Ini karya baru aku diharapkan untuk vote dengan tekan bintang di sana^^
Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
---"Lo pergi atau gue siram pake air ni?" Seorang gadis menggeram kesal dengan gelas berisikan air putih di genggamannya. Orang yang dimaksud hanya nyegir lebar.
"Santai kali,De." Ia menoel pelan dagu yang ia panggil 'De'.
"berani lagi lo, ARIIIIIIII!" entah bagaimana kesalnya sampai ia tak memperdulikan sekelilingnya untuk tidak menahan amarahnya, amarahnya kini sudah meletup-letup. Sampai seseorang memegang bahunya.
"Udah lah De, maklumin aja si Ari mah. Dia kan memang gitu terus sama lo." Zia mencoba buat meredamkan amarah Dea yang sudah di ambang batas. Bagaimana tidak? Seakan-akan Ari bertindak tidak melakukan apa-apa, hanya santai aja tanpa ada beban.
"Kenapa gue harus ngenal Ari sih Zia? Dari kecil lagi." tanyanya sambil kembali duduk di bangku kantin.
"Simple, lo jodoh sama dia." Ucap Zia polos sambil sesekali menyeruput es jeruknya.
"Hah? Lo gila ,Zi?" Refleks Dea menggebrak meja kantin. Sampai, seluruh mata memandang Dea dengan tatapan bingung.
Zia meminta maaf karna perbuatan Dea yang menurutnya telah menganggu kegiatan semua orang. "Lo yang lebih gila De!" Zia menatap Dea dengan tajam. Dea nyengir lebar.
"Takdir ngga ada yang tau De, bisa aja kan lo jodoh sama dia."
"amit-amit deh Zia.Jibang gue."
"hati-hati loh De, perasaan lo bisa cinta sama dia" Ucap Zia dengan nada seriusnya.
"Jangan sampelah,Udah ah gue kekelas dulu bye Zia." Dengan tanggapan Shalsa yang mengangguk, Dea mulai melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Sebelumnya ia sempat tak sengaja melihat Ari di depan kelasnya. Ia memberhentikan langkahnya sejenak.
'Si monyet sama cewek(?) '
Ia sedikit menepi dari jalanan koridor, ia diam sedikit menguping pembicaraan mereka berdua.
"Ari, aku suka sama kamu."
Dea yang mendengar dari kejauhan sedikit terkejut.
"Maaf,tapi aku bukan terbaik buat kamu."
Dengan sopannya, Ari tersenyum lalu meninggalkan gadis itu sendirian.
Dea sedikit memincingkan matanya, gadis yang ia lihat kini telah berkaca-kaca. 'Emang tu si monyet hobi banget nyakitin cewek.'
Dengan langkah cepat, Dea menyusul Ari yang kini tengah berada di lapangan sekolah.
"Woi nyet, Lo nggak kasian apa sama cewek tadi?"
"Cewek mana?"
"tadi di depan kelas."
"Tunggu-" Ari berjeda "Lo liat gue, lo nguntit ya(?) Dasar penguntit lo!" Ari mendorong bahu Dea.
"yekali, gue jadi penguntit lo. Ngga ada kerjaan banget." Ucap Dea dengan tatapan sinis.
"Jujur aja kali De."
"Najis."
"Penguntit lo!"
"Monyet!"
"Lo penguntit!"
"Udah ah monyet diem!"
"Dasar!"
"jawab pertanyaan gue nyet!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love?
Novela JuvenilBagi Dea, Ari itu segalanya. Bagi Ari, Dea hanyalah Angan. Bagi Rafa, keduanya hanyalah khayalan.