Suara bising dan suasana yang pengap membuatku tersadar dari mimpi burukku. Aku membuka mataku perlahan dan melihat sekerumunan orang yang sedang berdiri di hadapanku. Mereka semua terlihat khawatir.
Aku mengubah posisi dudukku agar mendapat posisi pewe, kemudian aku menoleh ke kanan dan mendapati seorang cowok dengan kemeja putih yang kotor dan jas hitam yang diselampirkan dipunggung. Ia menatapku dengan tatapan aneh. Aku merasa jantungku berdegup lebih kencang, mimpi ini terasa nyata. Cowok itu memperhatikanku dengan lekat, ia memasang ekspresi yang tak bisa aku jabarkan dengan kata-kata.
Cowok itu mengibaskan telapak tangannya ke depan wajahku, aku segera tersadar bahwa ini bukan lagi mimpi. Aku memperhatikan gaun putihku yang sudah tak karuan dan kotor karena cairan berwarna merah pekat seperti syrup.
Aku memperhatikan sekelilingku dan menemukan mama disamping kiriku.
"Kamu hati-hati dong, ayo berdiri" mama mengulurkan tangannya untuk ku raih, hingga akhirnya aku berdiri. Cowok tadi juga sudah disebelahku. Ia mengangkat satu alisnya, membuatku bingung.
Perlahan, kerumunan yang mengelilingi kami tadi pun bubar.
"Nggak bilang makasih?" tanya cowok itu masih dengan satu alis diangkat.
Aku mengernyitkan kening, bingung. "Buat?"
Ia menghela napasnya kesal, "Gangerti gue, lo mau carper, atau emang beneran bego?"
Sontak perkataan ketusnya itu membuatku naik darah. Kalo ngga ganteng aja nih orang udah gue siram pake sirup.
"Lo kali yang bego. Orang pinter pasti tau caranya bersopan santun gimana," jawabku kesal.
Aku yang malu bercampur kesal, tanpa pikir panjang meninggalkan si stranger menyebalkan tadi. Berjalan terseok-seok dengan gaun yang berat dan salah satu heels yang patah. Baru ku sadari, aku sedang tidak bermimpi buruk.
"HOI, BAJU GUE KOTOR NIH!" jerit cowok itu di belakang.
HA! Whatever
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
Teen FictionAku takut. Ketakutan itu membawa ku menuju ketakutan yang lain. Ketakutan kecil yang berkembang biak menjadi besar. Aku pikir aku sudah melupakannya. Nyatanya tidak. Sedikitpun. Aku pikir semuanya sudah baik-baik saja. Nyatanya tidak. Sedikitpun. Ak...