerti kemana arah pembicaraan wanita pujaannya ini sekarang.
Daniel menggenggam tangan Selena erat. "Kau wanita baik, semua orang akan menyukaimu."
Selena menggeleng. "Justin membenciku."
"Ya, karena dia bajingan." Balas Daniel cepat membuat kekehan kecil keluar dari mulut wanita itu. Daniel tersenyum.
"Aku selalu suka membuatmu tersenyum." Selena mendongak. Mengusap tangan Daniel yang berada dipipinya.
"Kau baik padaku. Aku hargai itu. Tapi, aku istri sepupumu. Dan kau tau aku mencintai sepupumu itu. Jangan menaruh harapan lebih padaku Daniel." Daniel terdiam. Tidak menyangka bahwa Selena akan membahas ini sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FEELING
Romance[27 Februari 2017, #15 in Romance] Saat dimana seorang wanita 'istimewa' menikah dengan pria sempurna.