Bab Lima Belas

1.1K 51 0
                                    

Hai! Author balik lagi! Sorry ya lama banget nge update ini cerita. Ojadi sebagai permintaan maaf , Author akan ngepost 2 part kali ini. Gimana? Kerenn kan!?

P.S : Vote and Comment ditunggu. Oke?

--------

Ujian Negara.

Dua kata keramat yang membuat para siswa pusing tujuh keliling. Ditekan oleh banyak pihak , diforsir tenaganya oleh guru untuk belajar , bahkan sampai harus merelakan weekend yang diambil oleh sekolah untuk pemantapan.

Kring......

"Aduh , Grace!! Bel nya udah bunyi! Bakal ujian nih! Aduh Grace! Takut gueeee!" pekik Tiara.

"Alay lo. Kayak belom belajar aja. Kan lo udah belajar Tiara sayang. Ngapain takut?"

Tiara terdiam sejenak. "Oke! Good luck , Grace!"

"You too."

* * *

Setelah lima hari melewati ujian , sekarang , saatnya kami para siswa untuk bebas. Dan yang jelas aku sudah tidak memikirkan itu semua. Sekarang aku ingin pergi , refreshing sebentar. Kemana saja lah , yang penting bisa membuat otak ku kembali fresh.

Aku berjalan dan kadang tersenyum saat ada beberapa siswa yang menyapaku. Dan tiba - tiba ada yang memanggil ku. Tepat di belakangku.

"Grace!"

Itukan suara Thomas. Dengan cepat aku menoleh , dan aku melihat sepasang mata tosca itu sedang menatap ku sambil berjalan mendekati ku.

Ya ampun. Kenapa aku merasakan sesuatu saat kedua mata hijau toska itu melihat ku?

"Mau kemana?" tanya Thomas.

"Ke rumah."

"Lo mau ke rumah? Pas temen - temen lo masih ngumpul - ngumpul ngomongin UN?" tanya heran , dan bisa kulihat alis mata kanannya yang naik , karena heran.

"Yah trus kenapa? Mending gue di rumah , refreshing , entah sekedar baca buku di balkon atau dengar musik di kamar. "

"Gimana kalau main sepeda?"

Sepeda? "Hah?"

"Lo bisa main sepeda kan?"

"Bisa lah." jawabku.

"Bagaimana kalau kita lomba nanti? Yang menang boleh meminta sesuatu ke yang kalah , apa aja , asal jangan melanggar norma hukum dan sosial. Gimana?"

"Deal."

Thomas tersenyum lalu berjalan mundur dan berteriak padaku. "Siap - siap kalah!!"

Apa? Kalah? Dia ga tau siapa aku. "Kalah? Salah kali. Siap - siap lo minta permintaan gue nanti!"

Thomas melambai lalu berbalik dan berjalan. Tanpa menoleh.

* * *

Huh. Ternyata gue salah selama ini. Grace yang lembut dan -bahkan- pernah terlihat rapuh di depan gue ternyata memiliki tenaga yang lumayan.

Bayangin. Gue kalah main sepeda weh! Kalah ama cewe.

"Thomas , gue mau mesen macaroon lagi ya. Dan jangan ngeluh. Oke?"

Ah sialan. Gue terpaksa ngangguk. Jadi nyesel nih gue nantangin dia.

"Kita mulai dari sini ya. Jadi rutenya itu mulai dari rumah gue , sampe taman kompleks depan. Oke?"

"Jadi. Siap - siap aja kalah." sahut Grace bersemangat.

"Tentu. Dan yang kalah ga boleh ngeluh kalau misalnya dimintain yang aneh - aneh. Deal?"

"Oke."

"Gue hitung ya. Satu.."

"Duaa.." balas Grace.

"Tigaaa!"

Kami mengayuh sepeda dengan cepat. Sekali - kali gue menoleh ke arah Grace dan menjulurkan lidah ku ke arah Grace. Grace hanya terrsenyum menantang dan kembali mengayuh sepedanya lebih cepat lagi.

Gue tersenyum tanpa sadar. Akhirnya gue bisa ngembaliin senyumannya yang sempat hilang , karena Daniella. Dan gue sangat senang.

Tak terasa gue sudah dekat dengan taman kompleks , dan gue pun menoleh ke belakang.

Grace tidak ada.

Ha! Dia pasti tertinggal jauh. Lihat saja yang akan menang siapa , Grace sayang.

Dan tebak?

Grace sudah berada di bangku taman , duduk santai sambil makan es krim.

Gue berhenti dan Grace pun menghampiri gue.

"Kok lama banget? Gue udah nyampe disini sekitar 15 menit yang lalu loh. Katanya jagoan. Lah ini?"

Dan demi apapun , baru kali ini harga diri gue jatuh sejatuh - jatuhnya.

"Thomas! Lo yakin ga mau mesen apa - apa?"

Gue mengangguk kepada Grace. Gapapa. Walaupun gue harus merasa nyesek karena satu macaroon kecil itu seharga 10 ribu dan yang pasti Grace ga bakal beli satu doang , gue rela.

Satu hal yang terpenting.

Gue bisa bikin senyum yang kemaren ini menghilang dari wajah cewe yang gue cintai ini , muncul kembali di wajah indahnya itu.

"Thomas! Mau cobain macaroon nya ga? Enak loh! Gue suapin ya!"

Gue kembali mengangguk.

Grace pun nyuapin gue dan itu membuat hati gue berdetak gak karuan.

Sekarang gue ga mau mikirin apapun lagi -termasuk Daniella- yang terpenting , selama dia berada disini , di samping gue ,

I'll be fine.

it's my choices.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang