5. Dekat & Muncul

94 10 1
                                    

" Iya, gue suka sama Rafa."
-

--
Happy Reading!

.
.
.
.
.
.
---

" De, kita satu kelompok yeyyy!" Zia bersorak girang. Dea hanya menatapnya datar. Ini sudah keberapa kalinya ia satu kelompok dengan Zia dan selalu respon Zia seperti itu.

" Dua orang aja?" Kini Dea yang mengeluarkan suaranya. Zia menggeleng.

"1 kelompok 4 orang, De. Gue, Lo, Ucup sama lo mau tau nggak satu lagi siapa?" Dea menggeleng ia mengernyitkan dahinya seakan-akan ia tengah bertanya siapa?.

Zia tersenyu lebar lalu mendekat. " Rafaaa!" Teriakan tepat di telinga Dea membuat Dea meringis. " Sakit ini!" Zia hanya nyengir lalu meminta maaf. Selalu.

" Doa gue terkabul bisa satu kelompok sama cogan." Dea menoyor kepala Zia pelan. " Cogan aja pikiran lo!" Zia mengerucutkan bibirnya. Lalu,pergi keluar kelas, selalu begitu kalo udah ngambek.

"Lo Dea kan?" Dea mengalihkan pandangannya ke depan.

RAFA?

"Hey, lo Dea kan?" Tanyanya dengan senyuman.

Dea menganggukkan kepalanya. "Kenapa?"

"Gue cuman mau minta maaf saat kejadian pas di lorong waktu itu. Lo maafin gue kan?" Dea tersenyum.terlintas di benaknya bahwa Rafa sangat ramah.

"Masalah sepele juga." Rafa kembali tersenyum. Menggoda iman gue ini mah, Batin Dea.

" Gimana sebagai gantinya gue traktir makan es krim?" Dea tampak antusias lalu menganggukkan kepalanya. Rafa tersenyum lagi lalu mengacak rambut Dea gemas.

" Ancur rambut gue, Raf!" Dea mengerucutkan mulutnya. Rafa menatapnya gemas lalu mencubit Kedua pipi Dea. " Aduhhh-shakith." Rafa tertawa saat mendengar omongan Dea yang sedikit susah, ia melepas cubitannya lalu nyengir. Kini yang Dea rasakan pipinya mulai panas. Ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. Mampus gue blushing depan Rafa,Rutuk Dea.

" Eh, si eneng blushing." Dea terkekeh.

" Najis." Rafa tersenyum saat ia meihat muka Dea yang masih sedikit memerah. Gadis yang lucu.

Dea yang masih sadar bahwa ia masih ditatap Rafa, Hanya menundukkan kepalanya. Meleleh gue bang, di tatap kek gitu.

Tetapi, Dea tak sadar di luar sana. Seseorang melihatnya, lalu berbalik menjauh.

---

" Jadikan? Buruan nanti es nya nggak ada lagi." Dea tertawa. " Nggak bakal lari kok, abang-abang es krim nya." Rafa terkekeh.

"De?" Itu suara Zia di samping nya.

Dea mengangkat alisnya. "hm?" Zia berjalan maju lalu berbisik di telinga Dea.

" Lo sejak kapan deket sama si Rafa? Bukannya lo bilang dia cowok nggak bertanggung jawab?" Dea tersenyum. Lalu membalas perkataan Zia dengan kelakuan yang sama. "Tadi. gue salah dia orang nya ramah banget." Zia tersenyum kecut. Oke, Dea akui ada perubahan dalam diri seorang Zia. Apa jangan-jangan---

Dea menarik Zia untuk keluar sebentar. Sebelumnya, ia meminta Rafa untuk menunggu sebentar di dalam. Karena, ia ada urusan dengan sahabat nya satu ini.

" Lo suka sama Rafa, Zi?" Zia tersenyum lalu menggeleng pelan.

" Nggak."

Dea tau Zia berbohong sekarang. " Zi, lo sahabat gue. Gue tau lo bohong atau nggak,gue tau." Zia mengalihkan pandangannya ke bawah, melihat sepatunya yang entah mengapa menjadi daya tariknya untuk tidak memandang Dea.

Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang