Bab Enam

1.8K 62 1
                                    

Dear all reader.

Thanks buat yang udah ngeluangin waktu buat baca cerita ku ini. Pertama aku gak yakin buat share ceritanya ini. Tapi akhirnya aku share juga cerita ini.

Ya sebelum aku mulai curcol , aku mau bilang selamat membaca yaa. Aku harap cerita ini gak membosankan.

Vote and comment nya ya. Kadang aku ngerasa ragu untuk ngelanjutin cerita ini , karena belom ada yang comment.

Sekian,

Author.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Grace... Grace.. Bangun oy." ucap Thomas dengan berbisik karena takut ketahuan.

"Engg.. Ganggu lo." jawab Grace masih menelungkupan wajah.

"Batu ya dibilangin. Sekarang pelajaran IPS Grace. Gurunya killer." sahut Thomas lalu menepuk - nepuk pundak Grace.

Sebenarnya Thomas tidak takut dengan guru IPS nya itu , namun ia takut kalau Grace kena hukuman dari guru itu.

Grace yang kesal langsung menegakkan wajah lalu berteriak "Apaan sih Thomas. Sumpah lo ganggu."

Suara Grace terdengar kencang dan Pak Arman menolehkan kepalanya dan bertanya kepada Grace.

"Grace? Ada apa? Mau saya hukum?"

"Hehehe. Kagak pak. Ga sengaja . Heheh." jawab Grace sambil cengengesan.

Pak Arman kembali menjelaskan pelajaran yang tertunda karena Grace.

"Makanya jangan teriak - teriak non." komen Thomas.

"Lo sekali lagi ngomong Thomas , gue bantai."

"Asal lo tau , gue karena berbaik hati sama lo gue bangunin lo."

"Coba kalo lo dibanguninnya sama pak Arman. Mau lo?" sambung Thomas.

Membayangkannya saja sudah membuat Grace merinding.

Dan tepat saat itu bel berdering , lalu Grace pun menjawab lalu menarik pipi Thomas ,

"Makasih ya udah bangunin gue Thomas ganteng."

Grace pun keluar kelas untuk jajan.

* * *

Tadi dia ngomong apa? Ganteng?

Ganteng maksudnya? Pengertian gue ganteng jadi dia suka? Gitu?

Atau cuma omongan asalnya Grace?

Sumpah demi apa. Gue belum pernah keder gara - gara omongan cewe.

Gue emang ganteng. Bukan pede atau apa but seriously gue emang ganteng.

Dengan rambut cokelat tua turunan dari papa , otak pinter campuran papa mama , tinggi , postur badan yang bagus berkat latihan setiap hari serta mata hijau toska gue yang menurut gue gelap namun bikin gue semakin digilai cewe - cewe.

Dan sekarang gue keder karena dibilang ganteng?

Oke menurut gue ini udah ga normal. Gue rasa gue mulai suka sama Grace.

Tapi , apa iya?

* * *

Grace duduk ditempatnya , sibuk komat kamit mengahafal biologi.

"Grace , serius amat lo." komen Tiara lalu duduk di bangku depan meja Grace.

"Lo kan pinter Grace , ngapain baca lagi." sambung Tiara.

"Diem - diem." kata Grace lalu meletakkan telunjuknya di mulutnya tanda Tiara harus diam.

"Ya udah deh. Karena lo mau belajar , gue juga deh." ucap Tiara lalu kembali ke tempat duduk.

Thomas yang melihat Grace langsung duduk ditempat duduknya yang disamping Grace , lalu berbicara dengan Grace.

"Grace. Santai aja kali."

"Gue tau lo pinter cuman janggan ganggu gue."

"Lo kan juga pinter Grace." jawab Thomas lalu mengambil buku biologi nya.

"Thomas , sekali lagi lo ngomong , gue bantai."

"Hahaha. Emang bisa?"

"Bisalah." jawab Grace yang mulai kesal.

"Ya udah gini aja Grace. Kita taruhan. Kalo nilai gue lebih tinggi lo harus ngedate bareng gue. Kalo nilai lo lebih tinggi , gue gabakal gangguin lo lagi. Gimana?"

"Lo ngajakin gue ngedate lewat taruhan? Jadi bilangkalo lo takut ngajakin gue ngedate jadi lo jadiin taruhan sebagai modus."

Thomas tertawa , "Kalo gue ajakkin sekarang , lo mana belom tentu mau. Muka lo aja kalo ngeliat gue kayak udah musuh bebuyutan."

"Ga ada urusannya sama ngedate. Bilang aja takut."

"Ngapain gue takut. Kalo perlu gue ke radio siswa sekalian terus bilang kalo gue mau minta lo ngedate ama gue."

"Bener?"

"Mau gue tunjukkin sekarang?" jawab Thomas lalu bangkit dan langsung ditahan oleh Grace.

"Oke - oke. Anggap aja gue percaya sama lo. Gue gamau baru masuk sekolah gue udah malu - maluin."

"Jadi taruhannya gimana? Jadi?"

"Oke."

* * *

"Sekarang pelajaran apa?" kata Grace setelah melewati ulangan Biologi yang susahnya minta ampun itu. Dan Grace berharap , nilai nya lebih tinggi dari Thomas sehingga dia tidak harus pergi dengan Thomas.

"Kimia." jawab Thomas.

"Perasaan gue kimia pelajarannya sering banget deh."

"Emang , kita kan anak IPA cantik."

"Iya tapi kan ga sesering ini juga."

Obrolan mereka pun berhenti karena bu Ratna sudah masuk kelas.

"Anak - anak , ibu minta kalian duduk dengan kelompok kimia kalian lalu mengerjakan tugas kalian. Tugas nya akan ibu percepat jadi besok sudah harus dikumpul."

"Apaan bu?" protes salah satu murid.

"Cepat kerjakan."

"Kertasnya bawa ga Grace?" kata Randy yang sudah duduk bersama Grace.

"Bawa dong. Gue kan anak rajin."

"Mana?"

"Oke sekarang kita kerjain 50 soal ya, kan pelajaran kimia 2 jam."

"25 nya lagi?" tanya Grace.

"Pulang sekolah aja. Nanti lo naik mobil gue aja.Kita kerjain di Starlight Cafeé aja."

"Ya udah. Gue juga udah lama mau nyobain chocolate cheesecake nya. Sama minumnya Capucinno Frape with Oreo Whipcream nya."

"Lo kalo udah begini - gini maunya makan yaa."

"Kalau mau ngerjain soal segini banyak ya harus makan banyak juga dong. Balance gitu."

"Kok gak gendut - gendut yaa?"

"Heh! Gue emang ga keturunan gendut."

"Ya udah , kerjain yuk."

* * *

Dari sini gue bisa ngelihat Randy sama Grace ngerjain tugas mereka. Mereka kelihatan enjoy banget. Entah kenapa gue sedikit kesal ngeliat mereka dekat banget.

"Thomas!" teriak Arnold yang sudah sebal.

"Hah? Apaa?" tanya gue bingung.

"Ini udah ketiga kalinya gue manggil lo."

"Oh sorry."

"Lo ngeliatin Grace kan?"

"Tadi lo manggil gue kenapa?" tanya gue untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Gue mau nanya soal nomor empat puluh lima. Tentang gelombang. Eh kok gue malah ganti topik. Tadi lo ngeliatin Grace kan? Mengakulah , hahaha."

Gue pura - pura gak dengerin Arnold "Rumus gelombang itu--"

Dan ucapan gue terpotong sama Arnold. "Udahlah ngaku aja apa susahnya sih. Selama setahun terakhir ini gue ga pernah liat lo ngeliatin cewe sebegitunya."

"Udahlah."

"Lo kenapa susah percaya lagi sama yang namanya cinta. Gue tau lo masih kesal atau marah sama Daniella but seriously man, you must forgive her. Kalo ga , sampe kapan lo bisa nemuin cinta lo?"

"Jangan bahas itu lagi." kata gue dengan dingin.

Arnold yang menurut gue menangkap perubahan nada suara gue langsung angkat suara.

"Oke , gue ga tahan lagi. Gue harus ngomong sama lo kalo gue gak seneng lo ga bisa nemuin cinta lo. Apa susahnya sih maafin Daniella?"

Ternyata Arnold ga bakal ngelepasin gue dari topik ini. Fine.

"Lo kalau ngomong sih gampang , sekarang gue balik kalo lo jadi gue , gimana?"

"Jujur aja , gue pasti kesal , marah pokoknya semua yang lo rasain. Tapi gue ga mau gara - gara dia ngalangin gue buat cinta ama seseorang."

"Jadi kalo misalnya gue jadi elo , pasti gue maafin dia. Gue emang gabakal pernah lupa yang dilakukannya sama gue .Tapi itu seengak-enggak nya bikin hati guelebih tenang." sambung Arnold lagi.

Ya , dulu ada seseorang perempuan yang gue cintai. Setengah mati malah. Namun dia malah milih buat ngikut bokap nyokapnya pergi ke luar negeri , ketemu sama seseorang yang sudah dijodohkan oleh ortunya sejak lahir. Mutusin gue lewat telpon tanpa kasih tau kesalahan gue. Ya sejak itu gue jadi playboy , ga pernah percaya yang namanya sama cewe.

"Tapi apa iya?" kata gue tanpa sadar.

"Sekarang lo jujur sama gue. Lo masih ada feel gak sih sedikit aja sama Daniella?"

"Gak ada." jawab gue dengan yakin.

"Kalo buat Grace?"

"Mungkin."

"Kalo lo udah gak cinta sama Daniella , kenapa lo gak bisa buka hati lo?"

"Ga tau."

"Mulai dari belajar maafin sesorang dari masa lalu dulu Thomas. Abis itu..."

Arnold terdiam sejenak lalu mengarahkan kepalanya ke Grace dan melanjutkan ucapannya.

"Kejar dia."

"Fine. Gue jujur. Gue akan ngejar dia dan ikutin saran lo. Gue ga mau lepasin sesuatu yang menurut gue bakalan menjadi kebahagiaan gue."

"Itu baru Thomas."

"Jadi gelombang itu apa?" tanya Arnold lagi.

"Oh My God."

* * *

"Sekarang?" tanya Grace ragu.

"Ya sekaranglah Grace." jawab gue.

"Randy , mendingan lo anterin gue pulang dulu deh. Gue mau ganti baju dulu."

"Ga usah, cafe nya kan deket sini kalau kita mampir ke rumah lo dulu , bolak balik dong namanya."

"Oh iya ya."

"Ya udah deh. Ayo." ajak Grace.

Gue masuk mobil lalu menyetir mobil gue keluar dari sekolah.

Perjalanan dari sekolah ke cafe emang deket , namun entah kenapa kayaknya sekarang waktu berjalan lambaaat banget. Apa mungkin karena Grace disebelah gue? Grace termasuk perempuan yang cakep , baik plus otak encer lagi. Dan itupun pasti udah menjadi inceran cowo.

Well gue akuin dia cantik. On the first meet , gue biasa aja sama dia. Satu,dua hari gue mulai enjoy sama dia. Pas hari gue tanding badminton sama dia , gue baru sadar dia punya kepribadian yang menarik. Dan sekarang , gue mulai merasa gue seneng sama dia. Tapi , mendingan gue deket saja dulu sama dia dan kalo menurut gue dia ga cocok sama gue -setelah gue deket sama dia- mungkin dia bukan jodoh gue.

"Randy.."

"Hah iya apa?" jawabku sedikit kaget.

"Lo ngelamunin apa?"

"Kagak , emang gue keliatan kayak orang ngelamun yaaa?"

"Jangan bohong deh. Gue tau lo ngelamun. Iya kan?"

Alis gue berkerut. Dalam hati gue , gue merasa senang karena ternyata Grace memerhatikan gue juga. Baguslah kalau begitu.

"Tuhkan ngelamun lagi." kat Grace yang membuat ku kembali ke alam sadar.

Karena gak mungkin gue menjawab gue lagi ngelamunin lo Grace. Yah jadinya gue tanya Grace balik aja.

"Grace , menurut lo boleh ga , seorang cowo pedekate sama seorang cewe walau tuh cowo tau si cewe nggangep si cowo sebagai teman aja?"

"Menurut gue sih gapapa. Lagian itukan gak menutup kemunginan sih cewe tiba - tiba suka sama cowo itu. Lo lagi dalam posisi ini yaa?"

Gue hanya tersenyum sebagai balasan atas pertanyaan Grace. Itu berarti Grace memberikan persetujuannya kan? Ya memang gue bertanya dengan perumpamaan seseorang yang mendekati seseorang , namun kalau tanggapan Grace sendiri begitu , itu berarti ia sendiri setuju dan merasa tidak masalah kan?

Baiklah kalau begitu. Kita lihat aja nanti.

* * *
"Grace. Bangun." kata Randy.

"Udah sampe?" tanya Grace.

"Udah."

"Gue ketiduran yaaa?"

"Iya."

"Padahal perjalanannua deket , kok gue bisa ketiduran ya?"

"Kecapekan kali. Yaudah ayo turun Grace." ajak Randy lalu turun dari mobil camry-nya.

Mereka pun turun lalu masuk ke Cafe yang bernuansa home sweet home itu. Mereka duduk di meja yang berada dipojok kanan di samping jendela besar yang memperlihatkan jalan raya.

"Mau pesan apa?" tanya seorang waitress yang sudah berada di meja mereka.

"Caramel Macchiato nya satu. Lo mau apa Grace?"

"Hmm.. Chocolate chessecakenya satu , trus macademia cookies nya satu , sama , Capucinno Frape with Oreo Whipcream nya satu."

"Baik. Ada lagi?" tanya pelayan itu dengan sopan.

"Gak itu aja."

Pelayan itu mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua.

Randy tertawa , yang langsung disambut dengan tatapan heran dari Grace.

"Ada apa?"

"Enggak. Cuman lucu aja , perasaan gue lo sebutin nama makanan yang udah lo rencanain tadi , tapi lo pake acara mikir segala. Hahaha."

"Ih... Gue kan mikir mau pesen cookies apa enggak. Kan buat kita berdua juga nanti. Masa lo cuman minum doang sih. Kan gak enak." jawab Grace.

"Wah lo peduli juga ya sama gue."

Percakapan mereka terhenti sebentar karena kedatangan pelayan yang membawakan makanan dan minuman mereka.

"Jadi , kita mulai darimana?" tanya Randy setelah Grace mengeluarkan buku dan kertas mereka.

"No 76."

"Oh ini. Ini caranya--"

Ucapan Randy terputus oleh sahutan Grace."Gue tau kok. Eh emang kita masih ngegunain rumus Gaya Coulomb ya?"

"Ya iyalah , emang tuh rumus buat anak smp aja apa?"

"Enggak sih. Eh tapi guru kita agak gila ya."

"Emang kenapa?"

"Masa harus pake penjelasannya segala sih? Abis itu pake di jilid lagi."

"Emang dia bilang harus dijilid."

"Lo gak denger pengumuman tambahan tadi? Udah harus dijilid , tulisan harus rapi , pake penjelasannya lagi."

"Dia suruh kita pake penjelasan biar kira - kira dia bisa tahu kita itu udah ngerti blom. Dan lagian tulisan lo kan rapi Grace , ngapain lo harus ribut?"

"Iya juga sih. Cuman gue sebel aja kalo harus pake penjelasan." jawab Grace lalu mengambil sepotong cookies dari piring yang disediakan.

"Ya udah ayo kita lanjutin." ajak Randy lagi.

Mereka mengerjakan soal itu sampai selesai. Selama mengerjakan soal mereka bercanda dan tertawa , lalu saat Grace sudah stress dengan soal - soal yang ada , Grace akan mengambil cookies lalu memakan chessecake nya. Randy juga sekali - kali mengambil cookies lalu meminum Caramel Macchiato nya. Dan tampaknya mereka tak sadar waktu berlalu dengan cepat.

"Jadi , siapa cewe yang lo mau deketin itu Ran?" tanya Grace , teringat percakapan di mobil tadi.

Randy hanya tersenyum. "Udah selesai?"

"Udah daritadi kali. Randy , ngaku aja kali."

"Masalahnya lo gak harus tau orangnya. Orang lo tau kok orangnya."

"Tiara?" tanya Grace terkejut.

"Bukan." jawab Randy dengan wajah serius.

"Serius?"

"Lo liat muka gue, emang gue keliatan bercanda?"

Grace tertawa , lalu menoleh kearah jendela.

"Eh hujan.." kata Grace.

"Kenapa?"

"Gue suka sama hujan."

"Setau gue orang kebanyakan ketakutan pas hari hujan. Kok lo suka sih?"

"Saat hujan gue merasa bebas , gue malah suka banget bau tanah basah gara - gara hujan. Ngingetin gue sama suasana rumah yang nyaman. Gatau kenapa gabisa begitu."

"Gue malah merasa gak suka hujan."

"Kenapa gitu?"

"Karena gue gak bisa langit yang terang , biru. Gue merasa kalo hujan kita gak bisa kemana - mana, iyakan?"

"Udara pas hujankan sejuk." jawab Grace tidak setuju.

"Ya sudah. Sekarang lo mau nunggu hujan berhenti atau langsung pulang?"

"Langsung pulang aja.." jawab Grace.

Mereka pun membayar makanan mereka lalu keluar. Ide gila pun keluar dari otak Grace.

"Grace! Ayo cepat." teriak Randy.

Bukannya mendengar perintah Randy , Grace malah mendongak menatap langit lalu merentangkan tangannya.

"Lo mau sakit?" tanya Randy dengan suara keras , karena bunyi hujan yang kencang sehingga ia harus membesarkan volume suaranya.

"Randy. Lo bisa ngerasain kebebasan nggak?" tanya Grace.

Randy tersenyum kecil melihat tingkah Grace. "Lo kayak anak - anak ya."

Grace tertawa lepas , "Oke gue bakal pulang kecuali.."

"Kecuali apa?" tanya Randy.

"Lo bisa ngejar gue!" jawab Grace lalu berlari disepanjang trotoar. Randy tertawa lalu mengejar Grace , walau ia merasa takut kalau Grace bisa sakit.

"Grace. Ayo pulang yaa.." kata Randy setelah ia bisa mencapai tangan Grace.

"Oke. Tapi lo jawab dulu pertanyaan gue."

"Apaa?"

"Lo merasa bebas gak sekarang."

Ya ampun gadis ini. Cuman ingin membutikkan perkataan nya benar ia nekat bermain hujan. Tapi karena Grace , Randy tidak terlalu benci lagi dengan hujan.

"Iyaa. Jujur gue nih. Ayo pulang." jawab Randy sudah tidak memperdulikan hujan yang membasahi tubuhnya.

"Oke!!!" jawab Grace lalu berjalan sambil meloncat - loncat seperti anak kecil.

* * *

"Ya ampun Grace!" seru mama Grace kaget melihat anaknya basah - basahan seperti ini.

"Heheeh. Biasa ma.." jawab Grace.

"Kamu itu yaa.. Udah gede masa masih suka main hujan sih."

"Aku mandi dulu maa."

Violetta menggeleng - gelengkan kepala melihat tingkah anaknya itu. Udah besar masa masih main hujan. Ya ampun..

"Tingkahnya sama kayak kamu dulu." kata Raymond yang melihat Violetta menggeleng - gelengkan kepala karena tingkah anak mereka itu.

"Loh kayak aku sih?"

"Dulu kamu kan juga senang main hujan."

"Itukan dulu."

"Ah jadi ingin mengulang masa - masa aku masih muda."

"Yang bagian mana? Waktu masih kuliah kamu jadi playboy atau waktu kamu pacaran sama aku?" jawab Violetta , sebal mengingat tingkah suaminya dulu.

"Dua - duanya."

"Dasar!" jawab Violetta lalu berjalan ke arah dapur , menyiapkan makan malam mereka.

Melihat istrinya yang sebal ia langsung berteriak , "Seengak- enggak nya aku kan bertanggung jawab jadi suami yang baik.."

Melihat ulah konyol Raymond , suaminya , ia hanya bisa menggeleng - gelengkan kepala dari dapur. Ayah dan anak sama saja.

* * *

Grace turun dari lantai dua , tempat kamarnya berada. Ia mengenakan piyama panjang tangan karena ia mulai merasa virus demam akan menyerangnya.

"Wah enak nih.." kata Grace.

Banyak makanan di atas meja. Cumi goreng mentega , kangkung yang ditumis , sapo tahu dan ikan steam hongkong. Wah sepertinya Grace akan kekenyangan saat makan nanti.

"Tumben masak nya banyak banget ma."

"Iya. Emang gak boleh ya sayang?"

"Enggak , tumben aja."

"Mama mau ngabisin stok kulkas aja , soalnya kalo kelamaan ditaruh dikulkas kan bisa ga fresh lagi nanti makanannya."

Grace pun duduk dihadapan mamanya. Papanya pun menyusul untuk duduk di sebelah mamanya.

Mereka pun makan malam. Grace tak henti - hentinya memuji masakan mamanya. Dan selama makan malam jugalah Grace bersin - bersin.

"Hatchii..."

"Itu udah kesepuluh kalinya kamu bersin sayang." komen papanya.

"Makanya kamu jangan main hujan sayang. Jadinya sakit kan.." nasihat mamanya.

"Iya ma." jawab Grace yang disertai bersin.

"Ckckck." komentar mamanya lalu berjalan ke arah dapur.

5 menit kemudian , mamanya datang membawa secangkir teh dan obat untuknya.

"Nih minum tehnya biar badan kamu jadi hangat. Nah nanti kalo udah mau tidur kamu minum obatnya." kata mama.

"Iya mama.."

"Lain kalinya jangan main hujan. Perasaan kamu udah lama gak main hujan deh. Kok tiba - tiba main hujan lagi?" komentar papanya.

"Aku ngebuktiin sama teman aku kalau hujan itu bukan hal yang harus dibenci pa."

"Siapa namanya?"

Grace hanya tersenyum lalu menghabiskan tehnya dan pergi ke kamarnya.

Raymond dan Violetta hanya bisa geleng - geleng kepala melihat tingkah anaknya itu.

* * *

"Hatchiii!"

Entah udah berapa kali aku bersin. Aku benar benar benci yang namanya penyakit flu. Kenapa sih penyakit sejenis ini harus ada di muka bumi. Apa gunanya? Yang ada ini cuman membuat kita pusing dan tubuh kita lemah.

"Heh lo. Lo kemaren kemana aja sih sampai flu begitu?" suara Thomas membuyarkan pikiran ku yang sudah mulai melantur itu.

"Thomas , menurut lo kenapa penyakit flu itu bisa ada dimuka bumi ya?" tanyaku tanpa mengiraukan pertanyaan tadi.

Thomas mengerutkan alis , lalu tiba - tiba dia tertawa terbahak - bahak. Lho? Emangnya ada yang salah ya dengan pertanyaan ku?

"Lo tuh ada - ada aja ya. Kalo mau nanya mikir dikit lah.."

Aku mencibir."Perasaan pertanyaan gue wajar deh. Nah lo kan pinter , siapa tau lo tau jawabannya. Iya kan?"

"Gue ga tau , tapi yang gue tau penyakit itu ada buat ngehukum orang yang gak bisa ngejaga tubuhnya sendiri. Kayak elo."

"Sialan lo."

Heran deh , perasaan aku nanya nya baik - baik deh. Kok masih sempet dia nyindir aku yaaa?

"Cih."

"Kenapa lo?"

"Enggak kenapa - kenapa. Cuman gue sebel aja sama lo."

"Heran ya. Kenapa setiap ada sesuatu yang berhubungan sama lo selalu bikin gue kesel ya." sambungku.

"Gatau gue. Mungkin gue terlahir untuk bikin lo kesel kali." jawabnya acuh tak acuh.

Sebuah pikiran gila tiba - tiba tercetus begitu saja di kepalaku.

"Ah jangan - jangan lo diutus oleh malaikat untuk menguji seberapa besar kesabaran gue ya?"

Thomas tertawa terbahak - bahak mendengar celotehan gue. "Heran gue sama lo , padahal lo termasuk anak pintar cuman kok pikiran lo bisa kayak anak - anak gitu yaa?"

Aku mencibirnya.

"Mungkin gue diutus begitu yaa. Atau mungkin gue diutus untuk menjadi pasangan hidup lo? Gimana menurut lo?"

"Ah ternyata otak lo bedanya 11 - 12 aja sama punya gue." jawabku sekenanya.

"Lah lo bilang bisa aja gue dikirim untuk menguji kesabaran elo. Kenapa ga mungkin gue dikirim untuk jadi pasangan elo?"

"Mungkin aja." jawabku realistis.

Thomas hanya tersenyum mendengar jawabanku.

Lalu aku melanjutkan ucapanku."Tapi kayaknya gue ga bisa bayangin gimana jadinya kalo lo jadi pasangan gue deh. Pasti berantakan deh. Hahaha."

Thomas hanya bisa cemberut. Biarkan saja dia.

Hahahaha.

* * *

Tiara dan Grace sedang berjalan menuju kantin. Mereka langsung memesan makanan setelah sampai ke kantin.

"Lo pesen apa Ra?"

"Mesen nasi goreng. Lo?"

"Gue mesen bakso. Badan gue lagi gak enak soalnya."

"Grace."

Suara Tiara terdengar serius oleh Grace.

"Apa?" jawab Grace.

"Randy atau Thomas?"

"Maksud lo?"

"Lo milih siapa sebenarnya?"

"Milih apa?"

"Lo gak peka Grace."

"Maksudnya?"

Obrolan mereka terhenti karena pesanan mereka datang.

"Terimakasih yaa..." ucap Grace.

"Jadi? Lo pilih siapa?"

"Tunggu sebentar. Gue ga ngerti."

"Lo gak nggak sadar ya? Mereka itu pada berusah ngedeketin lo , sadar gak sih?"

"Hah? Kalo Randy sih gue percaya. Kalo lo bilang Thomas , nope i don't believe it."

"Dia suka nyari gara - gara sama elo. Sadarlah dikit."

"Ah emang tuh orang sih dasarnya suka nyari gara-gara sama gue. Emang dari sananya."

Grace seperti mengingat sesuatu."Oh iya , gimana hubungan lo sama Revan?"

"Sama Vanno?"

"He-uh."

"Gue gatau. Tapi kayaknya sih dia lagi pedekate sama gue."

"Gila tuh anak."

"Haha. Kalo misalnya gue jadian sama dia lo ga seneng?"

"Gue seneng dong. Cuman gue gamau aja lo jadi korban nya dia."

"Easy girl. Gue juga tau orang yang mau main - main aja sama gue."

Android Grace berbunyi. "Eh Revan nelpon. Panjang umur juga nih anak ya."

"Angkat gih."

"Bentar ya."

Grace pun menjauh dari Grace.

"Halo.."

"Apaa?"

"Gue mau tanya lo sesuatu."

"Apa?"

"Menurut lo Tiara suka apa?"

"Mana gue tau. Tanya aja sama orangnya."

"Yeee."

Grace bertanya dengan serius."Lo bukan cuman mau mainin dia doangkan?"

"Gue ga sedangkal itu kali. Gue mau serius sama Tiara. Makanya hari ini gue mau nembak dia."

"Serius????"

"Keep this as a secret okay? Kalo lo kasih tau dia nanti ga surprise lagi dong.."

"Lo seriusan? Lo mau long distance sama dia?"

"Gue mau pindah kuliah di Jakarta. Gue juga udah bosan dengan suasana di Aussie."

"Well kalo itu mau lo. Goodluck boy."

Sambungan itu pun terputus. Grace kembali duduk di mejanya.

"Tadi dia ngomong apa sama elo?" tanya Tiara.

"Enggak. Dia cuman nanya sesuatu."

"Ooh."

* * *

"Grace!!" teriak Tiara saat menelfon ku.

"Apaa?"

"Gue ditembak sama Vanno."

Well , it don't surprise me."Lo terima gak?"

"Gue terimaa.."

Nah ini baru kabar. "Dia nembak lo gimana? tanyaku antusias , membuatku lupa dengan rasa kantuk ku.

"Tadi kita kan dinner , trus tiba - tiba dia ke atas panggung gatau deh dia mau ngapain."

"Trus - trus? tanya ku semangat.

"Dia nyanyiin lagu you're beautiful buat gue pake gitar."

Gilaa. Ga nyangka sepupu gila ku itu bisa se romantic ini.

"Nah pas udah selesai dia bilang i love you ke gue. Dia bilang ini emang terlalu cepat cuman dia emang mau serius sama gue."

"Gilaa."

"Iyaa trus dia bilang lo mau ga jadi pacar gue?"

"Trus seluruh orang teriak terima - terima. Trus gue ngangguk. Dia turun dari panggung trus cium pipi gue."

How sweet....

"Well. Congrats for you. Gue harap lo pelabuhan terkahirnya."

"Thanks."

Tiara memutuskan sambungan lalu aku menelfon Revan.

"Revan!"

"Iyaa?"

"Congrats for you."

"Thank you."

"Peje. Don't forget it."

"No I won't dear."

"Haha. Ga nyangka lo bisa seromantic itu nembak orang."

"Hahaha. Gue rasa gue kesambet bisa nembak seromantic itu. Tapi gapapalah kan gue akhirnya jadian kok sama dia."

Aku tertawa.

"Lo kapan nyusul?"

"Pacar aja gak punya."

"Hahaha."

"Cie yang ga jomblo lagi. Eh tapi harus tetep nyediain waktu ya buat gue."

"Gue kan juga sayang sama lo dear. Ya pastilah gue sediain waktu buat lo. Mungkin lo mau curhat? Who knows right?"

"Iya - iya. Well , congrats for both of you deh. Oke?"

"Thank you dear."

Sambungan itu pun terputus.

Aku pun merenung sendirian. Kira - kira kapan ya aku akan menemukan pasangan ku?

Well , kita lihat aja nanti.

it's my choices.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang