●●●
" Balikin buku gue!" Dea menggeram. Buku tulis nya berada di tangan Ari. Lelaki itu terus saja berjinjit mengangkat tangan sebelahnya, membuat Dea tak sampai menggapainya.
"Dasar pendek." Umpat Ari dengan kekehannya. Tetapi, kekehan itu berubah menjadi suara rintihan. Dea menendang bagian belakang lututnya, membuat Ari mengaduh kesakitan dan terkulai lemas.
" Bangsat lo De, sportif dong!"
Dea memutar matanya ada. " Ya kali sportif gitu."
"Susah ngomong ama cicak."
"Apa lo bilang?!"
"Cicak kembar siam tokek mirip lu banget persis kek buaya!"
Dea benar-benar dibuat naik pitam segera karna ulah Ari. Kalau saja ini bukan sekolahan, Dea yakin badan lelaki itu sudah membiru ia cubiti terus.
" Btw ya Ri, udah pernah di santet belom?"
Dengan wajah polosnya Ari menggeleng."Belom."
"Kalo disantet muntah paku mau gak?" Dengan lembutnya Dea berbicara.
"Gak lah! Bego banget si ni cewek."
"Lah kok gue?! Lo yang bego nyalahin gua."
"Udah ah gua males sama lo."
"Lebih lagi gua."
"Yaudah pergi."
"Lo yang pergi."
"Lo lah kok gue."
"Kelas lo kan disana bukan disini!"
"Oh iya!"
"Bego dipelihara"
"Santai aja sih."
Ari melenggang pergi. Meninggalkan Dea sendiri di depan pintu kelas. Baru saja mereka baikan kemarin malam, dan sekarang? Lagi dan lagi, ia harus beradu mulut.
Dea memutar tubuhnya hendak berbalik. Tetapi, panggilan untuk dirinya membuatnya berhenti melangkah. Dea menghela nafasnya, cukup kesal karna ia ingin tidur dikelas tetapi sedari tadi tak pernah bisa.
"Dea?" Sempurna. Dea melihat seseorang yang memanggilnya. Senyumnya terbit melihat lelaki didepannya, dengan tas yang ia sampirkan di bahu kanannya, dan rambut yang sedikit acak-acakan. Entah kenapa Dea membenarkan batinnya.
Masya allah, si Rafa ganteng euy!
"Eh Rafa." Lelaki itu tersenyum kecil. Langsung mengajak Dea masuk ke dalam kelas. Entah kenapa,rasa kantuk yang membanjiri nya tadi hilang seketika.
" Udah ngerjain tugas?" Tanya Dea saat Rafa melepaskan earphone yang sedari tadi menyumbat telinga kanannya.
Rafa menatap Dea heran. "Tugas apa?"
"Kimia Raf."
Rafa mengangguk lalu tersenyum kecil. " Udah. Kan liat punya lo kemarin." Kekehnya. Ia beberapa jam sebelum ia pergi dengan Ari, Rafa memang meminta nya untuk mengajarkan kimia. Alhasil, ia mengfotokan catatan miliknya. Mengingat Rafa anak baru yang baru menginjak sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love?
Teen FictionBagi Dea, Ari itu segalanya. Bagi Ari, Dea hanyalah Angan. Bagi Rafa, keduanya hanyalah khayalan.