Bab Delapan

1.3K 56 0
                                    

"Thomas."

Thomas yang sedang seru menggoda Grace pun menoleh , lalu melihat siapa yang menepuk pundaknya itu. "Oh elo. Gue pikir siapa."

Arnold menghela nafas. "Gue mau bicara sama elo."

"Ya udah tinggal ngomong. Ribet amat."

"Gak disini Thomas. Udah deh nurut aja. Susah banget."

Thoman menghela nafas lalu menggoda Grace sekali lagi, "Ya udah babe. Aku jalan dulu. Don't miss me honey.."

"No I won't. Dan jangan panggil gue honey lagi!"

Thomas tertawa lalu berjalan mengikuti Arnold.Dan sepertinya mereka berjalan ke lapangan.

"Lo ngapain ngajak gue ke lapangan?"

"Gue mau ngomong tapi kalau gue ngomong dalam kelas ga enak gue."

"Ya udah cepet. Gue mau godain Grace lagi nih."

"Tadi gue ketemu Daniella."

Thomas mengangkat alisnya , "Bohong."

"Buat apa gue bohong Thomas."

Suara Thomas berubah menjadi dingin , "Lo sengaja kan bilang begitu , supaya gue inget diaa , ngerasain sakit hati lagi da--"

"Sumpah demi Tuhan , gue gak maksud begitu Thomas. Gue emang bener ketemu dia."

Thomas menatap Arnold semakin tajam. "Lo yakin itu dia?"

"100% yakin gue. Orang dia ngomong sama gue kalau dia balik kesini buat elo."

"Buat apa dia datang lagi." gumam Thomas pada akhirnya.

"Pokoknya , satu hal yang gue tau , lo harus lindungin Grace dari dia. Gue yakin seyakin - yakinnya kalau dia bakal cari masalah sama Grace. Lo ga mau kan?"

"Tentu. Gue mau lindungin orang yang gue sayang itu. Yah walaupun Grace belum sadar tapi tetep gue bakal lindungin dia."

Arnold menghela nafas , tentu saja Thomas akan melindunginya karena Thomas tau kalau Daniella tidak segan - segan bermain kasar kepada orang yang telah menyakiti hatinya.

Semoga saja tidak terjadi suatu yang buruk.

* * *

"Thomas!" Daniella memekik senang karena dia bisa bertemu Thomas lagi.

Thomas menghela nafas , berharap bisa mengusir Daniella , yang sudah kembali bersekolah ditempat ini mulai pagi ini. Yah seminggu setelah mendengar kabar itu dari Arnold , Daniella masuk kelas hari ini.

"Apa?" tanya Thomas ketus.

Daniella bergelayut manja di tangan Thomas. "Kamu gak kangen aku?"

"Buat apa gue kangen sama elo?"

"Lagipula kenapa elo langsung dikelas? Bukannya elo harus ke ruangan kepsek dulu? Ganggu aja."

"Kata kepsek , aku gak harus diperkenalkan oleh guru begitu. Lagian aku kan mantan murid sini. Kamu lupa ya?"

"Emang gue lupa."

"Ih kamu."

"Bisa diem gak sih?" sahut Thomas dengan ketus.

Daniella tidak menjawab , yang ada dia malah balik bertanya. "Itu tempat duduk siapa Thomas? Aku bisa duduk sini kan?" tanya Daniella sambil menunjuk bangku Grace

"Sorry ya , tapi itu bangku gue." jawab Grace dari belakang Thomas.

"Dia siapa Thomas?"

"Bukan urusan elo."

Daniella menatap Grace dengan tatapan melecehkan. "Dengar ya. Lo jangan berani - berani ngedeketin Thomas. Lo bakal menyesal kalau sampai ngedekin Thomas."

Grace mencibir."Cih. Emang gue elo , yang bergelayut manja di tangan orang yang udah lo putusin dengan kasar."

"Apa lo bilang?!"

Ruang kelas yang mulai terisi setengah itu pun menatap kerah mereka saat mendengar suara Daniella.

Thomas membiarkan Grace membalas omongan Daniella dahulu. Thomas bisa menyadari kalau Grace tidak terima diperlakukan seperti itu."

"Perlu gue ulang? Gue rasa gak usah deh."

Daniella sepertinya sudah ingin mulai main kasar , tangan nya sudah terangkat untuk menampar Grace. Thomas baru saja ingin mencekal tangan Daniella tapi terrnyata tangan Grace sudah lebih dahulu mencekal tangan Daniella.

"Lo kalau mau berurusan sama gue , gak masalah. Lo pikir gue cewek yang gampang ditampar seenaknya?"

Wajah Daniella sudah memerah , tanda ia marah. Namun bukannya membalas ucapan Grace yang ada dia malah berkata pada Thomas yang sedari tadi diam saja.

"Kamu gak ngebelain aku?"

"Buat apa gue baik sama orang yang udah kasar sama gue." jawab Thomas cuek.

Daniella menghentakkan kaki nya tanda ia kesal lalu berjalan meninggalkan mereka.

"Itu cewek yang lo gila - gilai dulu? Ya ampun selera lo jelek banget."

"Iya. Jadi nyesel gue bukannya pacaran aja sama elo."

"Heh!"

Thomas tertawa , lalu mengacak - acak rambut Grace.

Daniella yang memandang hal itu dari kejauhan pun bergumam.

"Lo akan menyesal bermain - main sama gue."

* * *

Entah kenapa , sepertinya Tuhan masih berada dipihak ku. Aku sangat bersyukur. Beberapa minggu ini , setelah kedatangan cewek sok sempurna a.k.a Daniella itu , aku selalu menjadi korban nya. Mulai dari melempar kaleng ke kepalaku , yang untungnya bisa ditangkap oleh Thomas kaleng itu , lalu menjatuhkan air keatas kepalaku dan ternyata usahanya gagal karena bukan aku yang terkena melainkan Andy , sampai yang paling parah usahanya mempermalukan ku didepan kantin dengan mengatakan aku cewek ga tau diri yang merebut pacar orang sembarangan tapi yang ada Thomas malah datang dan membelaku lalu mengata - ngatai Daniella.

Aku bersyukur karena masih berada disini.

Sekarang pelajaran olahraga. Entah apa yang direncanakan oleh Daniella itu , aku sudah tidak peduli lagi. Masih berdiri disini saja aku sudah harus bersyukur.

"Anak perempuannya main basket , anak lelakinya main bola. Untuk yang perempuan silahkan bagi kelompoknya masing - masing." seru Pak Marcell.

Kelas ku yang hanya berisikan oleh 12 murid perempuan dengan mudahnya membagi kelompok.

Peluit pun dibunyikan dan kami pun bermain.

Aku tak tau sudah berapa lama aku main , tapi aku bisa merasakan peluh yang membahasi kening ku.

"Tiara! Oper sini!" aku berteriak kepada Tiara.

Mungkin itu disengaja , mungkin tidak - tapi aku sangat yakin itu disengaja - saat aku ingin menangkap bola nya , tubuhku didorong oleh Daniella , dan akhirnya aku terjatuh dengan posisi kaki yang salah sehingga kakiku terkilir.

"Aw.." aku meringis kesakitan.

Kulihat Randy berlari dengan cepat menolongku. "Lo kenapa Grace?"

"Sakit , Ran."

"Ya ampun , ini kayaknya kaki lo kekilir deh. Gue anterin lo ke UKS."

Dari sudut mataku aku bisa melihat Tiara menampar Daniella lalu berlari ke arahku. "Ya ampun Grace."

Teman - teman ku mulai mengerumuniku termasuk Pak Marcell.

"Ini kakinya terkilir. Randy antar Grace ke UKS."

"Grace? Lo kenapa?" tanya Thomas saat menerobos kerumunan teman - teman ku.

"Tanya sendiri sama mantan cewek lo itu." sahur Randy.

"Ayo Grace gue antar ke UKS."

"Biar gue." sahut Thomas tegas.

"Lebih baik lo urus tuh cewek sialan." sahut Randy lalu menggendongku ke UKS.

Aku ingin menolak Randy menggendongku , namun rasa sakit yang kurasakan semakin menjadi - jadi dan hal terakhir yang ku ketahui adalah kegelapan.

-------


A/N : Maaf part ini kedikitan. Nanti aku akan buat lebih banyak lagi. Oke?

it's my choices.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang